"Can we talk again? just like how we talk before." - Damaru Kylevan.
"I hide all my pain with the word I'm fine." - Aidam Kyleyaksa.
"What if... I told you I like you? would you love me back?" - Drakyle Arvedam.
"Talk to me, I miss you." - Dobbyan R...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Doyogi langsung melempar hpnya begitu saja, ia kesal karena base sekolah yang biasanya isinya seputar 3Do kini beralih menjadi 3Dam yang bahkan baru mau sehari mereka jadi murid sekolahnya.
"Ngapa lo?" tanya Dobbi karena melihat raut kesal dari kembarannya itu.
Mereka kini sudah berada dirumah, tepatnya dikamar Dobbi.
"Ck, ini anak sukaharta norak banget deh, kek gak pernah liat anak kembar" celetuk Dobbyan setelah melihat base sekolah.
Sebagai orang yang selalu muncul dan jadi pembicaraan banyak orang dibase, 3Do merasa tersaingi dengan kehadiran 3Dam. 3Do sangat menikmati kepopuleran mereka, apapun yang dilakukan 3Do selalu membuat orang-orang heboh, tapi ini 3Dam bahkan hanya diam saja dikelas, tapi sudah heboh satu sekolah.
"Ihh kok gue malah jadi gak suka ya sama 3Dam" celetuk Doyogi yang diangguki dua kembarannya.
"Awas aja kalo sampe 3Dam berulah" sahut Dobbyan.
"Yaudah kalo berulah tinggal labrak aja" saran Dobbi.
"Memangnya berani?" tanya Doyogi dengan polos.
Dobbi dan Dobbyan terdiam.
"Berani aja sih, tapi 3Dam serem" jawab Dobbi yang membuat mereka bertiga terdiam lalu larut dalam pikirannya masing-masing.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bjirr rame amat notif hp gue" celetuk Arvedam yang lagi rebahan dikasur Idam.
Mereka udah pulang sekolah, selesai ganti baju langsung menuju kamar Idam, kamar Idam udah jadi kayak basecamp 3Dam, selain lebih nyaman dikamar Idam, itu juga buat mastiin kalo Idam gak akan ngelakuin hal aneh-aneh yang berakhir buat Damaru atau Arvedam dipotong uang jajannya.
Dulu pernah sekali mereka gak jenguk Idam dikamarnya, tuh anak malah lompat dari balkon, satu keluarga panik, pada ngira si bungsu mau akhirin hidupnya, eh pas ditanya kenapa? Dia cuma jawab bosen turun dari tangga dia mau yang anti mainstream gitu. Entahlah satu rumah juga capek sama kelakuan dia.
"Bukannya udah biasa rame ya?" ujar Idam sambil mencoret-coret buku gambarnya. Fyi aja Idam gak bisa gambar dia cuma lagi gabut.
"Ya tapi ini lebih rame loh Dam" jawab Arvedam, matanya terus memantau layar hpnya.
"Njirr kenapa jadi banyak yang follow gini dah" seru Damaru saat ia mengecek hpnya.
"Apasih heboh banget, bukannya udah biasa ya" sahut Idam masih mencoret-coret buku.
"Ini mereka tau akun kita darimana coba?" tanya Arvedam pada dua adik kembarnya.
"Gak tau deh gue, males banget cari tau" sahut Damaru.
Keduanya kini fokus dengan hp, sedangkan sibungsu asik dengan dunianya sendiri.
"Ehh Dam, hp lo kok gak berisik?" tanya Arvedam pada Idam.
"Ya kan gue silent" jawab Damaru kalem.
"Gue nanya Idam anjir bukan lo" sahut Arvedam.
"Makanya yang jelas bege, Idam Damar gitu dong, biar gak miscommunication" saran Damaru yang hanya mendapat lirikan sinis dari Arvedam.
"Dam, Idam dudidudidam dam dam dudidudidam hp lo kok gak berisik?" tanya Arvedam lagi, kali ini ia bangkit mendekati si bungsu yang berada diambang pintu antara balkon dan kamar.
"Memang kenapa harus berisik? Aku suka kedamaian" jawab Idam sambil tetap mencoret buku.
Arvedam mengambil hp Idam yang tergeletak begitu saja dimeja belajar, lalu ia mencheck notif hp Idam.
"Kok gak ada notif dari twit Dam?"
"Hmm, aku gak login twit" jawab Idam.
"Kenapa?" Damaru ikut bertanya.
"Lupa password" jawab Idam enteng kemudian pergi keluar kamar meninggalkan dua saudara kembarnya itu.
"Bisa-bisanya dia lupa password anjir" sahut Damaru.
"Ya lo kayak gak tau Idam aja dia kan pelupa" Arvedam menyahuti sambil menaruh kembali hp Idam ke meja.
"Ehh bentar-bentar kok yang follow gue gak asing ya namanya" gumam Damaru, ia lalu men-screenshoot apa yang tertera di layar hpnya.