pesona calon istri

74 8 2
                                    


    Apa yang di khawatir kan Vano nyatanya tak terbukti. Imel menerima perjodohan itu bahkan seperti tanpa berpikir. Dengan ucapan pelan gadis itu tersenyum mengangguk mantap, membuat Vano terkesima. Sudut mata pemuda itu tak berhenti melirik Imel  tatkala mereka di sandingkan menemani Eyang menutup acara. Awak media terhuyung merapat ke depan panggung demi mengobati rasa penasaran mereka. Vano yakin, besok wajah tampannya itu akan wira wiri di layar kaca.

Saat mereka turun panggung, para pemburu berita itu langsung mendekat mencoba mencari tambahan info. Imel yang belum terbiasa dengan semua itu sepertinya mulai sekarang harus membiasakan dirinya di kelilingi oleh kehadiran mereka.

"Tolong fokus dengan acara Ulang tahun saya saja, soal pertunangan mereka, nanti ada saatnya lagi." Pesan Eyang sambil meminta Imel dan Vano bergegas masuk ruangan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Beberapa wartawan seperti kurang puas dengan jawaban Eyang, mereka nekad menyerbu mau ikut Vano dan Imel, tapi untungnya sudah ada pihak keamanan yang sudah bersiap siaga menghalau mereka secara halus.

"Mohon pengertian kalian, tolong wajah calon istri cucu saya untuk saat ini di blur dulu, jangan sampai tersebar. Belum waktunya, dia punya privasi. Terimakasih karena sudah mau datang, mohon maaf kalau acaranya kurang berkenan." Eyang kemudian pamit menyusul yang lain kedalam.

Acara di lanjutkan dengan berkumpul di ruang yang lebih sempit khusus keluarga dekat, dan di situlah Vano bersama Imel berada. Rasa canggung tiba-tiba saja muncul diantara mereka. Vano masih sulit percaya, tapi dia masih bisa menyembunyikan rasa bahagianya dengan memasang wajah datar. Biasa saja.

"Imel, terima kasih atas semuanya." Bunda Nia yang tadinya duduk dekat suaminya, menghampiri Imel dan Vano. Tangan wanita paruh baya itu menggenggam jemari Imel dengan lembut.

"Iya, Bunda Nia."

"Maaf, kalau kamu rasa acara ini mendadak. Kami bahkan tidak mengonfirmasikan dulu pada kamu rencana perjodohan ini di lanjutkan "

Gadis itu melirik Vano sekilas.

"Sebenarnya Imel kecewa, tapi sudahlah. Tidak mungkin Imel merusak acara Eyang 'kan, Bunda."

"Kamu benar, tapi perlu kamu ketahui dan semoga kamu tidak keberatan. Perjodohan ini akan lanjut. Vano juga setuju, Ya 'kan Van?"

"Begitulah, mari kita turuti kemauan para orang tua kita."

"Kok ngomongnya sekarang gitu? Kamu ini, tadi saja bahagia saat Imel menerima perjodohan ini."

"Ma...."

"Kamu jangan mengelak. Kamu anak Mama, walaupun kamu aktor hebat tapi Mama hapal betul ekspresi wajah kamu. "

Vano terdiam, tak bisa mengelak. Matanya malah mencuri pandang pada gadis di sampingnya yang tengah tersenyum tipis melihat perdebatan Ibu dan Anak di hadapannya langsung.

Hati Vano Seketika menghangat, sudut bibirnya berkedut menahan senyum.

*******

Suasana di dalam mobil sunyi,saat ini Imel sedang berada di mobil bersama Vano. Status mereka yang sekarang menjadi tunangan seketika merubah segalanya, para awak media bahkan mengabadikan momentum dimana Vano mengantar Imel pulang.

"Masih jauh?" Akhirnya Vano memecah kebisuan.

"Apa? Imel yang tadinya sedang melamun tergagap.

"Habis ini kita ke arah mana,?"

"Oh, kanan."

Hening kembali

"Vano ..,"

"Ya."

reply 2000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang