Balada Patah Hati

53 7 0
                                    

  Vano pov

Ku mencoba memejamkan sebentar mataku ketika break syuting. saat ini aku sedang melakukan syuting iklan sebuah produk sabun wajah remaja. Kesuksesan film perdanaku membuat tawaran iklan berdatangan.

"Sukses kan?" tanya Fita sambil meneguk sebotol minuman mineral. Kemarin aku sempat minta pendapatnya soal kado yang pantas di berikan pada hari valentine, tapi tentu saja aku merahasiakan pada siapa kado itu aku berikan. Dan satu hal, sampai saat ini media belum tahu hubungan kami adalah sepupu,entah sampai kapan kami merahasiakannya.

Kadang Fita merasa capek karena dia harus menjaga jarak dengan laki laki yang saat ini di suka. Demi menepis gosip yang akan membuat semua tambah runyam.

" Begitulah"Jawabku singkat,.malas sebenarnya.

"Kenapa ekspresi kamu berkata lain? Kamu di tolak."Tebaknya tepat sasaran.

Kembali ku pejamkan mata.Kepala ini  tiba-tiba saja pusing mengingat peristiwa malam valentine beberapa hari yang lalu.

Malam itu adalah malam di mana hatiku berperang. Cara Cello memperlakukan Imel, membuatku secepatnya pergi dari sana. Cello jatuh cinta kepada gadis itu, gadis yang telah memakai topeng buat mendekatinya.

Sesaat setelah percakapanku dan Imel di belakang, aku kembali ke meja makan. Sambil menunggu gadis itu datang, aku mencoba bicara baik baik pada Cello. Aku tidak ingin sahabatku ikut tertipu karenanya. Tapi mungkin, hati dan mata Cello sudah buta karena cintanya. Dengan santai dia bilang sudah tahu dari awal kalau Imel dan Ivona itu orang yang sama.  Satu hal yang membuatku terkejut adalah ternyata selama ini Cello menganggap Imel menyamar karena dirinya.

Aku baru sadar kalau sahabatku ini tidak tahu sama sekali masalah perjodohan ini. Wajar dia berpikir seperti itu. Dia tidak tahu saja kalau sebenarnya  Imel menyamar demi menghindariku, bukan menghindarinya.

Tunggu!!

Atau dari awal, Imel sudah tahu kalau kami bersahabat jadi dia menargetkan kami berdua? Ya Tuhan, kenapa sama sekali aku tidak berpikiran sampai ke sana? Baiklah, aku ingat, sebelum sekolah di sini, Cello telah mengungkapkan perasaannya pada Imel dan  Imel menggantungkannya. Kemudian setelah tahu kalau dia satu sekolahan dengan Cello dia canggung atau malu karena dia berasal dari panti asuhan. Makanya dia menyamar, biar tidak ada yang curiga dengan asal usulnya. Aku tertawa karena kebodohanku selama ini, aku bahkan menganggap dia menyamar demi diriku.

Setelah syuting berakhir aku langsung untuk pulang. Bi Ani menyambutku dengan senang hati. Wanita itu selalu bahagia kalau aku pulang lebih awal, karena bagi Bi Ani selama ini aku kurang memperhatikan pola tidur dan istirahat ku. Walaupun aku selalu menyempatkan untuk memjamkan mata saat di mobil.

"Hai sayang,". Itu suara mamaku yang menyapa dari dapur, setelah menjawab sapaanya aku pamit masuk kamar.

Segera ku rebahkan kepala ini di sofa panjang yang biasanya aku buat main play station dengan Cello.vMengingat Cello membuatku mengingat hari itu lagi. kami bahkan tak ada komunikasi lagi sampai hari ini.

"Den..ada mas Cello"Suara Bik Ani sambil mengetuk pintu. Tak lama pintu terbuka, Cello yang dengan seenaknya langsung memelukku,membuat sofa ini seketika bergetar. Kalian jangan salah sangka dulu, ini kebiasaannya tatkala dia ingin berbicara serius padaku. Dan biasanya sesegera mungkin aku menghindarinya, aku akan berlari keliling kamar dan kami lnjutkan perang bantal  sebelum kami bicara sambil main play station. Cello memejamkan matanya, kepalanya Ia letakkan di kasur sedang badannya sengaja ia letakkan di lantai.

"Lama kita tidak seperti ini"Gumamnya sambil cekikikan,"Sejak kamu jadi artis,kamu jadi sombong"

Aku tahu bukan hal ini yang ingin dia bicarakan saat ini.

reply 2000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang