wanita super

46 8 0
                                    

Apa sih wanita super itu?

     Sebenarnya ini hari minggu, tapi niat Imel untuk rabahan ria di kasur  harus ia tunda karena pintu rumahnya di gedor cukup keras dari luar.  Sedikit mengumpat Imel menuju pintu kemudian ia bukanya tirai pelan. Rupanya ada beberapa ibu kompleks yang sudah seminggu ini di kenalnya ngumpul di sana. Mereka memakai pakaian seragam warna merah muda dengan bawahan training warna hitam. Gadis itu reflek menepuk jidatnya, ia lupa kalau sudah janji hari ini mau ikut senam  yang wajib di lakukan warga komplek.

Sebenarnya dia tidak serius menanggapi ajakan itu kemarin. Tanpa sengaja Imel bertemu dengan Ibu- ibu yang tengah asyik ngobrol di salah satu rumah warga. Niat awal Imel untuk membeli beberapa kebutuhan pokok harus terhenti Sementara karena ia terjebak pembicaraan dengan mereka.

"Mbak Imel, sudah siang nih!" teriak salah satu Ibu. Suara berisik mengiringi gedoran pintu.

Imel yang masih pake piyama panjang malah mondar-mandir mencari cara agar ia bisa punya alasan menghindar.

Semenit dua menit dia makin panik karena gedoran makin kencang di luar. Hingga akhirnya ia menemukan satu ide.

"Lho, kenapa, Mbak? Lagi sakit?"tanya Bu ozi tetangga yang pertama kali Imel kenal.

Imel mengangguk pelan seolah tak bertenaga. Untuk meyakinkan mereka Imel menggenakan jaket tebal, rambutnya ia gerai acak acakan. Dan ekspresinya ia buat seolah olah tengah kesakitan.

Kamu memang jenius, Mel. Imel memuji dirinya sendiri dalam hati.

"Ndak nyangka ya, dokter juga bisa sakit."

"Sudah minum obat, Mbak?" tanya Bu ozi perhatian, Imel mengangguk lagi. Karena hanya itu yang bisa dia lakukan sekarang, dia masih mengantuk.

"Bagaimana kalau mbak Imel kita bawa ke dokter Habil saja? Kan kalau minggu dia buka praktek umum. Dari pada nanti kenapa napa, kasihan. Mbak Imel ndak ada temannya, sendirian." entah Ibu siapa yang memberikan usul itu, membuat perut Imel bergejolak ingin muntah. Dan ekspresinya itu malah makin membuat mereka panik.

"Ayo ... cepat bawa. Pakai mobilnya Bu Tirto sajalah." mereka saling memberikan ide, sementara Imel sudah pasrah di peluk dan di papah oleh Bu ozi. Sepertinya adegan seperti ini akan sering terjadi kalau Imel ngotot berbohong.

*****
   "Nanti kalau cari suami harus yang benar benar sayang sama kita Mbak."

Mereka tidak jadi ke dokter, dengan malu-malu akhirnya Imel mengaku tidak sakit, tapi masih mengantuk. Dan untungnya Ibu-ibu itu paham dan tidak lagi mempermasalahkan kebohongan Imel. Sebagai gantinya mereka mengajak Imel mengitari kompleks.

Nasehat Bu Tirto di jawab dengan anggukan oleh Imel, rupanya mereka mempunyai nasib yang sama. Sama sama tidak punya anak perempuan, seperti Bu ozi anaknya kembar. Mereka sudah berumah tangga dan tinggal dengan keluarganya masing masing, beda dengan Bu Tirto dan Bu adi, anak mereka masih lajang tapi sudah bekerja mapan. Tapi mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing sehingga jarang pulang.

"Yang penting Mbak Imel cinta, perasaan juga penting lho Mbak" Kali ini Bu Ela yang menyahut, Bu Ela ini belum punya anak padahal sudah lama menikah.

"Iya Ibu." jawab Imel yang langsung mendapat sorakan tepuk tangan dari mereka.

"Tapi biarpun kita mencintai laki laki itu, kita tidak boleh begitu saja mau di injak injak. Kita harus jadi wanita super. Mbak Imel sudah benar, Mbak Imel punya karir yang bagus, pasti laki laki tidak akan menginjak injak kita"kata Bu ozi semangat.

"Jenengan curhat to Bu Ozi?" sahut Bu Adi sambil tertawa, Bu Ozi langsung melotot tidak suka.

"Tapi ngomong ngomong, Mbak Imel ini sudah punya calon belum?" tanya Bu Tirto mencoba mengalihkan pembicaraan yang mulai menimbulkan perdebatan.

reply 2000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang