Semuanya Kacau

29 2 0
                                    

   Vano tersentak tatkala ia membuka chat dari tunangannya, chat itu terkirim sekitar dua jam yang lalu dan baru ia baca sekarang. Pemuda itu memang sejak tadi di sibukkan dengan persiapan ini itu
Sehingga tidak sempat membuka hape yang sedari tadi ia kantongi.

Namanya juga mau menikah, di mana Vano memilih terjun langsung dengan di bantu oleh suami Fita yang mempunyai EVENT ORGANIZER.

Tanpa menunggu lama, ia segera menekan nomor Imel, Nomer telpon itu sedang tidak aktif. Vano tidak putus asa ia terus mencoba beberapa kali, tapi tetap tidak aktif.

"Kenapa, Van?" Sapa Fita yang sedari tadi memperhatikan keanehan sepupunya, wanita itu begitu cantik,  tetap langsing seperti belum menikah.

"Ada apa?" Ulangnya karena Vano tak meresponnya

"Fita, kali ini aku butuh bantuan kamu." jawab Vano dengan suara parau.

Fita mengernyit, dan sebelum ia menanyakan lebih dalam tanpa ia duga, sepupunya itu menyeretnya ke luar ruangan. Membawanya ke tempat yang lebih sepi.

"Fit, Imel, dia, tiba-tiba kirim chat gini," kata Vano terbata sambil menyerahkan ponselnya pada Fita.

"Menurutmu, dia sedang tidak bercanda 'kan?"

Fita membaca chat itu, wanita yang kini memakai Off shoulder dress itu tampak serius. Berulang kali memperhatikan hape lalu memandang sepupunya bergantian. Ia seperti tak percaya dengan apa yang ia baca barusan.

"Kalian nggak merencanakan macam-macam 'kan? Pura-pura bertengkar misalnya, agar pernikahan ini gagal?"

Kata-kata Fita membuat Vano terbelalak seketika, pemuda itu tidak menyangka kalau mama muda di depannya ini yang mengatakannya. Ternyata wajah dan paras cantik tidak menjamin otak juga ikut cantik.

"Jadi, tidak?" Ulang Fita, setelah melihat perubahan ekspresi Vano.

"Tentu tidak, Fit. Buat apa?"

"Kemarin kalian ngotot tidak mau nikah. Wajar dong kalau aku berpikir kayak gitu "

"Mana suamimu? Lebih baik aku sharing saja sama dia."

"Memang kenapa sama aku?"

"Fita! Tidak ada waktu lagi buat debat. Kalau kamu mau bantu, tolong panggil suamimu. Dan, untuk masalah ini, jangan sampai ada yang tahu."

Fita masih mematung
di tempatnya, membuat Vano memilih masuk kembali ke rumah mencari sendiri suami sepupunya itu. Rupanya pria yang usianya delapan tahun di atasnya itu sedang menata kursi yang rencananya nanti buat tamu yang datang.

Mereka terlibat perbincangan serius, sebenarnya bisa saja Vano pergi begitu saja ke rumah Imel, tapi saat ini hal itu tidak mungkin ia lakukan. Ia dan Imel sedang di pingit. Tidak boleh kemanapun. Berbicara dengan suami Fita adalah satu-satunya cara agar ia bisa mendapatkan solusi.

Suami Fita seperti langsung mengerti dengan kesulitan yang tengah di alami sepupu istrinya, ia menenangkan Vano lalu kemudian berjalan dan menelfon seseorang.

Vano terduduk, ia terus berpikir sebenarnya apa yang terjadi dengan tunangannya itu. Kenapa bisa tiba-tiba berubah pikiran. Apa yang sebenarnya terjadi.

**********
   "Bunda tahu perasaanmu, Mel." Bunda Laras menepuk-nepuk pundak gadis itu. Imel sedang duduk di samping ranjang. Dan, di sanalah Ibunya tertidur pulas. Wanita itu tidak tahu bahwa putrinya sedang mengalami kesedihan yang mendalam.

"Jangan bujuk Imel, Bun. Ini yang terbaik buat kami." Suara Imel terdengar sesak, ia lupa sejak kapan ia berhenti nangis.

Bunda Laras mendesah, tak tahu lagi apa yang harus ia katakan pada anak gadisnya itu. Ia bangkit memandang Imel dan Ibunya bergantian lalu menutup pintu kamar, wanita itu keluar.

reply 2000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang