pembuktian

23 0 0
                                    

Halaman rumah Vano di ubah dadakan menjadi tempat untuk konferensi pers. Ya, siang itu rencananya Vano akan mengklarifikasi berita yang sudah simpang siur tentangnya akhir akhir ini.

Walaupun ph tempatnya bernaung menentang keras keputusannya, Vano memilih untuk tetap melakukan konferensi pers. Karena Vano rasa sekarang ataupun nanti dia akan tetap melakukan hal serupa seandainya berita tentangnya tidak terbongkar.

Vano sudah duduk di balik meja. Di temani Chintya dan beberapa orang dari managementnya Vano mulai menyapa media.

Vano menjelaskan semuanya. Tanpa ia kurangi sedikitpun. Vano juga minta maaf kepada penggemarnya karena sudah mengecewakan mereka dan membuat ekspetasi mereka sia-sia.

Vano bahkan memutuskan mundur dari sinetron yang sekarang sedang tenar-tenarnya karena merasa sudah tidak lagi sepaham dengan pH mereka.

Vano membuktikan semuanya bahwasanya dia mampu melepaskan apapun demi untuk bisa bersama dengan seorang Imel.

"Apa mas Vano tidak takut karirnya bakal hancur kalau Mas Vano nekat mundur dari sinetron itu? Dan, bukankah Mas Vano juga bisa kena sanksi karena hal itu?" tanya salah satu wartawan wanita yang duduk persis di hadapan Vano.

"Saya sudah memikirkan itu semua." Vano memilih menjawab dengan singkat-singkat saja.

"Apa benar gosip yang beredar beberapa hari ini bahwasanya tunangan Mas Vano asal usulnya tidak jelas?" Kali ini wartawan berbaju hitam yang duduk di sebelah wartawan wanita yang bertanya.

"Skip!" jawab Vano dengan memasang wajah cuek.

Beberapa orang tampak kaget dengan apa yang barusan keluar dari bibir Vano, karena selama ini, aktor satu itu terkenal sangat akrab dengan media.

"Ada beberapa orang yang melihat tunangan anda bersama seorang wanita ODGJ, bisa kah Mas Vano jelaskan siapa wanita ODGJ itu?"

Vano sudah menduga adanya perayaan itu, maka dengan tetap tenang dia menjawab

"Dia ibu mertua saya. Menjadi seperti itu bukanlah aib, kita tidak pernah tahu jalan hidup orang lain. Mungkin di luaran sana ada yang mengalami seperti mertua saya, bahkan mungkin diantaranya malah di telantarkan keluarganya karena di anggap sebagai beban. Tapi saya tegaskan di sini, baik saya, calon istri saya dan ibu mertua saya, kami sama-sama manusia biasa. Ada kelebihan dan kekurangan.

Saya bangga mempunyai mertua seperti itu, yang telah melahirkan seorang wanita yang sangat saya cintai." Vano menjabarkan dengan wajah berbinar, bertolak belakang dengan wajah Chintya serta orang-orang yang duduk di sampingnya.

"Jadi mas Vano tidak merasa terbebani dengan kondisi ibu mertua mas Vano?"

Mata Vano meanajam, rahangnya mengeras. "Kenapa saya terbebani? Saya akan terbebani kalau ada orang yang sehat wal'afiat tapi tidak tahu diri dan tidak tahu malu bersikap seolah-olah dia sakit."

Hening.

Semua saling pandang. Ucapan terakhir Vano sangatlah sarkas.

"Saya kira, cukup ya," Chintya angkat bicara.

Para wartawan beralih menatap Chintya.

"Sepertinya teman-teman wartawan sudah punya kesimpulan. Mohon maaf sekali lagi, tolong kerjasamanya."

"Saya mau ngomong satu kalimat lagi, boleh?" Tiba-tiba Vano kembali mengeluarkan suara.

Chintya berdecak kesal. Bagaimana Vano masih bisa setenang itu sekarang padahal karirnya sedang terancam.

"Untuk ke depannya saya akan tetap berkarir, tentu saja saya membutuhkan dukungan dari teman-teman wartawan dan juga masyarakat yang masih berkenan melihat karya saya. Tapi,...." Vano menjeda ucapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

reply 2000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang