kembaran?!

89 4 0
                                    

Suasana kantin sekolah sedang sepi. Nampak Imel dan Wulan sedang asyik mencuci piring dan gelas di belakang. Sesekali mereka tertawa tak menyangka kalau hukuman yang di terapkan senior mereka adalah mencuci piring di kantin seminggu full.

"Ini mah emang kerjaan gue di rumah Iv, keciil ....  " kata Wulan sambil mengangkat jari kelingkingnya. Imel meringis, ia sendiri kaget ketika Cello memutuskan hukuman itu.

"Jangan ngobrol terus! Tuh di depan masih banyak." Tiba-tiba manusia sombong bernama Vano muncul di belakang kami. Setelah mengucapkan itu dia langsung pergi.

"Wow ... ganteng banget sih Iv, sayang udah punya cewek. "

Gelas yang sedang di cuci Imel terlepas dan pecah, dia kaget mendengar ucapan Wulan.Cepat-cepat ia membersihkan pecahan kaca itu sebelum ada yang melihat.

"Kamu gak apa apa kan?" Tanya Wulan cemas.

"Iya ...yuk bentar lagi bel masuk, kita harus cepat selesai. "

********
   Setelah berlangsung beberapa hari akhirnya masa MOS berakhir. Imel agak kecewa karena harus sekelas dengan Wulan. Bukan apa-apa sih, tapi dia takut mulut Wulan yang ember itu bakal merepotkannya lagi. Cukup baginya menerima hukuman mencuci piring seminggu gara-gara kecerobohan Wulan.

Dia tahu Wulan anak baik dan enak di ajak ngobrol tapi dia merasa kurang suka dengan tingkah gadis itu .Untung saja dia tidak duduk lagi dengan Wulan, Imel duduk dengan cewek pendiam namanya Tari. Imel berharap dia tidak terlalu akrab biar penyamarannya berhasil.

Di kelas mereka juga ada cewek cantik namanya Fita, banyak anak cowok yang terpesona dengan kecantikannya. Gadis itu tinggi langsing kulitnya putih dan matanya bulat. Imel saja terpesona dengannya, apalagi para cowok.

"Dia itu artis." Bisik Wulan dari belakang, ya mau tidak mau Imel harus terbiasa dengan Wulan. Tadi wulan sempat minta pindah bangku dekat dengan Imel, tapi karena Imel sudah duduk dengan Tari jadi dia memilih duduk dibelakang dengan anak cowok namanya Reno.

"Cantik. " sambung Reno, Imel melirik Reno sebentar. Klop deh, Wulan kayaknya punya partner yang cocok.

"Trus?" Imel tak perduli dengan obrolan mereka, ia segera bangkit lalu keluar kelas menuju toilet untuk cuci muka.

Saat keluar dari toilet Imel tak sengaja mendengar suara di dekat tangga kelas tiga, Imel menyelinap sebentar sadar kalau itu suara Vano  sedang berbicara melalui telepon genggam. Dia artis sih, maka tak heran dia sudah mempunyai barang mewah seperti itu.

"Terserah om sajalah, tapi jangan sampai mama tahu lho om. Aku nggak mau berita ini mengganggu kesehatan mama. "

Imel mengernyitkan dahinya, apa bunda Nia sakit? Kayaknya kemarin baik baik saja deh.

Ketika Imel masih sibuk dengan pikirannya, tanpa ia sangka  Fita datang menghampiri Vano. Imel menutup mulutnya agar tak menimbulkan suara.

Mereka pacaran?

Imel ingin sekali pergi dari tempat itu tapi badannya seolah terpaku. Ia penasaran.

"Suka kelasnya?" tanya Vano lembut. Fita mengaguk pelan.

"Maaf ya, kita ketemuan di sini."

"Gue ngerti." potong Fita lalu mengeluarkan sebuah benda yang mirip cincin.

"Ini yang Lo pesan kemarin, semoga Lo suka."

"Oke. " Vano langsung memasukkan benda itu ke dalam saku celananya. Fita tersenyum.

"Gue ke kelas dulu ya. Jangan sampai Chintya tahu. " Pesan Fita lalu berlari pergi.

Imel masih terdiam, syok mengetahui kalau Vano, cowok yang di jodohkan dengannya ternyata punya pacar lain selain Nada.

"Hei ... Lo yang disana ... kemari !" Suara itu mengagetkan Imel, dia sempat melihat sekelilingnya berharap kalau bukan dia yang Vano panggil. Tapi tidak ada siapapun  di tempat itu hanya dirinya dan Vano.

"Iya. Lo. Tukang nguping pembicaraan orang." Vano sudah mendekatinya, Imel mencoba kabur.

"Maksudnya apa?" Kilah Imel dengan suara cueknya mencoba menepis tangan Vano yang menggapainya.

"Tunggu! Ternyata Lo. $

"Gue nggak denger apapun. " kata Imel tetap dengan suara tegasnya.

"Lo bohong. Dengar ya cewek cupu, "

Degh!!Imel terasa di hantam ribuan ton beras tatkala mendengar sebutan cupu dari bibir Vano, seketika rahangnya mengeras menahan marah. Tapi tunggu, bukankah Vano benar. Semua orang akan menyebutnya seperti itu, karena penampilannya saat ini memang cupu. Dan memang seperti itu kan rencana awalnya.

"Terserah Lo dengar ataupun tidak, Gue nggak perduli. "lanjut Vano.

"Ya sudah kalau begitu. Gue pergi."

"Ivona .I. Angela," gumam Vano membaca name tag di seragam Imel, " " Huruf I itu apa?"

"Apa itu penting? lagian itu nggak ada hubungannya sama Lo, ya Ivano, sudah! Gue akan melupakan apa yang terjadi  hari ini." Imel sudah putus asa menghadapi Vano yang terus menghadangnya.

"Oke. Guebpegang kata-kata itu," Kata Vano sambil mengangkat jari kelingkingnya.

"Jari kelingking Lo!" kata Vano meraih kasar tangan imel lalu mengaitkan dengan jari kelingkingnya.

"Kalau Lo ingkar, Lo bakal nyesel. " ancam Vano kemudian berjalan pergi.

Tangan Imel terkepal.

"Oh ya nama kita mirip. Apa kita kembaran?" teriak cowok itu sambil membalikkan badannya, tersenyum menggoda.

Imel melangkah ke kelasnya, ia masih murung. Saat ia akan duduk tanpa sengaja matanya bertemu dengan mata Fita, gadis cantik itu tersenyum padanya sambil berjalan menghampirinya.

"GuevFita, Ivo? " sapa Fita ramah.

Imel mengangguk.

"Mmm ... kata bu Anna, Lo peraih Nem tertinggi di smp kamu dulu?" )

" Iya."jawab Imel singkat. Dia tak mau di anggap sombong.

Fita melirik Wulan yang sedang menguping pembicaraan mereka.

"Bolehkan sesekali gue minta bantuan  kalau lagi kesulitan dalam belajar?soalnya kadang gue ketinggalan pelajaran. Tadi bu Anna bilang, gue bisa minta bantuan Lo. "

"Guebnggak sepintar itu." jawab Imel, dia tidak enak mendapat pujian dari Fita. Tidak biasa.

"Iya Fit, Ivo pasti bantu kok. Ya kan Iv?"Reno ikut menjawab, dia mengedipkan matanya memberi kode pada Imel.

Imel mengerti ini akal akalan Reno saja biar bisa dekat dengan Fita. Dengan terpaksa Imel menganguk, seulas senyum menghiasi wajah cantik Fita.

Tari yang biasanya diam tiba-tiba menjitak kepala Reno,

"Kebiasaan, kalau ketemu cewek cantik langsung playboynya keluar. Awas nanti gue bilang ke mama!" Imel dan Wulan menatap heran melihat tingkah mereka, Reno nampak kesakitan setelah kepalanya dijitak Tari.

"Kalian udah kenal sebelumnya?" tanya Wulan, sambil menatap Tari dan Reno bergantian.

Tari melengos tak menanggapi.

"Dia kembaran gue kali. ." jawab Reno sambil bangkit setelah mendengar bel berbunyi. Imel dan Wulan melongo.

Dalam waktu kurang dari dua jam Imel mendengar dua kali orang menyebut kata kembar, Reno dan Vano.

reply 2000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang