OS-CP18

126 14 0
                                    

WARNING!!

BIJAKLAH DALAM MEMBACA

•••

"Maksudnya kak?" tanya Agil

"Identitas sebagai adik dari pemilik sekolah yang kalian gunakan."

"Apapun keadaannya kalo itu bukan perintah dari kak Rara, kita ngga akan ngebongkar identitas kita." saut Agil kembali.

"Gimana kalo salah satu dari kalian menjadi korban bullying?" apa yang di katakan Rachel sontak membuat mereka kaget.

"Hah bullying?" ucap Izam setelah mendengar perkataan Rachel barusan

"Kak, ngga lagi bercanda kan?" saut Koko

Melihat tanggapan dari adik-adiknya, Rachel tersenyum tipis sangat tipis sampe tidak ada yang menyadarinya.

Lain hal dengan arah pandangan Jeje yang memperhatikan tingkah Cia, yang terlihat gelisah dan sedikit menundukkan kepalanya.

Rachel menekan salah satu tombol remote control dan memperlihatkan sebuah kertas yang tadi pagi Jeje berikan kepadanya.

GUE BISA DENGAN GAMPANG NYEBARIN VIDEO ITU.

JADI LEBIH BAIK LO NURUT SAMA GUE, ATAU KEJADIAN WAKTU ITU MASIH KURANG HAHAHA.

Mereka kaget melihat apa yang di tampilkan Rachel di layar putih itu.

Brakk..

"Sialan!" ucap Riko menggebrak meja.

Terlihat dari raut wajah mereka betapa marahnya setelah melihat apa yang Rachel tampilkan.

Rachel mengalihkan tatapannya ke arah Cia yang menundukkan kepala, dan tengah meremas bantal sofa yang ada di pangkuannya.

Tersenyum, yaa, sekali lagi Rachel tersenyum.

Kali ini senyumnya ia perlihatkan ke adik-adiknya.

"Kakak minta, ngga usah ada yang nyari tau apa maksud dari tulisan itu."

"Tapi kak-"

"Alan, biar semuanya berjalan sesuai rencana mereka."

"Paham?" Mendengar itu mereka hanya bisa mengangguk sembari menahan emosi di wajah mereka.

"Paham." Setelah mendapatkan jawaban, Rachel menyuruh mereka segera kembali ke kamarnya masing-masing.

Di lain tempat, terlihat sekelompok remaja yang tengah berada di sebuah bar.

Star Bar

"Fokus amat" ucap seorang pria yang ikut bergabung ke segerombolan remaja itu.

"Udah di sini aja lo,"

"Kebetulan tadi gue ga jauh, btw tumben ga sama jalang, lo"

"Siapa?"

"Jalang ke sayangan lo, siapa lagi."

"Monika?"

"Iye, mang jalang lo siapa lagi"

"Sialan lo, Zal, Gitu-gitu bisa muasin nafsu gue dia" saut seorang pria sembari meminum, minuman yang ada di meja itu.

"Cihh, gue denger-denger, dia ngebully salah satu anak CB?" ucap pria sembari meletakan sebatang rokok di mulutnya.

"Hmm, gue ga nyangka kalo tu cewek bakal sebringas itu."

"Maksud lo?"

"Dia nyuruh empat cowok buat gilir satu cewek."

"Sialan, makin jadi tu jalang"

Disaat bersamaan dengan itu, seorang wanita masuk kedalam bar.

Melihat kehadiran wanita itu, terlihat semua orang yang berada di bar itu menatap ke arahnya.

Merasa jadi pusat perhatian, wanita itu berjalan ke arah tangga, dan pergi ke lantai dua di bar itu.

"Siapa tuh cewek?"

"Ngga tau, keknya gue baru liat dia di sini"

Saat seorang pelayan tengah membersihkan meja, kedua pria itu memanggilnya.

"Permisi,"

"Ada yang bisa saya bantu tuan?"

"Siapa wanita itu?"

"Maksudnya tuan, wanita yang baru saja memasuki bar ini?"

"Hmm"

"Tuan tidak mengenalnya?"

"Tidak usah banyak bicara. bisa langsung beritahu kami siapa wanita itu,"

"Dia non Jessie, salah satu pelanggan VVIP di bar kami."

"VVIP? bukannya itu hanya untuk salah satu pelanggan yang memiliki reputasi paling berpengaruh di kota ini."

"Benar tuan," saat pelayan itu ingin menjelaskan lebih jauh, salah satu temannya memanggil.

"Ze, bos memanggil."

"Okey,"

"Maaf tuan, saya akan melanjutkan pekerjaan kembali." Pelayan tadi berjalan menjauh dari kedua meja pria itu.

Saat kedua pria itu tengah sibuk dengan apa yang baru saja ia dengar, seorang wanita masuk kedalam bar dan langsung memeluk salah satu dari keduanya.

"Sayang.." ucap wanita yang langsung mendudukkan dirinya di sofa tepat di salah satu pria itu.

"Haii,"

"Hai, jalang."

"Sialan lo Rizal!"

"Sama siapa ke sini?" ucap pria yang saat ini tengah memainkan rambut wanita di sampingnya.

"Tuh" sautnya dan terlihat kedua wanita yang ikut mendudukkan dirinya tepat di depan kursi kedua pria tadi.

"Ngapain kalian di sini."

"Ih sayang, aku kan mau ketemu sama kamu."

"Emang kamu ga kangen aku?"

"Kangen dong,"

"Cihh, serasa obat nyamuk gue." ucap seorang pria yang tengah memainkan ponselnya.

"Sirik aja lo tikus comberan,"

"Tuh kan ada dua temen gue nganggur, bungkus lah." saut wanita itu yang sekarang sudah berada di atas pangkuan kekasihnya.

"Lagi ga mood,"

"Gue duluan."

"Tumben," ucap wanita itu.

"Bonyok dia balik. Kalo sampe ketahuan ga ada di  rumah, fasilitas di tarik ma bokapnya." saut pria yang kini sibuk mencumbu wanita yang berada di atas pangkuannya.

"AhhH, sayang ben-tar duluhhh"

"Gue saranin lo berdua mending nyari cowok, kalo ga bakal jadi bahan obat nyamuk di sini." ucapnya kepada kedua wanita yang juga ikut meninggalkan sepasang kekasih itu.

Setelah meninggalkan bar, pria tadi langsung melajukan mobilnya menjauh dari area parkiran bar.

Di perjalanan pria itu tampak sibuk dengan pikirannya.

"Jessie? Nama yang familiar."

•••

Setelah menyelesaikan urusan di Star Bar, Jeje segera meninggalkan ruangan dimana ia telah menyepakati kerja sama dengan pemilik bar itu.

Ketika menuruni anak tangga, Jeje tak sengaja melihat ke arah kedua wanita yang tengah duduk bersama ke empat pria di bar itu.

"Kedua wanita itu? Kaya ga asing" Ucap pada dirinya sendiri.

Tak ingin ambil pusing, Jeje melangkahkan kakinya untuk segera meninggalkan bar.

Sesampainya di parkiran, ia segera mengemudikan mobilnya menjauhi area parkiran bar.

OUR SOUL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang