Sebelum lanjut baca, jangan lupa vote, and voment ^^
Oke lanjuttttt
•••
Happy ReadingSesampainya di ruang UKS.
"Kenapa."
Tidak ada jawaban.
"Sekali lagi gue nanya, kenapa!"
Masih tidak ada jawaban.
"CIA! GUE NANYA KENAPA!"
"Cukup, Agil."
"Tapi kak,"
"Kakak bilang, cukup!"
Rachel memejamkan mata sekaligus mengatur nafas, dia menatap ke arah adik-adiknya dan tersenyum kecil.
"Kenapa ngga ada yang bilang ke kakak, kalo kalian semua beda kelas sama Cia?"
Tidak ada jawaban.
Rachel tau perasaan mereka, tidak ada satupun seorang kakak yang terima ketika salah satu saudaranya di lecehkan bahkan di permalukan seperti itu.
Saat ini ada satu pertanyaan yang terlintas di pikirannya.
Apakah Rachel asli tau? Jika salah satu adiknya mendapatkan perlakuan tidak senonoh seperti ini.
Sekali lagi, Rachel membuang nafasnya kasar.
"Keluar, biarin Cia istirahat."
"Resta, temani Cia." Perintah Rachel, setelahnya mereka semua keluar dari ruangan.
Setelah meninggalkan ruang UKS, Rachel mengambil ponsel dari dalam saku jas sekolahnya.
"Cari tau cowok bernama Farrel." Setelah mengatakan itu, Rachel memasukan kembali ponselnya.
"Kak," Rachel menengok ke arah Agil.
"Why?"
"Ada yang mau kita omongin, tapi jangan disini."
"Ikut kakak."
Mereka pergi mengikuti langkah yang Rachel tuju.
Bisa di lihat, semua murid menatap ke arah kedelapan bersaudara itu.
"Gila tu cewek, masih murid baru aja berani ngelawan Resti."
"Stupid gril, dia ngga tau Resti siapa di sekolah ini."
"Tapi, kita juga ngga bisa ngebiarin Resti leluasa gitu aja."
"Makin lama Resti makin menjadi."
"Anak donatur mah begitulah."
Rachel menghentikan langkahnya ketika mendengar kalimat terakhir dari salah satu murid.
"Donatur?" Pelan, tapi masih bisa di dengar oleh Agil.
Setelah sampai di depan pintu salah satu ruangan yang berada di sekolah itu.
Mereka bingung dan saling melempar tatapan.
Kedelapan bersaudara itu tau betul, jika ruangan di mana mereka berada saat ini adalah satu ruangan privasi yang tidak bisa di datangi oleh siapapun, bahkan letaknya saja berada di dekat perpustakaan utama, yang jauh dari jangkauan murid kelas 11 dan 12.
Sepi, nyaman, dan senyap.
Yahh, itulah situasi yang Rachel sukai.
Saat kedelapan bersaudara itu tengah bingung, Rachel memencet satu persatu deretan angka yang berada di pintu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SOUL
Teen FictionApakah kalian pernah mendengar Transmigrasi Jiwa? Mungkin terasa familiar bukan? Tapi, apakah masih ada hal seperti itu di Jaman ini? Aneh, ajaib dan mustahil bukan? Sama halnya dengan yang di alami seorang wanita bernama Aya Alviaresa, dia mengalam...