•|| Happy Reading ||•
Semenjak kejadian tadi siang Dara masih saja memikirkan gadis yang menolongnya. Baru kali ini Dara bertemu dengan gadis yang sangat tulus, baik dan juga ramah.
Rendra yang sedari tadi melihat Dara melamun, entah memikirkan apa langsung menepuk pundak Dara. "Bun, kok ngelamun?"
Dara tersentak kaget saat merasakan tepukan di pundaknya. "Ahh engga, Bunda cuma kepikiran sama gadis tadi siang."
"Maksudnya?" Tanya Rendra bingung. Pasal nya tadi siang tidak gadis yang masuk kerumahnya kecuali Sasa.
"Jadi tadi siang bunda hampir kecelakaan." ujar Dara membuat mata Rendra melebar.
"APA KECELEKAAN?!" Pekik Rendra kaget, gimana nggak kaget kalo denger Bunda nya hampir celaka.
"Hampir Ndra, hampir." koreksi Dara.
"Iya maksudnya hampir tuh gimana?"tanya Rendra yang masih bingung.
"Waktu bunda mau ketabrak, ada gadis yang dorong bunda dan akhirnya bunda selamat deh." ujar Dara.
"Siapa namanya Bun?" tanya Rendra penasaran dengan siapa yang menolong Bundanya.
"Itu yang bunda pikirin, waktu bunda mau tanya namanya tapi ada cowok yabg dateng sambil marah-marah. Yaudah nggak jadi kasih tau namanya." ucap Dara sedih.
"Yaudah bun, siapa tau nanti bunda ketemu lagi sama gadis itu." papar Rendra.
"Iya semoga aja yah Ndra." ujar Dara hanya di angguki Rendra.
"Sekarang bunda istirahat aja, pasti capek." Saran Rendra.
Dara memeluk Rendra, menyandarkan kepalanya di pundak Rendra. " Bunda mau kamu nyari gadis itu Ndra. Bunda punya hutang budi sama dia."
"Iya Bun, tapikan di Jakarta yang luas ini banyak gadis Bun. Emang ciri-ciri nya kaya apa?" tanya Rendra.
"Dia itu cantik, tinggi tapi nggak terlalu, rambutnya itu panjang, mukanya imut dan dia itu baik...banget." jelas Dara
"Itu mah banyak Bun, rambut panjang, Cantik apalagi imut. Gimana Rendra bisa tau gadis yang bunda ceritain sedangkan gadis disini banyak." sahut Rendra semakin membuat Dara ingin menemui gadis itu lagi.
"Bunda nggak mau tau pokoknya kamu harus cari tau, walaupun hasilnya nihil." Sahut Dara.
"Tapi Bun, pasti sudah." kekeuh Rendra.
"Mencoba sebelum menyerah tidak ada salahnya kan?" ujar Dara mendongak untuk melihat wajah Rendra.
Lebih baik mengiyakan keinginan Bundanya dari pada membantah berakhir seperti ini, Dara ini tidak mudah menyerah lebih baik Rendra yang ngalah.
"Iya iya, Rendra bakal nyari siapa gadis itu." Sahut Rendra membuat Dara berbinar.
"Beneran kan Ndra, awas aja kalau bohong."
"Iya bener." sahut Rendra.
•••
"Lidia!"
Mereka berempat menatap ke arah Rani, seakan meminta penjelasan mengapa Rani menyebut nama Lidia.
"Maksud gue, Lidia kan gak suka sama Eca mungkin dia yang ngubah tuh tanda." Jelas Rani.
"Masa si?" Tanya Gea.
"Iya, disekolah kita kan cuma Eca yang berani nampar Lidia." ucap Rani memojokkan Lidia.
"Tapi ada benernya juga si. Lidia kan emang suka curang." Ujar Zia membenarkan ucapan Rani.
"Jangan suudzon dulu." saran Eca yang tidak setuju ucapan Rani.
"Gimana nggak suudzon Ca? Kan emang Lidia yang nggak suka sama lo." kekeuh Rani.
"Kalau begitu besok kita labrak aja kak Lidia." celutak Gea diangguki Rani dan Zia. Sedangkan Eca hanya diam.
"Kok lo diem si?" Tanya Zia menepuk pipi Eca pelan.
"Aku masih nggak percaya kalo kak Lidia yang ngelakuin itu." papar Eca yang membuat mereka greget.
"Udah deh mending besok kita tanya langsung sama kak Lidia." saran Zia.
"Oke!"ujar semuanya termasuk Eca.
•|| To be Continued ||•
![](https://img.wattpad.com/cover/262404246-288-k656636.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FREEDECA
Подростковая литератураHidup dengan penuh kesedihan dan, teka-teki masalah nya itu yang membuat Eca malas untuk melihat betapa luas kehidupan. Sifat polos menjadikan Eca lemah di mata dunia, tapi kalian salah. Didalam dirinya sudah tertanam iblis kejam yang selalu melindu...