Imel POVHari di sekolahku sekarang tidak lagi seperti biasanya, dampak dari status palsuku sebagai kekasih membuat semuanya berubah. Banyak kakak kelas yang segan padaku,walaupun tidak sedikit pula yang mencibir. Mereka tidak menyangka kami "pacaran". Selain itu, sekarang sering dilibatkan ketika ada kegiatan sekolah, sehingga kebersamaan ku dan Cello bisa di bilang bisa setiap hari. Aku harus pulang sore hari karena selalu saja ada rapat OSIS, seorang guru memberi sebutan pada kami sebagai pasangan mantan ketua OSIS dan Sekretaris OSIS. Terdengar begitu serasi, bukan?
Aku kembali pulang sore Cello mengantarku, tidak mungkin diriku menolaknya karena jam seperti ini angkot yang biasa lewat depan panti kami sudah tidak beroperasi. Setelah turun dari motornya, segera saja masuk, tanpa menawarinya mampir. Rupanya Ada acara di rumah. Aku berhenti sesaat sebelum masuk, menyesal karena ini sudah sekian kalinya demi acara sekolah ku lewatkan acara panti kami.
Adik-adik pasti akan protes karenanya, wajah polos mereka akan tertawa bahagia setiap melihatku. Suara riang mereka berceloteh sudah terdengar dari sini, entah mereka sedang mempeributkan apa.
"Kak Imel datang."Teriak salah satu adik panti bersorak menyambut, adegan ini hampir setiap hari. Sudah seperti ritual tersendiri bagi mereka.
Bocah bernama Hildan itu menyongsong dan seketika memeluk. Kedua tangannya kini rapat melingkar di kakiku. Kemudahan di susul adik-adik lain. Rata- rata usia mereka tiga sampai enam tahun.
"Kak Imel capek, kita main lagi yuk."Aku tersenyum mendengarkan Hildan berbicara seperti itu. Dia bukan seperti bocah yang terus merengek, ia seorang mengerti keadaanku. Bunda memang selalu memberi pengertian pada kam.
"Baru pulang Mel"sapa Bunda Nia, aku kaget karena bunda Nia ada di sini. Biasanya, Bunda Laras akan mengabarkan dulu kalau beliau akan datang. Tapi hari ini tidak, segera saja ulurkan tanganku mencium tangannya.
"Kegiatan Imel sekarang bertambah di sekolah, masuk OSIS."
"Bunda Laras sudah cerita, tapi kamu jangan terlalu memforsir kegiatan kamu ya, Mel. Jangan sampai pelajaran kamu terbengkalai."
"Kok rame, ada acara apa ya Bun?tumben, biasanya kan hari minggu saja acara sampai sore?"
"Vano ada rezeki sedikit, dia minta buat acara kecil-kecilan buat adik-adik adik" Mendengar nama itudi sebut, bibirku yang tadinya tersenyum sempurna mengatup seketika. Bunda Nia tahu perubahan ekspresi wajahku.
"Bunda minta maaf ya Mel, mewakilinya. Vano sudah menyakiti kamu. Dia sebenarnya anak baik, hanya saja dia...."
Sebenarnya tidak sopan memotong pembicaraan orang tua,tapi aku sekarang sedang lelah, lagi nggak mau mendengar apapun yang berkaitan dengan anak itu
"Maaf Bun, Imel taruh tas dulu ya,"
Ku langkahkan kakiku ke atas menuju kamar dan tanpa sengaja mata ini melihat Vano sedang asyik bermain dengan beberapa adik panti di ruang tengah dia juga melihatku, reflek kupalingkan wajah ini, sengaja.
Hampir setengah jam aku mengurung diri di kamar, serba salah sendiri. Ingin sekali keluar tapi takut bertemu Vano. Sedang kalau di kamar terus aku tidak enak sama Bunda. Aku berguling guling di kasur bingung. Buku fisika yang sedari tadi kubaca sudah tidak berbentuk sampulnya.
"Imel, Ayo turun Nak. Waktunya makan. Hildan tidak mau makan kalau bukan kamu yang nyuapin."
Hildan, kenapa kebiasaannya belum hilang sih. Dari kecil setiap malam selalu aku yang jaga, kadang dia ikut tidur denganku.
"Ya, Bun"
"Bunda tunggu, ya." kata bunda laras. Kalau bunda sudah ngomong seperti itu, tandanya beliau sudah pergi dari kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
reply 2000
General Fictionkarya pertama yang saya persembahkan buat para shipper bangbangcouple. mungkin masih banyak kekurangannya. "Bagaimana aku menyianyiakan masa remajaku seperti ini,mengagumi seseorang yang sama sekali jauh dari tipe idealku.Dia sangat narsis,sangat pl...