cinta kamu

32 5 2
                                    

Ada adegan 18+ ya, tolong yang belum waktunya baca skip dulu.

  Imel kembali di buat terkejut dengan apa yang di lihatnya barusan.  Buku diary kecil milik tunangannya ini seolah membuka semua misteri yang selama ini tertutup rapat. Bahkan beberapa momentum yang tertulis di buku itu sangat familiar ia rasakan. Karena sebagian besar isi buku itu menceritakan tentangnya. Benar yang di katakan Vano kemarin, dia jujur. Perasaan Vano ternyata selama ini lebih terluka, memendam rasa dan harus berpura-pura baik-baik saja itu sangat menyiksa.

Suara pintu berderit tanda ada yang datang. Dengan cepat Imel menyembunyikan buku itu lalu pura-pura membaca majalah.

"Hai! Udah lama ya?" Sapa Vano sambil tersenyum. Pria itu memakai kaos polos dengan celana jeans yang robek di atas pahanya.

Imel tersenyum, kali ini dia berani menatap tunangannya itu intens. Imel lalu bangkit, mendekat.

"Lancar hari ini?"

"Wow, ada apa ini? Nggak biasanya kamu kayak gini?"

Bibir Imel langsung manyun, niatnya ingin ngobrol romantis sama Vano kayaknya nggak semudah itu terwujud.

Mengetahui perubahan wajah sang pujaan hati, pemuda itu  lalu meraih pundak Imel. Kedua tangannya di letakkan di atas pundak Imel.

"Maaf. Tadi becanda. Tapi aku seneng kamu nanya gitu, itu tandanya kamu perhatian sama aku."

"Nggak." Jawab Imel sambil duduk.

Vano jadi nyesel sekarang, mencari cara biar Imel nggak manyun lagi.

"Udah makan?"

"Udah."

Vano makin bingung mau ganti topik apa.

"Aku mandi dulu ya. Habis ini kita keluar."

"Kemana?"

"Kamu maunya kemana?"

Imel berpikir sebentar, "ke toko buku gimana?"

"Boleh. Kamu tunggu Bentaran"

Vano menghilang di balik dinding, dia sebenarnya lelah tapi demi wanita yang dia cintai dia harus menahannya.

Sambil menunggu Vano mandi, Imel membuka kembali buku itu, matanya berbinar seketika melihat beberapa foto dirinya di tempelkan di buku diary itu. Lengkap dengan puisinya. Bahkan Vano punya foto saat dirinya sedang berjalan membawa tumpukan buku, ia ingat saat itu mereka berpapasan dan hanya saling diam.

Imel mendengar suara langkah Vano, ia tutup kembali diary itu sambil senyum-senyum. Memutar tubuhnya berharap segera bertemu dengan tunangannya itu.

"Aaaa ... Vano kenapa nggak pake baju, sih?" Imel reflek menutup wajahnya. Saat ia melihat Vano hanya bercelana pendek, membiarkan tubuh atasnya terbuka. Rambut pria itu basah.

"Kenapa emang?"

"Ayo, pakai baju!"

Vano terkekeh, tiba-tiba saja muncul ide menjaili gadis itu. Ia mendekatkan tubuhnya yang masih beraroma sabun itu ke wajah Imel.

"Coba tebak aku pakai sabun apa?"

"Vano, jangan mendekat, dong."

"Tebak dulu, baru aku pakai baju."

"Buat apa coba suruh nebak." Protes Imel tangannya masih bertengger di wajahnya. Tapi hidungnya malah mengendus-endus ke tubuh Vano, ia tak tahu perbuatan tak sengaja itu membuat Vano kelabakan.

"Aku ... Aku ...ya sudah, kalau nggak mau nebak. " Vano meneguk saliva nya. Ia lalu menjauhkan tubuhnya dan segera memakai kaos.

"Kamu udah pakai baju belom?"

reply 2000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang