"Ini kenapa ruangannya pengap?? AC ga nyala ya??" kata Max santai.
"Hah?! Ohh... Hmmm.. Itu.. Hmm.. Iyaa..hehehe.. Jarang aku buka juga kamarnya jadi pengap" kata Ava terbata-bata.
Max berjalan menuju ke kamar mandi, membuka pintu dan melihat kondisi kamar mandi ternyata exhouse-nya tidak bekerja dengan baik. Padahal Roy bersembunyi di balik pintu. Sebenarnya Roy ingin keluar dan menghadapi Max, namun ini akan menyulitkan posisi Ava, jadi ia mengurungkan niatnya tersebut.
"Hmm..besok aku akan minta tukang untuk cek rumah ini agar kamu nyaman, dan membetulkan exhouse-nya lalu aku minta untuk semua bisa dibersihkan..yaudah sekarang aku mau siap-siap dulu, ada meeting nanti jam 10."
"Hmm..iya..sarapan dulu jangan lupa."
"Okey" Max keluar dari kamar dan menuju kamar Ava untuk bersiap.
Ava meleguh lega, ia kemudian melihat kembali ke kamar tamu menengok dimana Roy bersembunyi ia tidak menemukan dimana Roy berada lalu menutup pintu tanpa menguncinya.
"Sayang...aku berangkat yaaa, sarapan udah aku makan, thanks honey.. Sarapannya enak..aku berangkat dulu yaaa." Max sudah siap berangkat dan tak lupa ia mencium kening Ava dengan mesra.
"Yaaa Max..hati-hati dijalan yaaa." Ava menutup pintu dan menguncinya.
Saat ia berbalik Ava begitu kaget karena Roy sudah berdiri tepat dihadapannya dan kepala Ava terantuk dada bidang Roy.
"Ya ampuuunnn.. Kamu kenapa sih ngagetin aku Roy??"
"Salah sendiri bikin resah.."
"Siapa yang bikin resah? Bukannya kalian yaa yang bikin resah?? Makanyaa mantan itu dibuang ditempat sampaahhh..bukan ditempat yang bisa didaur ulang..gini kan jadinya???"
Roy yang mendengar kata-kata Ava langsung tertawa terbahak-bahak
"Kamu kenapa sih Va, perumpamaan yang kamu bilang itu bener-bener yaa..hahahahah"
Ava yang tubuhnya lebih kecil dibanding Roy bisa menelusup menghindari tubuh Roy yang bikin dia kalang kabut, namun tangan Roy tak kalah cepat untuk menarik lengan Ava.
"Mau kemana??"
"Hmm... Mau beberes kamar Roy..."
"Kamu hanya berusaha menghindar" Roy memegang kedua lengan Ava dan sedikit menundukkan badannya "Jangan menghindar karena kamu udah ga bisa kemana-mana Ava."
"Apaan sih Roy??" Ava seketika panik saat Roy mulai bersikap menyelidik. Meskipun sebenarnya sudah bukan rahasia lagi dan memang tak perlu ada yang ditutupi, namun akan aneh rasanya ketika kemarin ia tak mengangkat telpon Roy namun ia memperbolehkan Max menginap, itu tidak masuk akal sebenarnya apalagi untuk membuat alasan..sudah sangat tidak mungkin.
"Listen to me Ava..kamu boleh aja menghindariku, kamu boleh aja bersembunyi dimanapun kamu mau..tapi yang perlu kamu ingat adalah percuma kamu melakukan itu semua karena pasti aku akan menemukanmu" kata Roy setengah berbisik dan menatap tajam mata Ava yang mulai cemas menghadapi sikap Roy yang bikin ia tak dapat berkata-kata lagi.
"Roy... Maaf aku ga angkat telpon mu"
"Karena ada Max??"
"Bukan..Max datang karena kebetulan dan ia tak memberitahu aku kalau dia mau datang."
"Lalu??"
"Aku menghindarimu karena..." Ava terdiam beberapa saat.
"Karena Siska maksudmu???"
"Iya..."
Roy menegakkan badannya.
"Aaahhhhh...sudah kuduga, pasti karena dia, Ava..aku sudah bilang kalau hatiku itu milikmu..pikiranku dan hidupku itu adalah kamu, duniaku itu kamu..Siska itu bukan apa-apa lagi di hidup aku jadi cukup untuk memikirkan hal yang tidak penting..dan satu lagi.. Aku minta maaf untuk yang kemarin, bukan aku tak mau menolongmu..namun dengan cara aku membiarkanmu pergi dan aku biarkan diriku menjadi tawanan Siska itu akan membuat nyawamu tetap aman."
"Ya..aku mengerti Roy, kata-kata itu juga sama seperti Max.."
"Ya jelas lah..kita sayang kok sama kamu?! Aku menyayangimu Ava..aku milikmu."
Ava tak mungkin dapat mengelak dari damage-nya sikap pria lembut dihadapannya ini, ia juga sangat mencintai pria yang rela ketika kasih sayang yang ia terima harus terbagi dengan kakaknya.
Ava langsung mengecup mesra Roy tanpa aba-aba, Roy sudah sangat rindu dengan Ava langsung merengkuh sosok tubuh yang ia rindukan itu. Percintaan dua manusia tak terelakkan, desah nikmat mewarnai pagi ini. Ava sungguh hanyut dalam percintaan dua pria. Di titik ini ia makin sadar bahwa ia tak dapat melepas mereka berdua.
Yaaa..aku akan memiliki kalian berdua, dan tak akan kubiarkan orang lain mengambil mu dari sisiku. Batin Ava ditengah-tengah puncak klimaksnya yang entah sudah berapa kali.
🌿Ditempat lain Siska dan Meta meet up disebuah restoran, mereka duduk di smoking area taman belakang . Meta dengan gaya angkuh meletakkan ponsel dan kotak rokok, hand bag ia letakkan disisi kursinya dan ia duduk dengan anggun. Siska tampak santai namun detail mengamati wanita dihadapannya.
"Langsung saja, aku tidak mengenalmu tapi aku yakin kita punya tujuan dan musuh yang sama." kata Meta sambil menyalakan rokoknya.
"Maksudmu Ava?"
"Siapa lagi? Wanita brengsek itu harus kita lenyapkan agar kita dapat memiliki kekasih kita tanpa hambatan."
"Terdengar sadis..tapi aku suka pemilihan kata-katamu agar kita bisa memiliki pria kita tanpa hambatan, baiklah apa idemu?"
"Aku akan membawanya pergi atau pilihan terakhir adalah melenyapkannya."
"Membunuhnya?? Apa tidak terlalu berlebihan??" tanya Siska sedikit mengernyitkan dahinya.
"Kau pilih dia mati atau dia memiliki Roy??"
Siska terdiam beberapa saat, berpikir apa yang akan ia pilih.
"Aku jelas memilih Roy, tapi jika mungkin jangan bunuh dia..pada dasarnya ia wanita yang baik." kata Siska sedikit berharap.
"Baiklah setidaknya kita sudah sepakat, aku tidak akan berlama-lama disini. Aku pergi dulu." Meta berdiri dan membawa ponsel dan kotak rokoknya, lalu berjalan pergi namun tertahan saat disamping Siska.
"Tolong jangan bunuh Ava.." kata Siska dengan tatapan tajam lurus kedepan, dan Meta hanya melirik Siska yang masih duduk.
"Tergantung situasi nanti di lapangan, aku juga tidak mau berdosa dengan membunuhnya, namun jika dia berulah aku tidak bisa menjamin ia akan baik-baik saja." Meta kemudian memandang lurus kedepan dan melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti dan meninggalkan Siska dengan wajah cemas.
Siska beberapa kali menelpon ponsel Roy namun tidak diangkat, Siska meninggalkan beberapa chat melalui whatsapp juga tidak dibaca oleh Roy. Jelas Roy tidak akan menjawab karena saat ini Roy sedang asyik bermesraan dengan Ava..jelas ia tidak akan menggubris panggilan masuk apalagi ponsel disetting mode hening, makin ia tidak mendengar semua panggilan masuk.
Aarrgghhh!!! Kamu dimana sih Roy?!! Kata Siska dengan nada kesal.
Ditempat lain Max yang sudah menyelesaikan meeting nya, ia kembali duduk dan berfikir bagaimana cara mengajak Ava untuk menikah, tapi ia kembali memikirkan Roy bagaimana mungkin Ava juga bisa meninggalkan Roy? Max mulai egois akan cintanya, ia tidak mau berbagi dan dibagi.
Aku harus menyingkirkan Roy agar jalanku bebas untuk menikahi Ava. Batin Max.
🔅🔅🔅
Yaaakkk ...yakkk... Barisan para mantan pengen habisin Ava.. Sedangkan sie Rival percintaan ingin menghabisi lawan mainnya.. Pusiiingggg niiihhh woiii...
Gimana serunya cerita selanjutnya??? Nantikan dengan sabar yaaa.. Orang sabar panjang dan gede anunya... Ehhh panjang dan gede pahalanya maksudnyaaa... Cemiwiwwwww
NOTE :
DI AWAL SAYA SUDAH MEMBERITAHUKAN BAHWA INI BACAAN DEWASA / MATURE CONTENT, KALO GA SUKA TINGGAL SKIP, SUKA TINGGAL BACA & VOTE.. GA USAH KEBANYAKAN ITA-ITU PAKE REPORT! SITU KURANG KERJAAN PAKE REPORT2??? KECUALI DI AWAL AUTHOR TIDAK MEMBERIKAN SIGNAL MATURE CONTENT, JADI JANGAN NGADI-NGADI BUAT NGE-REPORT CERITA.
----
GA USAH MUNAFIK JADI ORANG.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poliandri
Romance🔞🔞🔞🔞🔞 Aku berjanji untuk selalu setia pada satu pria.. Namun semua itu sirna ketika sesosok pria lain hadir dimana kekasihku dan pria tersebut adalah kakak beradik.. Ingin aku melepas keduanya.. Namun ibu dari kedua pria tersebut meminta deng...