Gara gara Cello

88 6 0
                                        


Juli 2004

Vano menyisir rambutnya pelan, memeriksa kelengkapan sekolahnya. Tahun ini dia naik ke kelas 3 SMA dan itu artinya dia harus lebih rajin belajar disela sela kesibukannya sebagai artis.

Saat ini dia sedang di sibukkan kegiatan syuting sinetron tapi hanya sebagai pemeran pembantu. Kalau Vano mau sebenarnya dia bisa saja langsung menjadi pemain utama, tapi Vano lebih mementingkan studynya, biarpun dia tidak termasuk murid yang pandai tapi setidaknya dia ingin menjadi publik figur yang baik, yang bisa jadi motivasi fans-fansnya.

Vano keluar dari jok mobilnya. Pemuda itu menyuruh sopirnya untuk segera pulang saja karena hari ini jadwal sekolahnya full.

"Sayang ...." suara manja itu menghentikan langkah Vano yang berjalan menuju kelas. Dia menoleh, melihat Nada menghampirinya.

"Sudah sarapan? Nih gue bawa roti," kata Nada sambil mengulurkan sepotong roti dengan senyum mengembang.

"Hentikan Nad! Kita sudah berakhir. Jangan sok perhatian terus sama aku!!" Sebenarnya Vano tidak tega bicara kasar seperti itu, tapi sudah saatnya dia harus tegas.

Nada sedang merintis karir sebagai penyanyi, jadi gosip itu di manfaatkan oleh manajernya untuk mendongkrak karir Nada. Vano hanya bisa pasrah tatkala Nada memintanya pura-pura menjadi pacarnya.

"Iya ... lupakan," jawab Nada pelan sambil mengerucutkan bibirnya, lalu memasukkan roti itu ke paper bag yang tadi ia bawa.

"semoga kita sekelas lagi ya Van" lanjut Nada mengalihkan pembicaraan, Vano memilih diam terus berjalan menghampiri Chintya dan Cello yang ada di depan kelas. Dari Raut wajahnya, Vano tahu Nada kecewa. Sebenarnya dari lubuk hatinya yang terdalam gadis itu tulus mencintai Vano, tapi sekeras apapun dia mendekat, pemuda itu tetap menjaga jarak dengannya. Nada memilih pergi.

"Eeuuyy ... artis kita datang," sapa Chintya sambil cekikikan. "Kenapa pacarnya di cuekin?"

Hanya Chintya dan Cello yang tahu soal pacaran settingan itu. Oleh karena itu mereka sering menggoda Vano, Vano melotot. Menatap Chintya dengan tatapan nggak suka. Tapi yang di tatap malah tertawa keras.

"Sepertinya dia beneran suka sama Lo Van ..." Bisik Cello. Vano mengeplak bahu Cello keras.

"Parah nih bocah." gerutu Cello menahan sakit. Vano cuek lalu memutuskan masuk kelas menuju tempat duduknya.

Hari itu hari MOS pertama, Cello adalah ketua OSIS tahun lalu. Dia bertugas mengorganisir teman teman lainnya untuk mempersiapkan MOS tahun ini.

Cello sudah berdiri ditengah lapangan bersama anggota OSIS lainnya Suaranya terdengar lantang melalui pengeras suara.

"Selamat datang di SMA HARAPAN BANGSA. Terima kasih karena sudah memilih sekolah ini sebagai tempat kalian belajar selama 3 tahun ke depan. Kalian tidak salah pilih, sekolah kita ini sekolah terbaik di kota ini ..." Vano dan Chintya mendengarkan dengan takjub di depan kelas, kagum mempunyai sahabat seperti Cello.

"Bego banget cewek yang sudah nolak Cello. Gue aja, kalau bukan karena sahabatnya sudah jatuh cinta sama dia dari dulu," gumam Chintya, berbicara sendiri sambil terus makan chikki. Vano menoleh bingung.

"Cello? Suka cewek?kok Gue nggak tahu?" protes Vano.

Chintya berdesis menyesali kebocoran mulutnya. "Kan lo nya sibuk syuting Van. Mana sempat dengerin kisah kami?"

"Siapa cewek itu? apa gue mengenalnya?" cecar Vano tak perduli Chintya mencoba menghindar.

"Eehh ... dengar itu! Cello kayaknya nyebut nama Lo deh, Van."

"Kalian yang laki laki wajib minta tanda tangan kakak kelas 3 cewek yang menjadi penyanyi. Kalian pasti sudah faham kan siapa yang saya maksud!dan yang perempuan wajib minta tanda tangan kepada kakak kelas 3 cowok yang penjadi pemain sinetron. Saya yakin kalian juga malah sudah tahu. Saya kasih waktu sampai besok dan hasilnya serahkan kepada ketua gugus masing masing!!!Mengertiiiii?"

"Apa apaan si Cello?" dengus Vano.

Chintya cekikan lagi.

"Resiko Lo tuh. Nikmati aja di kerubungi cewek-cewek. "

Imel Pov

Aku Ivona Imelda Angela, dengan ragu memutuskan melangkah memasuki gerbang sekolah ini. Sebenarnya aku senang bisa sekolah disini, sekolah terbagus di kota ini. Karena tidak sembarang orang bisa diterima di sekolahan ini.

Aku sendiri bisa sekolah di sini karena bea siswa, ya ternyata sekolahan ini milik keluarga bunda Nia. Bunda Laras melihat hasil UAN SMPku dan beliau langsung mendaftarkanku di sini. Tapi aku khawatir karena mengetahui putra bunda Nia juga sekolah disini, apalagi kemarin Ketua Osis, ternyata itu Cello juga sekolah disini. Sudah lama tidak bertemu dengannya sejak kejadian itu, ternyata banyak hal mengejutkan di hari pertama sekolahku. Aku meruntuki nasibku ketika Cello mewajibkan kami peserta MOS minta tanda tangan kepada senior kami, bagi kami para wanita Vano lah orang yang harus kami mintai tanda tangan.

Kenapa harus dia coba? aku jadi ingat pertemuan kami beberapa bulan yang lalu. Bunda Laras mengenalkanku padanya sebagai tunangan dan reaksi Vano benar- benar menyebalkan.
Dia terang terangan mengejekku sebagai cewek matre yang sengaja mendekati orang tuanya agar aku bisa bertemu dengannya dan menjadi tunangannya. Sebenarnya aku juga tidak mau, tapi permintaan bunda Laras tak mungkin ku tolak. Dan sekarang, aku kembali harus bertemu dengan pemuda itu lagi, meminta tanda tangan darinya pula. Jujur aku nggak suka! Jadi, setelah berpikir semalaman, akhirnya aku menemukan ide super brilian yang sekarang aku praktikkan. Aku memantapkan senyumku memasuki kelas, yakin ideku ini akan berhasil.

Hai semua..mkasih yg sudah baca ya

reply 2000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang