serpihan masa lalu

64 4 0
                                    

Desember 2004

Author pov

Imel sedang membantu bunda Laras melipat baju di ruang tengah,sesekali ngobrol tentang sekolah dan kegiatan panti.Bunda Laras sangat hebat di mata Imel,biarpun pendidikannya cuma SMP tapi semangat bunda Laras untuk terus belajar selalu tinggi.Jiwa kemanusiaan beliau membuat Imel terkagum kagum.

"Besok temani bunda ya Mel,ke rumah bunda Nia" pinta bunda Laras sambil memasukkan baju baju bayi itu ke box yang berjejer.Imel terkejut.

"Mmm....tumben bunda ngajak Imel..biasanya juga perginya sama Abi"

"Iya..Abi ada rapat di kantornya besok" Jawab bunda Laras tersenyum,duh hati Imel jadi adem kalau lihat senyum bunda Laras yang sangat tulus itu.

"Kamu nggak ada acara kan sayang?" tanya bunda Laras sambil mengelus rambut Imel,wajahnya yang teduh menghadap sempurna ke arah Imel.Imel merasa beruntung bisa bertemu wanita ini,wanita yang tulus menjaganya sejak bayi.Siapa yang tega menolak permintaan wanita sebaik bunda Laras,Imel yang awalnya ragu akhirnya menganguk mantap sambil tersenyum,toh hanya menemani ke bunda Nia,apa susahnya.Kalau nanti di sana bertemu Ivano,anggap saja takdir.Bisik Imel memantapkan hatinya.

Dan sekarang,Imel dan bunda Laras sudah berada di ruang kekuarga sambil menunggu bunda Nia yang sedang menyiapkan minuman.Imel mencoba tenang,walaupun hati nya dag dig dug tidak karuan.

"Bunda dengar prestasi kamu di sekolah bagus ya Mel," kata Bunda Nia sambil meletakkan beberapa gelas minuman,lalu di susul seorang wanita paru baya dengan sepiring kue.Imel tersenyum,nilai semesternya memang tidak mengecewakan.

"Kalau bunda boleh tahu,cita cita kamu apa?"Bunda Nia mengambil tempat duduk di samping Imel.

" Mau nya sih Dokter bunda Nia"jawab Imel mantap,sekilas di tatapnya bunda Laras yang tersenyum menatapnya.

"Woow...cita cita yang mulia,Bunda do'akan tercapai ya" kata Bunda Nia kemudian di Aamini Imel dan bunda Laras.

"Mmm...mumpung bunda bunda sedang berkumpul,boleh tidak Imel bertanya sesuatu?" pinta Imel sambil bergantian menatap bunda Nia dan Laras,

"Sebenarnya bunda kenal tidak dengan orang tua Imel" lanjut Imel setelah merasa mendapat izin,bunda Laras dan bunda Nia saling berpandangan lalu mendekati Imel.

"Kok kamu tiba tiba bertanya seperti itu sih sayang?" kali ini bunda Laras yang bersuara,ekspresinya tenang.

"Imel pengen tahu bun..Imel rasa udah saatnya Imel tahu" jawab Imel dengan bibir bergetar menahan tangis,sebenarnya sudah sejak lama Imel ingin menanyakan asal usulnya,dia masih berharap kalau orang tuanya madih hidup dan suatu saat menjemputnya.

"Mungkin Kamu benar,sudah saatnya kamu tahu dan semoga kamu bisa memahami apa yang akan kami ceritakan nanti...

" La...maksud kamu?"kata bunda Nia memotong penjelasan dari bunda Laras.

"Dia sudah dewasa Nia..dia punya hak untuk tahu" jawab Bunda Laras meyakinkan bunda Nia yang sekarang tampak berkaca kaca.

"Kami punya sahabat namanya Aini,dia gadis yang baik,yang selalu ada untuk kami....." Bunda Laras mulai bercerita,ceritanya cukup panjang.Sesekali Bunda Nia menimpali sambil sesekali ter isak,sedangkan Imel menyimak dengan mata berkaca kaca.Hingga cerita tragis itu berakhir,Bunda Laras menghela nafas,bunda Nia sibuk menyeka air mata nya dan Imel mulai ter isak.Ia tidak menyangka kalau kisah hidupnya setragis itu,cerita seperti itu tidak hanya ada di sinetron tapi ternyata ada di dunia nyata dan itu dia dan orang tuanya yang mengalami.

"Ibu kamu namanya Aini dan sampai sekarang dia masih hidup sayang" jawab Bunda Nia sambil memeluk Imel yang nampak syock.

"Bunda minta maaf sayang,bunda minta maaf..semua ini karena bunda..ibu kamu berusaha melindungi keluarga bunda sehingga peristiwa terkutuk itu terjadi..maafkan bunda Imel" isak Bunda Nia sambil terus memeluk tubuh Imel yang bergetar.

Vano pov
Aku langsung pulang ketika pemotretan itu berakhir,hari ini aku tidak sengaja bertemu Evi di studio.Ternyata dia juga sedang mencoba meniti karir di bidang modeling.Penampilannya makin cantik,kami sempat bertegur sapa sebentar dan bertukar nomer hp.Ku pejamkan mataku ketika pak Dahlan Sopirku mengemudikan mobil membelah jalan Ahmad yani,suasana siang ini begitu terik dan panas.

Drrrrtt....

Sebuah pesan masuk ke hpku,terlihat nomer asing disana.

Dari:081328xxx

Ini nomerku van,simpan ya.Evi.

Aku tatap pesan itu lama,mengingat pembicaraan kami tadi di studio.

"Aku kangen sama kalian"

"Apa Chintya masih cengeng?"

"Apakah Cello masih pintar kayak dulu?salam ya kalau ketemu dia."

"Oh ya,apa kamu masih naksir aku hahahaaaahaha...??"

Sempurna...

Ternyata dia menganggap lelucon perasaanku dulu,di saat aku takut kehilangan dia.Dia mentertawaiku...

"Langsung pulang Den?" tanya Pak Dahlan membuyarkan lamunanku

"Ya pak..aku mau langsung istirahat" jawabku masih dengan mata terpejam.

Mobil kami masuk ke area elit di tengah kota surabaya,seorang security membuka pagar rumah keluargaku sambil menganguk patuh.

Aku langsung keluar setengah berlari mencoba menghindari sinar matahari yang begitu panas hari ini,aku putar knop pintu ketika ku dengar suara isak tangis di dalam rumah.Itu suara mama,ada apa dengan mama?kenapa dia menangis,siapa yang membuatnya menangis?.Ku langkah kan kakiku memcoba mendekati asal suara yang aku yakini di ruang tengah rumahku.Tapi sebelum lebih dekat aku urungkn niatku itu,ketika aku melihat mama sedang memeluk seseorang yang juga sedang terlihat terisak.Seorang perempuan,dan di sampingnya tampak wanita yang aku kenal dengan nama bunda Laras,sahabat mama.Perempuan itu sedang mengelus rambut gadis itu.Matany juga sembab,ada apa ini?siapa gadis itu?.

"Imel...harus kuat sayang" suara bunda Laras memecah keheningan ruangan itu,aku mematung.Imel?? bukan kah itu nama gadis panti yang dulu sempat di jodohkan denganku,tapi kenapa sekarang rambutanya pendek?

"Imel..." kali ini Mama yang bicara,sambil masih memeluk tubuh gadis itu.

"Imel adalah tanggung jawab bunda...sampai kapanpun kamu adalah tunangan Vano.Mungkin untuk saat ini Vano menolak,tapi bunda yakin dia pasti akan menerima kamu "

Rahangku mengeras mendengar penuturan Mama,lagi lagi mama membahas perjodohan konyol itu.Seharusnya Mama memikirkan perasaanku,tapi kenapa sekarang malah meyakinkan gadis itu.Sebenarnya apa hubungan gadis itu dengan mama,sehingga mama begitu menyayanginya.

"Ehemm..." aku sengaja mengeraskan suaraku,berharap mereka menyadari kehadiranku.

"Vano.." akhirnya Mama menoleh padaku,mama nampak kaget.Pelan pelan mama melepas pelukannya pada gadis itu.Melangkah ke arahku,sedangkan bunda Laras gantian memeluk gadis itu.

"Bukankah papa sudah memutuskan Ma,.."

" Vano..."

"Vano tidak tahu apa hutang budi mama pada dia..tapi tolong hormati juga keputusan Vano Ma...."

"Kita bisa bicarakan baik baik sayang.."

"Tolong..kamu.." potongku,lalu daguku ku arahkan ke gadis itu.Yang masih meringkuk di dekapan bunda Laras.

"Maaf..kalau aku nggak bisa menerima perjodohan ini,aku sudah punya orang lain yang aku cintai...jadi tolong mengertilah..." pungkasku.

"Vano..." kali ini suara Mama keras tidak seperti sebelumnya,aku mengibaskan tanganku sambil melangkah ke kamarkau.Tapi langkahku terhenti tatkala mendengar suara tidak asing,suara gadis itu.

"Trimakasih sudah menjelaskan pada ku,aku janji perjodohan ini tidak akan berlanjut setelah ini..maaf telah membebani pikiranmu"suara itu sontak mengalihkan langkahku,ku lihat dia,kakiku melangkah mendekatinya,tampak matanya melihatku dengan tatapan tajam.Matanya memerah,terlihat jelas dia habis menangis,dia mundur dan aku menyadari sesuatu...

reply 2000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang