Extra Part. 6

3.6K 141 24
                                    

🌿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌿

Hasil investigasi polisi sudah keluar, dan sudah dinyatakan hasilnya bahwa memang pelaku utama memang nyonya Ruth, akhirnya Max dan Roy bisa melakukan pemakaman.

Ava juga datang untuk memberikan penghormatan terakhir dan mengantarkan hingga ke pekuburan. Max dan Roy terlihat meneteskan air mata dibalik kaca hitam mereka, namun segera mereka seka agar tak banyak orang melihat kesedihan mereka.

"Sekejam-kejamnya nyonya Ruth, beliau tetaplah mama kalian..wajar bila kalian menangis. Tak usah kalian tutupi. Itu wajar." kata Ava yang berdiri diantara Mark dan Roy, kedua tangannya mengusap punggung Max dan Roy.

Tangan Roy yang tadinya terlipat didepan kemudian ia turunkan dan meraih tangan Ava kemudian digenggamnya erat. Disisi lain Max yang merasa nyaman dengan usapan lembut tangan Ava kemudian merangkul pinggang Ava dari belakang lalu mengecup lembut kepala Ava.

Ava merasa kaget akan apa yang mereka berdua lakukan terhadapnya, Roy yang menggenggam erat tangannya, dan Max yang merangkul pinggangnya. Mungkin untuk saat ini Ava membiarkan hal itu terjadi karena alasan kondisi, namun Max tak sengaja melihat tangan Ava yang digenggam oleh Roy, matanya menatap tajam kepada adiknya itu. Roy yang merasa ada orang yang menatapnya kemudian menoleh ke arah kakaknya.

Dan benar saja, disitu ia mendapati pinggang Ava di rengkuh oleh kakaknya. Jujur dalam hatinya ada percikan rasa cemburu berlebih, ia tak dapat terus bersabar terhadap hubungan Ava dan kakaknya, terlebih saat ini Max sedang menatap tajam padanya.. Sedangkan Ava sedang merasa aneh dengan perlakuan yang ia terima namun matanya tetap menatap tajam ke arah pemakaman.

Saat acara pemakaman telah usai, semua tamu berangsur pergi termasuk Ava, Max dan Roy. Saat Max dan Roy akan masuk ke mobil masing-masing

"Ava pulang bareng aku aja" kata Max.

"Ga usah..Ava sama aku aja pulangnya" kata Roy sedikit ketus.

Ava yang berdiri ditengah-tengah kedua pria itu tak bisa menjawab apa-apa, ia bahkan makin bingung ketika tatapan mereka berdua mulai berbeda.

Kenapa aku merasa mereka sedang tidak baik-baik saja ya? Batin Ava.

Saat Ava mau menjawab, tiba-tiba ada 2 mobil sport mewah yang datang hampir bersamaan, saat Ava melihat siapa yang turun dari mobil terlihat kaki jenjang dengan stilleto berwarna hitam dengan heels setinggi 8cm, dan mini dress berwarna hitam yang terlihat sexy. Akhirnya wanita itu keluar sambil menyibakkan rambutnya yang tergerai panjang.

Wajah Roy seketika berubah sebal, ya wanita itu adalah Siska.

"Hai Roy.. Maaf aku terlambat, ikut berduka ya Roy" Siska dengan cepat merangkul tubuh Roy dan mencium pipi kanan Roy dengan lembut, membuat hati Ava terbakar cemburu.

"Hm..thanks" jawab Roy datar kemudian ia membuka pintu mobil namun ditahan oleh Siska.

Mobil kedua yang datang. tiba-tiba terbuka. Mobil sedan jenis Ferrari Range berwarna merah terparkir dekat mobil Max, kontras seperti jajaran mobil mewah yang akan konvoi, dibelakangnya terdapat 2 mobil sedan hitam yang kemudian mereka lebih dulu keluar dan membuat barikade untuk mengamankan area sekitar dan beberapa mendekat ke Max. kemudian mobil Ferrari tersebut terbuka, kaki mulus nan jenjang dengan model sepatu yang dipakai adalah peep toe heels dengan warna hitam mengkilap, dibarengi dengan pakaian si empunya yang cukup menggairahkan untuk dilihat. Sexy dress warna hitam dengan potongan leher V dan berbelahan dada rendah, Max sangat mengenal pemilik kaki dan tubuh itu.. Yaa tak lain dan tak bukan dia adalah Meta.

Max mendengus kesal lalu membuka pintu mobilnya.

"Tunggu Max! Aku mau mengucapkan turut berduka cita.."

"Ya sudah kuterima..pulanglah, aku muak." Max memasukkan kakinya untuk masuk ke dalam mobil namun tiba-tiba salah satu pengawal menahan Max untuk masuk ke mobil.

"Kalian apa-apaan sih?!! Apa hak kalian menghadangku! Minggir !!" gertak Max. Roy yang melihat kondisi mulai tidak kondusif ia meminta Ava untuk masuk ke mobilnya namun dicegah oleh Siska.

"Jangan masuk ke mobil Roy. Minggir! He's mine.." kata Siska sambil berdiri menutupi pintu mobil.

Ava menyurutkan langkahnya kemudian beringsut mundur, Roy yang melihat Siska yang arogan membuatnya geram.

"Hei!! Siapa kamu ngelarang Ava masuk? Dia kekasihku!! Sok kepedean kamu bilang aku milikmu! Ava masuk mobilku!" bentak Roy.

"Kalian ini apa-apaan?? Diam.. Aku bisa pergi tanpa kalian!!" Ava berjalan pergi meninggalkan kerumunan itu, namun dicegah Max.

"Ava!! Tunggu jangan melangkah lagi!" teriak Max, langkah Ava terhenti dan melihat wajah Max dan Roy dengan air mata yang terlihat menggenang di garis matanya.

Saat Max akan mengejar Ava, Max  dihadang oleh kedua pengawal Meta, Max berontak, seketika Max dan Roy berkelahi beberapa saat namun terhenti karena Meta menyuarakan gertakan yang tak bisa mereka lawan lagi.

"Berhenti kalian!!!! Atau Ava jadi sasaranku!!" Meta menodongkan hand gun jenis revolver ke arah Ava dan membuat perkelahian itu seketika  terhenti.

Mata Ava membulat teringat kejadian waktu itu yang membuatnya hampir mati, trauma itu muncul kembali, membuatnya tergagap dan pergi berlari menjauhi mereka semua.

Max dan Roy tak dapat berbuat banyak, berurusan dengan orang gila membuat mereka lebih memilih mengalah daripada fatal jadinya.

Ava menuju ke rumahnya, menutup pintu rapat-rapat dan duduk berjongkok di sisi dalam pintu. Ia menangis dan merasa ketakutan.. Ia tak dapat berpikir banyak, hanya rasa cemas dan takut yang ada di otaknya.

🔰🔰🔰

PoliandriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang