Sebelum lanjut baca, jangan lupa vote, and voment ^^
Oke lanjuttttt
•••
Happy ReadingKetika tengah asik menikmati makanannya, Riko terusik saat ponselnya berbunyi.
Resta, napa ni anak. Batinnya.
"Kenap-" belum sempat Riko menyelesaikan ucapannya, wanita di seberang sana sudah mengatakan jawabannya.
"Ke UKS sekarang!" Mendapati perintah adiknya seperti itu, tentu membuatnya bingung.
Karena males berpikir, dia segera memerintahkan yang lain untuk ke UKS.
"Kenapa Bang?"
"Oh, si Resta nyuruh kita buat ke UKS."
"Iya udah yok lah, telat dikit ngamok tu anak." Saut Alan
Mereka pun beranjak dari duduknya, dan segera berjalan meninggalkan area kantin.
"Eh, tau ngga katanya tu anak baru kena bola basket."
"Hah, siapa?"
"Rara loh yang pindahan dari Alexander School."
"Heh, ko bisa?"
"Iya, katanya pas kak Refan lagi ngedribel bola ke ring malah melenceng terus tu bola malah ke luar area lapangan."
"Terus gimana tu anak baru?"
"Pingsan lah njir, dan lu tau siapa yang bawa dia ke UKS?"
"Ngga, emang siapa?"
"Iya wehh, siapa yang bawa tu anak baru?"
"Gue yakin kalian bakal kaget."
"Siapa? Jangan bikin kita penasaran!"
"Riki woyy," Ucap
"Hah, Alexander Riki Yohanes? Seriusan lu"
"Hooh, ya kali gue ngibul"
Mendengar itu, Yesi menghentikan langkahnya.
Melihat Yesi berhenti, Nana pun bertanya.
"Kenapa Yes?" Yesi tak menjawab pertanyaan Nana, dan beralih menghampiri keempat gadis yang tengah duduk di bangku taman sekolah.
"Di tanya malah minggat tu anak"
Tak ingin basa basi, Yesi langsung menanyakan hal yang ia dengar tadi. "Kalian bilang siapa yang kena bola basket?" Mendapat pertanyaan tiba-tiba, membuat ke empat anak itu kaget.
"Ya ampun, eh Yesi."
Yesi memutar bola matanya.
"Jawab pertanyaan gue tadi,"
"Si Rara anak baru yang belum lama ini pindah ke SMA kita." Mendapat jawaban itu, tentu saja membuat Yesi seketika langsung berlari ke arah UKS.
Melihat adiknya berlari, tentu saja membuat yang lain kebingungan.
"Lah napa tu anak, kaya di kejar setan aja." Ucap Izam.
"Kebelet boker dia tuh" Saut Riko.
Merekapun melanjutkan langkahnya untuk sampai ke tujuan awal.
Sesampainya di UKS, mereka mendapati Riki yang tengah duduk sembari memainkan ponselnya.
"Woy," mengetahui ulah siapa itu, Riki hanya menatapnya datar.
"Kenapa Ki, si Resta manggil kita ke sini?" Tanya Agil.
"Kak Rara, dia pingsan." Mendengar ucapan Riki tentu membuat mereka kaget.
"Anjing, ulah siapa?" Tanya Riko.
"Ngga tau, bola nyasar kayanya." Setelahnya Riki membuang nafas kasar.
"Terus keadaan Kak Rara gimana?"
"Belum sadar, di dalem juga ada Resta sama Yesi."
"Si Yesi, bukannya ngasih info ke kita main ngebirit sendirian wae." Mengetahui kedua saudara perempuannya berada di dalam, Nana mengandeng Cia untuk masuk ke dalam ruangan UKS.
Ceklek...
Mendengar itu Yesi dan Resta mengalihkan pandanga ke arah pintu.
"Gimana, kak Rara?" Nana berjalan ke arah dua adiknya.
"Udah lewat 15 menit, tapi kak Rara masih belum sadar juga."
"Apa perlu kita bawa ke rumah sakit aja?" Tanya Yesi.
"Gue si maunya gitu, kata Riki jangan dulu. Kalian tau lah, kak Rara ngga suka suasana di rumah sakit." Saut Resta.
"Iya sii."
Saat sedang berpikir, ponsel dari salah satu di antara mereka berbunyi.
Mendapati ponselnya berbunyi, segera mungkin ia mengambilnya dari saku almamater seragamnya.
"Halo,"
"Nana. Om lihat dari cctv sekolah Rachel terkena lemparan bola basket? Sekarang bagaimana keadaannya?" Tanya pria di seberang sana.
"Kak Rara belum sadar Om" mendengar jawabannya, pria itu membuang nafasnya kasar.
"Baiklah, kalo Rachel sadar segera bawa ke ruangan pribadinya."
"Iya om," ia memutuskan sambungan telponnya.
"Siapa? Om William?" Nana menganggu sebagai jawaban.
Sesaat kemudian keadaan di dalam ruang UKS kembali hening.
Berbeda dengan Aya yang saat ini berada di alam bawah sadarnya.
Aya membuka matanya perlahan, setelahnya dapat ia lihat hamparan gurun hijau yang di penuhi rumput segar dan berbagai bunga tulip serta aster.
Ketika dia akan berjalan ke area bunga itu, tiba-tiba kepalanya di penuhi berbagai memori yang masuk secara berurutan tanpa henti.
"Arghhh" Memegangi kepalanya yang terasa sakit, bersamaan dengan itu kakinya pun terasa lemas.
Begitu lama dalam kondisi seperti itu, hingga akhirnya.
"Hah.. hah.. di mana ini?"
TBC!
Jangan lupa vote, komen and follow
See you next chapter selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SOUL
Teen FictionApakah kalian pernah mendengar Transmigrasi Jiwa? Mungkin terasa familiar bukan? Tapi, apakah masih ada hal seperti itu di Jaman ini? Aneh, ajaib dan mustahil bukan? Sama halnya dengan yang di alami seorang wanita bernama Aya Alviaresa, dia mengalam...