Reuni time
"Itu Ivo bukan?" teriak Wulan, seketika mengalihkan pandangan anggota reuni yang sudah pada datang, tak terkecuali Vano dan Cello.
Dengan menahan nafas, Vano melihat ke arah tangga pintu masuk. mencoba memastikan apakah benar dugaan Wulan barusan. Acara Reunian berlangsung lantai dua, agar lebih privat, yang lantai satu adalah lantai yang di peruntukan buat orang umum. Nampak terlihat seperti gerakan slow mantion di mata Vano, seorang perempuan bergaun hijau berdetail lipit dengan aksen high-slit nampak melangkah ke arah mereka. Kaki jenjangnya makin terlihat indah dengan statement shoes berupa wedges cokelat dengan detail anyaman, nampak tangan kanan perempuan itu membawa cluth warna hitam kombinasi kuning. Rambutnya ia biarkan tergerai di depan dada. Begitu cantik dan mempesona. Vano langsung gugup. Jantungnya terpacu seperti habis olahraga. Dia tiba-tiba merasa grogi sekarang.
Perempuan itu semakin mendekat. Ia tersenyum ramah menyapa semua yang ada di situ satu persatu, menyalami, meskipun ini pertemuan pertama mereka setelah sekian lama, ia nampak rileks dan tidak canggung.
"Maaf aku telat ya" sapa Imel sambil menyambut pelukan Tari. Tari langsung meminta Imel agar duduk di dekatnya.
"Makin cantik aja Iv, apa kabar?"
"Wajah secantik ini kenapa dulu di kasih tompel sih?"celetuk Wulan protes sambil mencubit pipi Imel gemas.
"Kalau dulu penampilan kamu begini, pasti si Fita kalah."
"Heleh, bilang aja cemburu." Cibir Reno, yang langsung dapat pelototan Wulan.
Suasana tambah ramai karena mereka melepas rindu dengan banyak cerita.
"Imel...." teriak Chintya. Dia memang berada di bangku pojok, sehingga tidak begitu terlihat dari luar. Chintya punya misi khusus reuni kali ini, dia ingin mendamaikan kedua sahabatnya itu.
Imel mencari asal suara itu.
"Masih ingat kami?"tanya Chintya sambil menunjuk dirinya, MarCello, dan Vano bergantian.
Imel membeku, tatkala ia melihat Vano yang juga tengah menatapnya cuek dan Cello yang tersenyum sambil mengangkat tangannya, menyapa.
"Temui sana?"dorong Tari tiba-tiba.
"Ee..."
"Ayo, menyapa senior dan mantan pacar kayaknya nggak ada salahnya" bisik Wulan yang bagi Imel sangat menyebalkan.
Dengan ragu gadis itu melangkah ke arah mereka. Jantung Imel sudah jumpalitan. Rasa deg deg an itu kembali, setalah hampir 7 tahun dia pendam, rasa itu kembali. Apalagi saat matanya tanpa di minta seperti terus saja fokus ke satu nama.
"Hai." hanya kalimat itu yang mampu Vano ucapkan, lalu dia kembali sibuk dengan handphonenya. Membuat hati Imel kecewa, bukan begini seharusnya.
"Duduk sini Mel," Cello menyeret menyeret satu kursi mendekat padanya, Imel awalnya ragu tapi akhirnya duduk juga tatkala ia rasa Vano malah tak memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
reply 2000
General Fictionkarya pertama yang saya persembahkan buat para shipper bangbangcouple. mungkin masih banyak kekurangannya. "Bagaimana aku menyianyiakan masa remajaku seperti ini,mengagumi seseorang yang sama sekali jauh dari tipe idealku.Dia sangat narsis,sangat pl...