Bad Day

7K 252 15
                                    

Pagi ini aku kembali bekerja, seperti biasa aku membangunkan max , menata kemeja dan jasnya kemudian menyiapkan sarapannya.. semua yang kami lakukan benar-benar hening, aku tidak membicarakan apapun kepada max maupun sebaliknya.. sepertinya kami juga susah membuka topik bahasan yang ringan.. rasanya sungguh asing.

Kami akhirnya berangkat menuju ke kantor, dalam mobil kami juga diam tanpa berkomentar atau berbicara sesuatu, supir kami terlihat beberapa kali melihat kami dari kaca mobil.. karena keheningan yang tidak biasa terjadi.

Sesampainya di kantor.. kami langsung berkutat dengan kesibukan kami masing-masing.. max dengan laptopnya dan aku dengan file yang menumpuk dan menjulang seperti gunung himalaya.

(Braakkkkk......!!!!)

Max menggebrak mejanya hingga membuatku kaget.

"Aku ga tahan jika harus diam seperti ini ava!! Bisakah kita bersikap biasa aja?! Seperti biasa!!"

"Kau kenapa marah-marah??? Apa aku berbuat salah sama kamu?? Apa hanya karena aku diam lalu kau bisa seenaknya membentakku?? Apa karena aku diam lalu aku tidak mengerjakaan tugas-tugasku seperti kemauanmu?! Ha???!!!"

"Sorry ava... Aku terlalu terbawa emosi... Aku ga bisa kamu diemin ava.. kamu kenapa diam dari tadi?? Salahku apa??"

"Kamu dan aku tidak ada salah apa-apa max.. kita hanya ada diposisi yang salah"

"Maksud kamu apa Va?!"

"Ya.. maksudku.. posisi kita.. posisiku yang mencintai kalian berdua.. dan sekarang mamamu meminta aku untuk menikahi kalian berdua?! Aku punya perasaan max.. aku tak bisa adil kepada kalian berdua?!"

"Makanya pilih ava... Pilih salah satu!!"

"Baiklah.. anggap aku lebih memilih roy ketimbang kamu.. kau mau menerimanya??? Mau??? Oke kalau kau mau.. aku akan segera memilih kepada siapa aku akan menikah nantinya?!"

"Stop ava!"

Aku berdiri dan mengambil hp ku lalu kucoba menghubungi roy, namun dengan sigap max menyita hp ku dan menyudutkanku di tembok.

"Stop ava.. jangan membuatku makin frustasi.. aku tak bisa menghadapi ini.. aku juga tak mampu menghadapi jika kamu lebih memilih adikku.. tapi aku juga tidak dapat menerima jika aku tahu kau tidur dengan adikku"

"Aku juga bingung max... Tolong aku... " Aku menangis dan max memelukku dengan erat, ia sangat mengkhawatirkan apa yang sedang aku pikirkan.. ia takut jika aku berlari dan pergi..

"Please.. jangan pergi ava..."

"Aku bingung max.. "

Max melihatku dengan lekat... Lalu menciumku dengan perlahan, ciuman yang mampu membuatku kembali merasakan dicintai dan disayang... Ciuman yang hangat dari seorang max.

"Don't leave me ava... Jika memang kita harus berbagi.. aku akan berusaha adil ava.. aku akan adil pada adikku juga... Aku tidak mau kau pergi..meski dengan begini aku harus rela kamu terbagi"

"Apa dengan aku memilih poliandri, kau menilaiku buruk max??"

"Tidak ava.. aku tidak pernah berpikir begitu... Tapi alangkah baiknya kau memilih..meski berat... Tapi pasti kita dapat melewatinya"

Aku kembali memeluk max

"Hari ini aku ingin libur sehari-dua hari ava... Aku ingin intens berdua denganmu tanpa memikirkan masalah pekerjaan"

"Max tapi kau kan sudah dikantor??"

"Ya pulang aja.. kenapa?? Ada masalah??"

"Aakkkhhhh... Yaaa benar ini perusahaanmu.. kau bebas melakukan apapun yang kau mau.. baiklah.. terserah kau saja"

PoliandriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang