"Siapa itu?" monolog nya
'Jika kau sudah bisa menerima kenyataan ini, mungkin kau juga bisa melihatku'
Aneh? Apa maksud dengan perkataannya kali ini.
Ketika Aya membalikkan badan ke arah jendela tempat ia tadi berdiri, terlihatlah seorang wanita yang sangat mirip dengannya.
"Rachel?"
Wanita itu tersenyum.
Aya tanpa ragu berjalan menuju wanita itu, saat baru beberapa langkah pintu ruangan terbuka dan memperlihatkan Rita yang tengah memanggilnya.
"Rachel, ini sudah waktunya" Aya tersadar dari lamunannya, dan menatap Rita.
"Baiklah." Setelah mengatakan itu Aya kembali menatap ke arah jendela dan wanita tadi sudah tidak ada.
Apakah dia benar Rachel?
Aya meninggalkan ruangan dan menuju meja Rita.
Aya berjalan menuju ruangan tempat mereka akan mengadakan rapat yang di ikuti oleh Rita dan beberapa karyawan.
Setelah memasuki ruangan rapat, Aya melihat seorang pria yang kini tengah menatapnya intens.
"Baiklah, rapat akan segera kita mulai" ucap Rita
Rachel mendudukkan dirinya, dan membuka dokumen yang akan mereka bahas.
Setelah mengutarakan apa maksud dari kerja sama ini, pemuda itu bertanya kepada Aya.
"Bagaimana nona Rachel?" Aya melirik ke arah pria itu dan melihatnya tersenyum tipis.
"Aku setuju, jika itu bisa membuat kedua perusahaan saling menguntungkan mengapa tidak? Baiklah, sampai sini rapat hari ini. Dan untuk pertemuan selanjutnya kalian bisa mengkoordinasikan dengan secertaris ku, Rita." Setelah mengatakan itu Aya pergi meninggalkan ruangan.
Tak di sangka pria itu juga keluar dari ruangan dan mencekal tangan Aya.
"Tunggu" merasa tangannya di tahan, segera mungkin Aya melepaskannya.
"Maaf?"
"Bukan kah kita belum saling memperkenalkan diri secara resmi?" Aya hanya bisa tersenyum tipis.
"David Guetta Albart" ucap pria itu sembari mengulurkan tangannya.
"Apakah perlu? Bukankah sebelum mengadakan rapat hari ini, kau pasti tau siapa namaku" saut Aya dan berlalu pergi meninggalkan pria itu.
Dingin.
Itulah yang saat ini ada di pikiran pria itu.
"Rachel, sungguh nama dan sifat yang berbeda" ucapnya sembari tersenyum tipis dan masuk kembali ke dalam ruangan.
Setelah rapat itu, Aya hanya merebahkan dirinya di sofa kantornya.
"Hufttt, otakku di buat berpikir keras"
Tunggu.
Seperti ada yang ia lupakan.
Aya mendudukkan dirinya, dan sibuk bertarung dengan pikirannya.
Apa yang ia lupakan?
"Astaga, handphone ku" segera mungkin Aya berjalan keluar ruangan untuk menuju ruangan rapat tadi.
Setelah sampai di depan lift, Aya segera memencet lift.
Lift terbuka, dan memperlihatkan seorang pria yang membuat Aya jengah.
Ketiak Aya akan memasuki lift, pria itu kembali mencekal tangan kiri Aya.
"Tunggu, bukankah ini handphone mu?" Tanyanya dan menyerahkan sebuah handphone kepada Aya.
Aya memperhatikan handphone itu, dan benar itu handphone miliknya.
"Kau mencurinya?" Bukannya menjawab pria itu malah tertawa kecil.
"Kau gila? Aku berniat mengembalikannya bukan mencurinya, jika aku ingin mengapa harus mencuri milik orang sedangkan aku bisa membeli sendiri bahkan dengan perusahaannya." Ucapnya dan hanya mendapatkan tatapan jengah dari Aya.
"Sombong sekali," setelah mengatakan itu Aya pergi dari hadapan pria itu.
Merasa tidak mendapat ucapan terimakasih, pria itu hanya menggeleng.
"Setidaknya ucapan terimakasih akan menyelesaikan kesalahpahaman ini bukan!" Ucapnya sedikit keras tapi tetap diabaikan.
"Cih, dasar pria aneh"
"Jangan sampe aku bertemu dengan wanita seperti dia"
Let's wait and see, mungkin ucapan adalah sebuah pertanda akan ada pertemuan yang tidak di harapkan dan juga sebuah rasa yang aneh muncul.
Ketika memasuki ruangannya kembali Aya meletakkan handphone di atas meja kerjanya.
Saat Aya baru melangkahkan kaki, dering telepon membuatnya kembali mengambil handphone itu.
"Iya?"
"Nona, bisakah nona pulang saat ini juga?" Tanya seseorang di seberang sana.
"Ada apa?"
"Ada tuan Bayu, dia ingin menemui nona saat ini, dan tengah menunggu di ruang tamu."
"Baiklah," Aya memutuskan panggilan dan berjalan keluar ruangan.
"Rita, "
"Hemm"
"Tidak ada hal yang harus aku selesaikan lagi bukan?"
"Tidak, memang kenapa?"
" Aku akan pulang,"
"Apa kau merasa tidak enak badan lagi? Oh ayolah kita segera ke rumah sakit." Sentak Rita yang mendapat pukulan di tangan kanannya.
"Apa aku terlihat seperti seorang wanita penyakitan saat ini!!" Rita tertawa kecil mendengar apa yang Aya ucapan.
"Oke, oke, aku hanya khawatir. " Ucapnya sembari kembali membereskan dokumen.
"Jika ada sesuatu jangan lupa kabari aku" sambung Rita.
"Apa saat ini aku kembali menjadi seorang gadis 15 tahun." Saut Aya sembari mengambil tas dan jasnya.
"Bukankah kau memang seperti itu, hahaha"
"Diam kau, aku pergi. Salam untuk kekasih mu" ucap Aya sembari menyenggol bahu secertaris nya itu.
"Heh, tak akan ku sampaikan"
Setelah turun ke lantai dasar, Aya berjalan menuju mobilnya dan meninggalkan area kantor.
•••
Jangan lupa vote, voment and follow akun ini❤️
Happy Reading...
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SOUL
Teen FictionApakah kalian pernah mendengar Transmigrasi Jiwa? Mungkin terasa familiar bukan? Tapi, apakah masih ada hal seperti itu di Jaman ini? Aneh, ajaib dan mustahil bukan? Sama halnya dengan yang di alami seorang wanita bernama Aya Alviaresa, dia mengalam...