FDC_29

46 12 8
                                    

Suara meja di pukul, pulpen di pantulkan di meja sangat terdengar dari depan kelas, apalagi suara Ahmad yang tak kalah merdu membuat kelas  XI Ipa2 sangat ramai.

KONDAK atau biasa mereka artikan Konser Mendadak sudah menjadi kebiasaan ketika guru mapel tidak masuk atau berhalangan.

Jangan heran kalau kelas ini dijuluki kelas SERU oleh penduduk sekolah. Eitss pasti kalau menyangkut seru itu pasti ramai dan, menyenangkan bukan? Tapi SERU yang dimaksud ini beda arti. Kelas SERU atau biasa mereka bilang 'Serba Rusak' ini kelas terkenal seantero sekolah.
Memang benar kelas ini SERU, tapi peralatan di dalam kelas rusak semua. Kan nggak Elite:(

Sapu yang semula bertongkat dan berserabut panjang kini sudah ganti model menjadi sapu bujel, serabut yang sudah hilang dan jangan lupakan tongkat sapunya yang mungkin berkelamin cowok jadi habis disunat, makanya jadi bujel alias pendek. (Canda sunat! Yoo yang belum sunat sono sunat keburu Alot itu na!)

Apalagi sulak bulu yang disediakan dikelas masing-masing sudah tidak ada lagi bulunya. Semua bulu berceceran di bawah lantai dengan kondisi tongkat yang sangat kurus.

Mereka semua berjoget dengan seiring jalannya lagu. Ahmad dan Rijal yang sangat pandai bernyanyi memimpin mereka semua.

" Aku suka dia Mak . . . . "  Nyanyi Ahmad bergaya seperti artis papan bawah.

Dengan bermodal satu botol minum, Ahmad tanpa ragu naik ke atas meja. Meramaikan seisi kelas.

"Aku sayang dia Mak . . . . "

"Aseekkk . . . . " 

JENG JENG JENG JENG!!

"Kasih dan rinduku . . . ini . . . tentunya . . . Untuk si dia . . . . " Sontak mereka semua ikut bergoyang mengikuti alunan lagu yang dinyanyikan oleh Rijal tanpa instruksi.

Hanya dengan bunyi gebrakan meja yang Faqih lakukan bersama yang lainnya, sudah dapat mengimbangi nada yang Rijal nyanyikan untuk menghibur XI Ipa2 yang sedang jamkos.

"Sedalam- dalam nya lautan Indi . . .a . . . . "

"Lebih dalam lagi cintaku pada . . .  nya . . . ."

Sepanjang nyanyian lagu mereka menikmati nya apa lagi Rijal yang sedang menggoyangkan pinggulnya kekanan dan kekiri.

Gerekan Rijal berhenti ketika melihat ke ambang pintu yang memperlihatkan seorang perempuan sedang bersedekap dada.

Ahmad menghentikan alunan lagunya, melihat seseorang yang berdiri di sana. Seisi kelas juga ikut diam melihat arah pandang Ahmad dan Rijal.

"Kok diem? Lanjutin dong!" Perintah Eca membuat mereka bernapas lega.

"Anjir, gue kira lo Bu Reni." Sahut Ahmad di angguki semuanya.

"YOK LAH LANJOT!!" teriak Rijal kembali ke atas meja. Sapu bujel yang selalu Rijal pegang ketika KONDAK.

"Kala ku pandang kerlip bintang nan jauh di sana . . . . " Seisi kelas kembali bernyanyi dan berjoget mengikuti alunan lagu Rijal.

"Sayup kudengar melodi cinta yang mengge . . . Ma. " Rijal menutup matanya menikmati suara masyaAllah miliknya.

"Terasa kembali gelora jiwa mudaku . . . . " Sambung Eca yang sudah ikut naik ke atas meja bersama dengan Rijal.

" AYOK SEMUANYA!!! " Teriak Eca melambaikan tangan nya seperti artis. 😭

"KARENA TERSENTUH . . . ALUNAN LAGU . . . SEMERDU KOPI DANGDUT! " Seisi kelas bernyanyi bersama, membuat mereka merasakan betapa nyaman nya ngebengek bersama. 😳

Kring . . . . Kring . . . . Kring . . . .

Bel pulang berbunyi membuat mereka semua berhenti untuk beres-beres dan pulang. Begitupun dengan Eca yang sudah kembali di kursinya.

"Ca lo pulang sama siapa?" tanya Gea kebetulan lewat di depan mejanya.

"Aku sendiri pake Ojol mungkin." jawab Eca membuka aplikasi Ojek Online di ponselnya.

"Oh yaudah, gue duluan yah." Pamit Gea dibalas anggukan oleh Eca.

Rasa malas yang kini di rasakan Eca ketika semua sudah pulang, dia merasa sendiri. Iya sendiri, keluarga nya saja tidak ada yang memberi kabar apapun padanya. Menurutnya dunia ini tidak adil, kenapa Eca selalu merasa diasingkan dari keluarganya. Bahkan nenek nya juga tidak pernah mengharap kan kedatangan Eca ketika pulang ke Jogja.

Semua orang selalu menyalahkan Eca karena sudah mencelakai Ica. Hanya Iky dan mungkin Ibu nya yang masih percaya dengan Eca.

Tapi ketika melihat Lidia dia jadi sadar, seharusnya dia bersyukur masih bisa mempunyai kedua orang tua. Diluar sana masih banyak anak yang kekurangan perhatian orang tuanya apalagi anak yang terlantar di pinggir jalan.

"Neng!" Panggil Mamang Ojol menggoyangkan tangan nya ke depan muka Eca.

"Astaghfirullah!" Kaget Eca berdiri dari duduknya.

"Neng Eca bukan?" Tanya tukang Ojol.

"Iya saya. Ayo mang keburu hujan." Timpal eca merebut helm yang ada di tangan tukang Ojol, tanpa banyak cincong Eca langsung naik di jok belakang.

"Ini alamat nya dimana neng?" Tanya Mamang  Ojol.

"Jalan Cendana no 5 gang Anggrek." Jawab Eca diangguki Mamang  Ojol.

Disepanjang perjalanan Eca hanya melamun  melihat jalanan yang banyak sekali kendaraan yang berlalu lalang disamping nya.

10 menit berlalu, Ojol Eca sudah berhenti tepat di depan pagar. Eca yang merasa sudah tidak jalan lagi langsung turun untuk membuka helm nya. Dia memberikan uang 20k pada Mamang Ojol, dengan senang hati Mamang Ojol menerima nya.

"Makasih Neng." Ujar Mamang Ojol.

"Sama-sama mang." Sahut Eca, memasuki halaman rumah nya dia terheran ketika melihat mobil yang menurutnya tidak asing sudah terparkir di sana.

Ketika membuka pintu pemandangan yang Eca lihat adalah Mama nya sedang duduk disamping Iky.

"MAMA!! "

•|| To be Continued ||•

Siapa nih yang kangen sama lanjutan nya? Maaf baru Up karena lagi nggak mood buat ngetik ehehe.😔

Salam kangen dari Rizkaaa buat Readers :)🐣







FREEDECA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang