3Do

226 50 2
                                    


Samdobbie Arjundara.

Anak sulung dari kembar tiga itu menatap si bungsu yang sedang bermain gadgetnya. Masih memikirkan kalimat-kalimat yang tadi dikeluarkan oleh sang adik. Kaget? Jelas lah. Mana pernah dia melihat adiknya ini seserius itu, biasanya selalu bercanda.

Sepanjang perjalanan dia terus saja memandang Ogi yang sedang asik melihat toko mainan online. Apa Ogi juga seperti Idam? Selalu memendam dan menahan perasaannya sendiri.

Tak perlu waktu lama mereka sampai dirumah, dan seperti biasa si bungsu akan segera berlari mencari mama mereka.

"Bayi mama sudah pulang." Begitulah yang biasa dikatakan mama mereka. Doyogi segera memeluk mamanya.

"Kamu mandi dulu bajunya udah mama siapin terus nanti malem kamu temenin mama belanja." Seperti biasa, apapun yang disuruh mamanya, Doyogi selalu menerima tak pernah menolak.

Doyogi sangat berbeda dengannya. Dia tak pernah suka diajak pergi kemanapun. Meski kadang iri pada Doyogi yang selalu dimanja dia sebenarnya juga bersyukur karena ada Doyogi dia tidak perlu menemani mamanya.

Dobbi merebahkan dirinya di kasur. Enggan mengganti bajunya berbeda dengan Doyogi yang langsung mandi dan mengganti baju sesuai perintah. Dobbi menghela nafas. Ucapan Idam tadi terngiang-ngiang dipikirannya. Selama ini dia tidak pernah melihat kembaran bungsunya itu sedih. Itulah alasan kedua orang tuanya sangat menyayangi Doyogi, dia selalu ceria. Meski Dobbi jauh lebih pintar dan membanggakan dibidang akademik daripada Doyogi nyatanya orang tua mereka tetap lebih memperhatikan Doyogi. Dobbi sengaja belajar dengan giat supaya orang tuanya bangga dan memperhatikannya. Tapi hal itu juga tidak berhasil.

Selama ini Dobbi selalu merasa bahwa kedua orang tuanya tidak adil. Dia selalu merasa dunia ini sangat berat untuknya. Dia merasa dia lah yang memiliki masalah paling berat diantara para kembarannya. Namun perkataan Idam tadi membuatnya berpikir lagi. Apa jangan jangan selama ini Doyogi menyembunyikan semua kesedihannya?


 Apa jangan jangan selama ini Doyogi menyembunyikan semua kesedihannya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Dobbyan Rakaisa.

Si tengah yang merasa bahwa orang tuanya hanya memperhatikan si sulung dan bungsu.

"Byan, kamu cek ogi udah ngerjain pr atau belum sana, terus bantu cek ogi udah siapin bukunya belum abis itu pilihin baju buat dia tidur." Rentetan perintah dari sang mama membuat Byan menarik nafas panjang.

Baru saja beberapa langkah dia menjauh, mamanya kembali memberi perintah lain. "Ke kamar Dobbi juga pastiin dia udah baca buku yang tadi mama beliin ya."

Meski dengan berat hati, dia segera menuju kamar sang adik dan memastikan semua hal. Yeah beginilah kehidupan si anak tengah, dia kadang merasa seperti ibu. Apalagi untuk Doyogi. Setiap hari selalu saja ada perintah untuknya mengurus Doyogi. Jangan ditanya berapa kali dia iri pada sang anak bungsu. Enak sekali jadi Doyogi selalu di urus, diperhatikan, sedangkan dia bahkan kadang tidak dianggap ada. Mamanya hanya melihat Doyogi Doyogi dan Doyogi.

Namun kejadian ditaman tadi, membuatnya berpikir kembali. Cukup kaget melihat Doyogi yang selama ini dia urus seperti bayi malah mengurus Idam dan mengatakan hal-hal yang bisa dibilang cukup dewasa. Ia berpikir apakah Doyogi sama dengan Idam, yang selalu menahan semua emosi sendiri. Apa adik bungsu kesayangannya itu juga memiliki masalah?

Byan kembali menarik nafas, entahlah. Bukan urusannya apa permasalan Doyogi, masalah hidupnya saja sudah berat. Tak dapat perhatian lalu masalah percintaannya tak berjalan mulus. Kalaupun Doyogi seperti Idam, lalu apa urusannya? Dia pun memiliki masalah sendiri.



 Kalaupun Doyogi seperti Idam, lalu apa urusannya? Dia pun memiliki masalah sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Doyogi Kimsamchi.

Tengah malam di rumah berarsitektur modern. Si bungsu menghidupkan lampu kamarnya. Sebenarnya dia hanya pura-pura tidur sejak tadi. Berusaha menjadi anak yang patuh. Karena memang hanya itu yang bisa dia lakukan. Dia selalu berpikir bahwa orang tuanya pasti memiliki beban yang sangat berat, harus mengurus 3 anak kembar ditambah kakaknya sekaligus, jadilah Doyogi berusaha sebisa mungkin tidak membantah apapun kemauan orang tuanya. Meski kadang kemauan orang tuanya tidak sesuai dengan apa yang dia mau.

Dia kemudian mengendap-endap pergi ke dapur mengambil segelas air dan camilan lalu kembali ke kamarnya. Membuka jendela dan menatap apartemen seberang. Jika kalian bisa melihatnya, setiap malam jendela kamar itu akan selalu terbuka menampilkan wajah si bungsu yang nampak kusut dan penuh beban. Ingin melihat bagaimana Doyogi sebenarnya? Maka kalian harus berkenalan dengan Doyogi yang menghabiskan waktu tengah malamnya di jendela kamar.

Kadang dia hanya menarik nafas berat dan melamun, terkadang juga dia menangis. Kata siapa dia anak yang tidak pernah sedih? Dia sebenarnya sangat cengeng. Sangat sering menangis entah karena apa. Dia pun kadang bingung kenapa dia menangis. Rasanya seperti lelah saja, capek.

Iya, dia lelah. Tak pernah dianggap dewasa, selalu dianggap anak kecil, tak pernah mengambil keputusan sendiri akan hidupnya. Dia selalu dianggap anak kecil hingga semua hal dihidupnya diatur. Meski dia tak menyukai sesuatu dia tetap harus menjalani karena orang tuanya yang menginginkan atau karena kembarannya menginginkan hal itu. Les les yang dia benci, kelas tambahan, club dan entahlah apa lagi.

Dan satu hal lagi yang selalu membuatnya lelah, menjadi sumber kebahagiaan keluarga kecil itu. Keluarga mereka selalu menganggapnya cahaya, happy virus atau apalah itu. Seseorang yang selalu membawa keceriaan, yang selalu menghibur orang lain. Lalu yang menjadi pertanyaan, jika dia sedih siapa yang akan menghibur orang sekitarnya? Pemikiran itu selalu mengusiknya, selalu mencegahnya untuk menunjukkan kesedihan. Dan akhirnya semua kesedihan itu hanya disimpannya sendiri.

Kata siapa menjadi anak bungsu itu menyenangkan?

3DAM VS 3DOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang