Pernikahan yang sempat di hindari oleh pasangan ini, terpaksa di majukan. Bulan depan mereka harus menikah? Baik Vano maupun Imel sebenarnya sudah berusaha mencari alasan, agar bisa menyelesaikan dulu urusan dan deadline pekerjaan, apalagi Imel juga sedang menjalani coas, tapi rupanya keputusan itu kiranya tak bisa lagi di ganggu gugat.
Tak lain dan tak bukan hal itu disebabkan Eyang tanpa sengaja memergoki mereka sedang bermesraan. Eyang tiba-tiba saja masuk kamar karena kebetulan pintu kamar terbuka. Wanita yang tetap bugar di usia senjanya itu berteriak tak percaya karena tak menyangka dua orang yang sebelumnya keukeh menolak perjodohan di depan matanya malah bagai orang yang sudah lama kasmaran.
Teriakan Eyang membuat Vano dan Imel memisahkan diri seketika, teriakan itu juga membuat seisi rumah berlarian ke lantai atas. Bi Ani yang sedang di rumah belakang juga ikut tergopoh-gopoh datang, bahkan tangannya masih membawa vas bunga yang tadinya sedang ia tata.
Eyang lalu mengintrogasi mereka, di kelilingi anggota keluarga lainnya. Imel menunduk menahan malu, karena Eyang tanpa tanding aling-aling menceritakan apa yang ia lihat di kamar tadi. Vano menggenggam kuat tangan gadis itu berusaha menenangkan karena Imel sudah terlihat pucat, menahan tangis. Saat Eyang bercerita, Cahnia, Mama Vano mencolek suaminya karena ia rasa cerita mertuanya itu cuma mengada-ada. Bagaimana mungkin putranya akan secepat itu akrab dengan Imel?
"Eyang yang putuskan. Kalau kalian tidak mau menikah bulan depan, silahkan menikah sekarang."
Vano melirik Mamanya, ia minta bantuan. Tapi kenyataannya sang Mama angkat tangan, perintah Eyangnya dari dulu mutlak.
"Kenapa diam? Bagaimana? Kalau tetap nggak mau, terpaksa Eyang carikan pasangan lain buat Imel. Eyang tidak akan lepas tangan."
"Mau, Eyang. Mau...." Vano menjawab cepat. Dia tau Eyangnya tidak pernah main-main saat berbicara.
"Bulan depan persiapkan pernikahan mereka, Jelo!" Sabda Eyang sebelum pergi.
******
Imel memukul tangan Vano pelan, wajahnya ia tekuk. Rencana yang ia susun sebulan ke depan sepertinya akan gagal total.
"Menikah ya? Akhirnya, kita menikah juga." Gumam pemuda itu itu, tangannya ia tepuk-tepuk ke tangan Imel pelan.
"Belum,"
"Udah dong, ah. Jangan cemberut gitu,"
"Aku malu, Vano, duh, kita tadi ngapain, sih?" Imel menghentak kakinya pelan. Gadis cantik dengan tubuh kurus itu gelisah.
"Sudah ... Sudah. Kamu tenang, kita akan selesaikan deadline kerjaan kita secepatnya,"
Imel menatap tunangannya itu ragu, bagaimana mungkin dia akan menyelesaikan studinya dalam waktu sebulan. Vano ngaco.
"Aku yang akan nemuin dosen kamu,aku jelasin. Biar koas kamu di pending dulu,...".
"Mana bisa?"
Mereka mikir keras, tak menyangka semuanya bakal serumit ini.
****
Rumah keluarga Vano mulai di sibukkan dengan persiapan pernikahan. Setelah berembuk lumayan alot akhirnya pernikahan di langsungkan dua bulan kemudian. Imel tetap koas, dan Vano tetap syuting stripping. Mau bagaimana lagi, semua serba mendadak."Ibu kamu tetap kita hadirkan." kata Anjelo Rahardi. Imel mengangguk ragu, apakah ide dari calon mertuanya itu akan di terima oleh keluarga besar mereka.
"Kamu tenang saja, nanti ada yang jagain." Vano memegang tangan tunangannya lembut. Ia tahu, gadis itu tengah gelisah.
Keadaan Aini, ibu Imel cukup baik. Tapi Imel takut, wanita yang ia sayangi itu akan merasa kurang nyaman di ajak ke tempat baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
reply 2000
General Fictionkarya pertama yang saya persembahkan buat para shipper bangbangcouple. mungkin masih banyak kekurangannya. "Bagaimana aku menyianyiakan masa remajaku seperti ini,mengagumi seseorang yang sama sekali jauh dari tipe idealku.Dia sangat narsis,sangat pl...