Kecewa

74 3 0
                                    

2005
Kantin sekolah masih sepi tatkala Imel melangkah ke sana, hanya ada beberapa siswa yang datang lebih pagi sambil menikmati roti atau memesan teh hangat dengan konsentrasi menyelesaikan PR yang belum di kerjakan.

"Hei..." sapa Imel pada Tari yang tengah sibuk dengan bukunya. Tari mendongak sebentar lalu fokus kembali pada PRnya.

"Tumben ke sini."balas Tari tanpa menoleh, Imel mengambil sepotong roti goreng yang memang tersedia di meja lalu menggigitnya pelan.

"Minggu depan nonton yuk!" ajak Imel dengan suara hampir tak terdengar. Ajakan itu membuat kaget Tari, baru kali ini Imel mengajaknya keluar. Biasanya gadis itu paling susah buat di ajak keluar.

Imel memang berusaha tetap menutup jati dirinya. Gadis tidak mau semua orang tahu cerita hidupnya, dia belum siap kehilangan teman- temannya.

"Kamu sehat kan Iv? tangan Tari beralih menyentuh dahi Imel. Lalu ke dahinya sendiri, sama aja. Normal-normal saja.
Imel menganguk,

"Aku belum nonton Eiffel I'm in Love,"
gumam Imel yang seketika membuat Tari tertawa sekeras kerasnya,Imel melongo melihat tingkah temannya itu.

"Kenapa tertawa?ada yang lucu?"

Tari memegang perutnya,"Kamu itu telat terus ya. itu film sudah aku tonton jaman SMP, lha kamu kemana aja neng?"

Imel mengerucutkan bibirnya, ia tahu dia tidak pernah update jadwal film terbaru, dia juga kurang tahu majalah majalah-majalah anak muda yang sedang tren. Imel terbantu dengan hobby membacanya, tak sengaja kemarin pas menemukan potongan koran lama dia melihat rivew film Eiffel I'm in Love dan dia langsung tertarik buat nonton. Itu juga dengan uang hasil menabungnya selama ini. Imel tetap harus bersyukur karena ternyata setelah mencari info kesana kemari film itu masih di putar ulang di bioskop. Mungkin untuk menyambut hari kasih sayang bulan depan.

"Jadi kamu nggak mau?" Tanya Imel pelan

"Minggu depan ya?kayaknya keluargaku ada acara deh Iv," Jawab Tari tak tega "coba ajak Wulan aja deh."

"Dia gak bisa juga." Tadi Ia sempat ketemu Wulan di gerbang sekolah.

Tari berdiri mendekati Imel, kemudian menepuk bahunya.

"Ajak Kak Cello Iv," bisik Tari sepelan mungkin, membuat mata Imel melebar seketika.

"Jangan kira aku dan Wulan nggak tahu ya Iv, siapa yang lagi dekatin kamu. Sebagai cewek tuh kita harus peka. Udah jelas kak Cello itu tertarik sama kamu." suara Tari lumayan keras hingga membuat Imel panik.

"Bisa bicara sebentar?" sebuah suara menghentikan tawa Tari,

"Sama Aku?" tanya Tari dengan mata berbinar binar

"Sama Ivo." jawab suara itu dingin. Imel yang dari tadi sudah menegang jadi salah tingkah tatkala tangan cowok itu meraih tangannya lalu menyeretnya pergi, membuat Tari shock berat. Sesuatu yang sama sekali tidak pernah ia duga.

Vano Pov

Setelah peristiwa hari minggu itu, hubunganku dan gadis itu langsung merenggang. Siapa sangka kalau dia menghindariku?sok tidak mengenaliku,acuh padaku. Dan yang lebih membuat kesal, dia malah dekat Cello sahabatku. Aku tahu apa saja kegiatan mereka selama ini. Tentu saja Chintya selalu menceritakan padaku. Bahkan Chintya sepertinya mendukung hubungan mereka. Hal itu sukses mengganggu pikiranku.

Pagi itu aku memang sengaja mencarinya, entah keberanian dari mana hingga aku melakukan itu. Rasa kesal membuat semua nya jadi runyam, bahkan aku turunkan harga diriku demi menemuinya. Ku seret dia menuju rooftop tempat biasa kami makan. Ku buang tompel yang menutupi penyamarannya dengan kasar hingga itu membuatnya terkejut. Matanya langsung memerah menahan marah. Tapiapi dia diam saja. Kami saling diam. Hingga suara bel masuk terdengar suasana masih sama. Aku tahu dia tidak akan berani masuk kelasnya tanpa tompel sialan itu.

"Mau kamu apa?" Oh rupanya dia tak tahan untuk tidak bersuara. Suara bergetar menahan amarah.

Aku yang sejak tadi emosional sambil menatapnya kini malah luluh, tak berdaya dihadapannya. Mulut ini tiba-tiba saja seperti terkunci begitu saja.

"Tolong, kembalikan itu!" katanya tegas. Dia meminta tompel penyamarannya dariku, hal itu kembali menyulut emosiku.

"Kenapa kamu pakai menyamar selama ini?" hal yang dulu aku maklumi sekarang harus kutanyakan.

"Apa hak kamu bertanya seperti itu? Hah?."

"Aku butuh penjelasan! Dari awal kamu sudah tahu kan kalau kita bakal satu sekolah? Makanya kamu menutupi identitas aslimu. Lalu kemudian mencoba menarik perhatianku? Cih....,"

"A .... a ....pa?" gadis itu tergagap,

Aku berdiri lalu mengitarinya. Mencoba mengintimidasi.

"Kamu sukses membuatku tertarik. Ivona Imelda Anjela. Kamu berhasil." kataku.

"Maksud kamu apa?" tanyanya ber api api. Sorot mata itu kembali keras.

"Seharusnya kamu menghentikan penyamaran konyol kamu ini. Toh aku sudah tahu siapa kamu sesungguhnya. Kenapa kamu masih menyamar?;apa sebenarnya motif dari penyamaranmu selama ini?" seringaiku, aku terus memandangnya dengan suara pelan.

"Bukan urusan kamu! aku tegaskan ya Ivano Devanto Anjelo, kita tidak apunya hubungan apa pun. Jadi tidak ada alasan buat kita untuk mencampuri urusan masing-masing." Wow aku kaget mendegar penuturannya. Penuh emosi.

"Apa ini karena Cello? Hm? Apa kamu takut dia tahu siapa kamu sesungguhnya?" Skak mat! dia mematung. Aku tahu cerita ini kembali dari Chintya, tentu saja aku cuek ketika Chintya nerocos. Tapi aku di buat terkaget kaget tatkala dia bilang kalo Cello pernah menyukai gadis panti yang bernama Imel dan itu sukses membuatku meradang. Aku tidak yakin Cello tahu tentang penyamarannya itu. Tapi melihat kedekatan mereka berdua aku merasa sangat terganggu.

"Tolong kembalikan tompel itu. Aku nggak mau ketinggalan pelajaran." Pintanya mengalihkan pembicaraan.

"Jauhi Cello!" kataku lagi sambil mendekatinya. Ia kembali mematung.

"Cukup aku saja yang tahu siapa kamu sebenarnya," lanjutku lagi. Dia mendesah pelan,ku rasa dia sedang mencoba membuat alibi.

"Aku ingin belajar dengan tenang di sini tanpa siapapun mengenaliku. Sedikitpun aku tidak ada motif jelek karena penyamaran ini. Setelah kamu menolak perjodohan itu pertama kali, aku lega. Karena aku juga menginginkan itu." Jawabnya tenang,dan kalimat terakhir sukses membuatku terpukul, jadi dari awal dia juga tidak mau di jodohkan? Dan kenapa sekarang aku merasa sangat kecewa mengetahuinya.

"Aku tidak pernah berniat membuatmu tertarik padaku, karena itu aku menyamar. Karena aku tahu dari awal kamu tidak menyukaiku. Aku fikir dengan menyamar aku bisa konsentrasi dengan belajarku. Jadi aku mohon Vano ... tolong kamu mengerti. Tolong kembalikan tompelku. Karena sekarang benda itu adalah identitasku. Aku tidak bisa belajar di sini tanpa tompel itu." jawabnya lirih sambil kedua tangannya tertangkup di wajahnya. Hatiku mencelos mendengar penjelasannya. Apalagi kini aku lihat mata nya berkaca kaca menahan tangis. Aku lengah tatkala tanganya dengan cepat merampas tompel itu dari genggamanku. Aku menatap punggungnya yang berlari menjauhiku. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku sekarang. Perasaan bersalah, perasaan kecewa atau apa?

Drrrttt...

Sebuah Sms masuk.

Dari:Chintya cengeng

Kamu di mna sih,ada ulangan nih?

Tanpa membalas kumasukkan handphoneku ke saku celana. Lalu berlari ke kelas dengan perasaan tak karuan.

reply 2000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang