OS-CP11

175 15 4
                                    

Sebelum lanjut baca, jangan lupa vote, and voment ^^

Oke lanjuttttt

•••

Tak lama ambulance pun tiba.

Petugas medis pun segera menempatkan tubuh Aya pada troli yang sudah di sediakan, setelah itu mereka mulai meninggalkan area perusahaan.

Rita segera menyusul menggunakan mobil miliknya.

Di dalam mobil Rita benar-benar kehabisan kata, pikirannya penuh dengan rasa penyesalan karena tidak bisa menjaga Aya.

"Rachel, jangan seperti ini. aku mohon kembali lah seperti dulu. Jangan biarkan mereka bersenang-senang di atas penderitamu"

10 menit perjalanan, ambulance pun tiba di depan rumah sakit. Para petugas medis segera berhamburan dan segera menangani pasien yang berada di dalamnya.

Tak lama Rita pun sampai, baru saja Rita memarkirkan mobilnya.

Dari kejauhan dia melihat Nanda yang keluar dari taksi.

" Nanda?" Saat ingin menghampiri Nanda, tiba-tiba Rita mendapatkan panggilan.

Di sisi lain, setelah membayar taksi Nanda segera memasuki rumah sakit, dan menuju ke salah satu kamar reguler.

Saat pintu itu terbuka, yang dia lihat hanyalah pemandangan yang sama seperti hari-hari sebelumnya.

Dia berharap, ketika dia membuka pintu, wanita yang saat ini tengah tertidur pulas selama dua minggu itu menyambut nya dengan canda dan senyuman seperti dulu.

Kesal, putus asa, dan rasa tidak bisa menjaga seseorang yang sudah seperti adik baginya.

Nanda benar-benar kecewa dengan takdir wanita yang masih tertidur di depannya.

Bisakah dia mengulang waktu?

Mengulang hari dimana seharusnya dia melarang wanita di depannya pergi menemui pria brengsek itu.

Ingin rasanya nanda membunuh pria yang sudah membuat sahabatnya menjalani takdir seperti ini, tapi, bukankah ini juga bukan salah pria itu?

Arghh, pikiran Nanda kacau belakangan ini, dia hanya ingin sahabatnya membuka kedua matanya.

Dia hanya ingin ocehan dan tingkah absurd dari sahabatnya itu.

Terkadang nanda selalu bertanya, mengapa takdir begitu kejam kepada sahabatnya.

Pertama dia di pertemukan oleh cintanya lalu berakhir di hancurkan, setelah itu dia di pertemuan kembali dengan pria lainnya dah berakhir hanya di manfaatkan, dan sekarang di buat tidur selama dua minggu?

Apa lagi yang akan takdir berikan kepada sahabatnya ini.

"Ay, lu ga bosen. Setiap gue dateng, lo pasti tidur."

"Udah dua minggu lo tidur, jangan terlalu pules napa, lo ga kangen gitu ke gue." Nanda mencoba menahan air mata yang hampir saja meluap ke pipinya

"Ay, bisa ga lo bangun sebentar aja."

"Lo ga kangen gitu ke nyokap bokap? Mereka aja kangen, masa lo jahat banget ga kangen sama mereka."

"Oh iya, tadi pas jam pulang kerja, lo dapet salam dari bos juga dari karyawan lainnya."

"Beneran ya ay, lo ga bisa gitu berbaik hati buat bangun dari tidur lo."

"Gue tau ko, lu itu emang orangnya ngeselin dah gitu keras kepala. Tapi gue tau lo baik banget hatinya. Jadi, sekarang bangun yaa" dua minggu ini Nanda mencoba komunikasi seperti apa yang dokter sarankan, tapi, tidak sedetikpun Nanda melihat perubahan itu.

Terkadang rasa putus asa selalu kembali ke dirinya, dia benar-benar tidak berguna sebagai seorang sahabat.

Bukan takdir yang salah, hanya saja kita terlalu mengalah dan tidak pernah mau mengubahnya.
Bukankah, salah satu takdir bisa kita ubah? Lalu mengapa kita tidak sekuat upaya merubahnya?

Lain hal dengan Nanda, saat ini Rita tengah duduk di kursi tunggu sembari menunggu dokter yang menangani Rachel keluar.

Tak beberapa lama, dokter pun keluar dari ruangan.

"Nat, gimana keadaan Rachel?" Tanya rita kepada dokter di depannya sekaligus temannya itu.

"Rachel kecapean aja, gue minta buat saat ini jangan maksa dia buat inget kembali  hal yang bisa bikin dia drop" mendengar itu Rita mengangguk.

"Eh iya Nat, gue mau nanya"

"Iya Ta, kenapa?"

"Pasien di kamar reguler 023 masih di sini?" Awalnya Nathan sempat bingung dengan pertanyaan Rita.

"Ohh, kamar reguler 023 atas nama Aya Alviaresa kan."

"Umm,"

"Dua minggu belakangan ini, dia belum ngelewatin masa komanya. Perubahan keadaan aja belum pernah terlihat."

"Maksud lo?"

"Iya, dia hidup cuma dia ga ada di dunia gitu aja sih. Kadang pas ga sengaja gue lewat kamar itu suka nyesek aja lihat sahabatnya nyoba buat komunikasi sama dia."

"Ya, namanya juga takdir. Kita ga tau kan kedepannya gimana" Ketika lagi ngobrol dengan Rita salah satu suster memanggil dokter Nathan.

"Dokter, ada pasien yang perlu di tangani." Setelah mendapatkan info itu, Nathan pergi meninggalkan Rita.

"Iya udah Ta, gue nugas dulu ya. Kalo ada masalah apa telpon gue aja."

"Umm." Setelah itu Nathan pergi.

Rita berjalan menuju kamar dimana Rachel berada di dalamnya, dengan perlahan dia membuka pintu tersebut dan mendapatkan Rachel yang saat tertidur.

Rita duduk di samping sofa yang berada di sebelah kanan ranjang Rachel.

"Rachel, ngga masalah kalo kamu belum bisa mengingat apapun,"

"Mereka harus merasakan apa yang kamu rasakan bukan? Rachel sendiri yang bilang, seperti itu."

"Jadi, aku mohon kembalilah sebagai Rachel Devinamira. Dimana perusahaan manapun yang mendengar nama itu akan tunduk, kita pasti bisa menangkap mereka, membuat mereka menjalankan hukuman yang seharusnya sudah mereka dapatkan dari dulu." Harapan Rita saat ini adalah melihat Rachel menjadi kuat seperti dulu.

Rita tidak ingin melihat Rachel berada di situasi dimana dia benar-benar hancur dan lemah.

Tanpa Rita sadari, Rachel mendengar semua yang Rita katakan.

"Benar rita, sudah sejauh ini aku menggunakan kesempatan. Aku juga yakin dengan kemampuan aya, dia pasti bisa dan paham dengan situasinya nanti."

"Tenang dan lihat saja, akan ku pastikan mereka benar-benar mendapatkan hukuman yang seharusnya sudah mereka dapatkan ketika mereka membunuh kedua orang tuaku, menghancurkan apa yang sudah aku harapkan. Mereka akan mendapatkan hukuman itu cepat atau lambat, kan ku buat mereka beserta keluarganya merasakan apa yang harusnya mereka pikirkan terlebih dahulu ketika mereka membunuh kedua orang tua ku." Setelah mengatakan itu, Rachel mendekat dimana tubuhnya terbaring.

Rachel, membisikan beberapa kalimat yang bisa membantu Aya.

"Aya, saat ini kau memang tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Tapi, bisakah kau menyelesaikan apa yang sebelumnya tidak bisa aku selesaikan?"

"Aku yakin kau bisa, dan terimakasih karena mau membantuku." Setelah mengatakan itu rachel pergi bersamaan dengan angin.

Rita sempat merasakan angin itu, tapi dia tidak terlalu ambil pusing dan tetap fokus ke arah laptop untuk menyelesaikan pekerjaan.

•••

Kalo masih ada kesalahan dalam penulisan maupun konsep cerita mohon di maklumi, jujur aja sebenernya aku sendiri juga bingung buat kelanjutan cerita kali ini.

Happy Reading ❤️

OUR SOUL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang