"Can we talk again? just like how we talk before." - Damaru Kylevan.
"I hide all my pain with the word I'm fine." - Aidam Kyleyaksa.
"What if... I told you I like you? would you love me back?" - Drakyle Arvedam.
"Talk to me, I miss you." - Dobbyan R...
Dikelas yang terdapat anak kembar itu sedang mengadakan syukuran, sebagai bentuk perayaan atas menangnya lomba cerdas cermat dan debat beberapa waktu lalu.
Mereka duduk dengan rapi, duduk dilantai beralaskan karpet yang ditengahnya terdapat berbagai makanan.
"Eh jangan." seru Doyogi dan Damaru bersamaan, membuat teman sekelas mereka menatapnya.
Damar mengambil mangkuk kecil Idam yang berisi nasi, diletakkannya begitu saja. Lalu Damar mengambil mangkuk dan nasi baru untuk Idam, Idam sendiri hanya diam abangnya memang selalu protektif, berbeda dengan anak dikelas yang menatap Damaru dengan kagum.
"Jiyoon, makasih udah merhatiin adek gue tapi sorry banget adek gue alergi udang." Jelas Damaru pada Jiyoon yang tadi memberi Idam udang saus padang.
Jiyoon sendiri hanya mengangguk tanda mengerti, hampir saja ia mencelakai crushnya.
"Drakula lo bisa makan udang?" tanya Dobbi yang duduk disebelah Arvedam.
Arvedam hanya mengangguk, lalu berniat mengambil susu kotak yang tersedia didepannya.
Baru ingin mengambil tangannya dipukul sendok oleh Idam, Arvedam menatap Idam, bertanya kenapa?
"Lo alergi susu kedelai podoh." Damaru menjawab sambil melanjutkan makannya.
"Itu udang jangan coba-coba lo makan." Dobbyan memperingatkan Damaru yang membuat Damaru mau tak mau tersenyum. Ia senang Dobbyan masih mengingat tentangnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mana yang namanya Aidam." tanya Giani begitu ia memasuki kelas XI Mipa, kelasnya 3Damdo berada.
Jam istirahat jadi tidak banyak anak dikelas, menyisakan beberapa saja disana bisa dibilang orang terdekatnya 3Damdo.
"Ngapa nyari adek gue?" tanya Arvedam berdiri dari duduknya kemudian menghampiri Giani.
Giani merupakan primadona sekolah yang beberapa waktu lalu mendekati Doyogi tapi tak Doyogi respon. Giani kerap mendekati anak-anak yang bisa dibilang populer.
Giani memberikan tatapan tak sukanya pada Arvedam, "Adek lo tuh baperin adek gue." ujarnya membuat anak dikelas terkejut.
Dobbyan terkekeh kemudian ikut menghampiri Giani.
"Baperin? Taruhan sama gue, Idam bahkan gak inget nama ataupun wajahnya." ucap Dobbyan diikuti smirknya.
"Ehem ralat By bukan gak inget tapi gak tau." sahut Dobbi, ia ikut menghampiri Giani.
Giani mengepalkan tangannya.
"Gue gak ada urusan ya sama kalian, gue ada urusan sama Aidam." ucapnya dengan suara sedikit meninggi.
Damar bangun dari duduknya, membuat suara berderit karena gesekan antara kursi dan lantai.
"Lo berurusan sama Aidam? Urusan Aidam ya urusan gue juga." sahut Damar.
Aidam menghela nafas, memutuskan untuk mengadapi Giani, karena dua abangnya sulit untuk mengendalikan emosi. Idam merangkul Arvedam membawa abangnya untuk kembali duduk, begitupula dengan Damaru. Idam memberi senyum simpul pada Dobbyan dan Dobbi dan mengisyaratkan keduanya untuk kembali duduk.
Idam menghadap Giani, menghela nafasnya kemudian menarik tangan Giani serta gadis disamping Giani yang sedari tadi menunduk.
Idam mendudukan keduanya dikursi depan tempat duduk Dongpyo dan Hyeongjun. Idam mengambil kursi disebelahnya lalu duduk dihadapan dua gadis yang terhalang meja.
"Sorry, tapi boleh tau kamu siapa?" Idam bertanya dengan sopan sambil menatap gadis berhidung bangir itu.
Giani terdiam, makin kesal. Yang benar saja Aidam tidak tau siapa dirinya, ia primadona sekolah ini.
"Gue Giani 12 bahasa."
Aidam mengangguk, lalu menatap gadis disebelah Giani. Gadis itu terkejut, matanya melirik kanan kiri gelisah.
"A...aku Arum, kita udah sering ketemu Dam." ucapnya.
Idam terdiam, berpikir sebentar lalu bertanya "Emm, maaf boleh kasih tau kita pernah ketemu dimana?"
Arum menatap Idam tidak percaya, yang benar saja Idam tak mengingatnya. Idam menyadari tatapan Arum, ia meringis. Jangan salahkan Idam salahkah saja otaknya yang tidak bisa mengingat wajah orang lain dengan cepat.
"Kita setiap hari ketemu dibelakang sekolah Dam, kamu selalu duduk dikursi yang ada dibawah pohon itu, dan aku selalu kesana buat ceritain semua hal yang aku alamin." Idam kembali meringis, merasa bersalah karena tidak mengingat apapun tentang gadis didepannya.
"Minggu lalu bahkan kita ketemu dicafe." lanjutnya.
Selagi Arum menjelaskan anak dikelas sudah mulai berdatangan dan ingin mencari tahu ada apakah gerangan dikelasnya didatangi oleh Giani dan Arum.
Idam menunjukkan senyum terpaksanya, membuka ponselnya membaca note apa yang sudah ia lakukan.
"Untuk masalah kamu yang tiap dibelakang sekolah saya minta maaf banget, saya kesana cuma untuk kasih makan kucing dan saya sama sekali gak denger apa ceritamu, saya memakai ini." ujar Idam sambil menunjukan headset yang menyumbat sebelah telinganya.
Arum menatapnya terkejutnya, jadi selama ini ia cerita tak pernah didengar.
"Nah kan, baperin gimana anak gue aja gak tau nama adek lo." ujar Dobbyan dari kursinya.
"Gimana bisa baperin kalo Idam aja gak pernah tau lo hidup." sahut Jiyoon dari tempat duduknya, ia tidak terima crushnya dituduh.
Giani dan Arum kesal bukan main, oh ayoklah baru kali ini ada orang seperti Idam.
Giani menghela nafas, meredakan amarahnya, otak cantiknya mulai berpikir.
"Ahh kalo gitu kenapa lo gak coba kenalan dulu sama adek gue." ujarnya yang mendapat tatapan tak percaya dari anak dikelas.
Idam tersenyum, Giani merasa menang. Ayoklah siapa yang bisa menolak pesona dari Giani dan Arum.
Idam bangun dari duduknya, menaruh kursinya ketempat semula lalu berdiri menatap Giani dan Arum yang masih duduk. Giani menampilkan senyum sombongnya, sambil menantikan jawaban Idam.
"Maaf banget, saya gak minat." jawab Idam sambil berlalu menuju kursinya.
Giani tentu saja geram, tak habis pikir bisa-bisanya adiknya ditolak.
"Giani Dwitama, lo mau keluar dari kelas ini atau mau keluar dari sekolah ini?" tanya Arvedam sambil memutar-mutar ponselnya.
"Giani, kalo masih disini siap-siap aja image lo jadi jelek." Timpal Doyogi yang sedari tadi diam.
Giani kesal, sangat. Bisa-bisanya mereka mempermalukan primadona sekolah.
"Ehh Dam tapi beneran lo gak inget ada cewek tiap hari nyamperin lo ke taman belakang?" tanya Eunsang yang membuat anak dikelas menunggu jawaban dari Idam.
"Enggak tuh, gak penting soalnya." jawab Idam lalu memainkan ponselnya.
Diujung sana Doyogi tersenyum, setidaknya Idam mengingat wajahnya kan.