14. Hello, Bos.

30 22 11
                                    

"Kita pamit ya, bu," ujar Abi dengan sopan.

"Iya, nduk. Hati-hati di jalan, ya." Abi menyalami sang ibu dan Nara pun tersenyum mengikuti Abi.

Nara yang masih setia berjalan membuntuti Abi hanya diam tak banyak berkomentar.

"Gue anter lo balik dulu ya, ganti baju. Terus berangkat ke tempat kerja bareng." Abi menyerahkan helm kepada Nara untuk dikenakannga demi keselamatan berkendara.

"Hemm," sahutnya dengan bergumam.

Selama perjalanan, Nara disuguhkan dengan pemandangan orang-orang pasar yang berlalu lalang. Mulai dari ibu-ibu berdaster dengan tas belanjaannya dan beberapa ibu-ibu yang membawa tampah diatas kepalanya. 

Dunia ini terlalu sempit untuk melihat hal-hal baik, karena kebanyakan sudah diisi oleh yang munafik.

Maafkan Nara Tuhan, saat pembagian rasa syukur, ia tak hadir. Sehingga hidupnya selalu diisi oleh mengeluh dari hal-hal yang tidak berguna.

"Oy, diem-diem bae. Tidur lo?" Tanya Abi sambil menepuk paha Nara.

"Apaan sih, nggak jelas banget." Mendengar respon Nara yang tidak bersahabat, Abi memilih diam dan tak menanggapinya karena ia tidak mau menghancurkan mood di pagi yang cerah ini.

Setelah beberapa menit ditempuh, akhirnya sampai di kost Nara. Ia langsung turun dan melepaskan helmnya.

"Bentar ya, jangan ditinggal." Nara langsung bergegas masuk ke dalam kamar kostnya.

"Iya, nggak pake lama yaa," seru Abi.

Saat Nara akan masuk, ia berpapasan dengan Alice yang sudah rapih lengkap dengan tas di bahunya.

"Heh, dari mana aja lo semalem nggak pulang?!" Seru Alice yang kaget melihat kehadiran Nara.

"NARAA?!" Seru Alice karena omongannya tak digubris oleh Nara.

"Dasar ya tuh bocah, main nyelonong aja."

Melihat ada seorang laki-laki yang mungkin bersama Nara, Alice tersenyum jahil kepadanya dan langsung mendekatnya.

"Hayoo, abis ngapain aja lo semalem sama Nara sampe nggak pulang," ujar Alice dengan nada curiga.

"Apaan sih, nggak jelas banget lo," jawab Abi dengan ketus.

"Ngaku deh lo," seru Alice.

"Gue sama Nara itu nggak ngapa-ngapain ya, jangan over thingking gitu dong."

"Terus kalo nggak ngapa-ngapain, kenapa sampe nggak pulang?" Tanya Nara dengan nad yang mulai nyolot.

"Temen lo tuh, yang semalem hapir sekarat ditengah jalan kaya gembel. Karena gue ganteng, baik hati dan tidak sombong, ya gue tolongin dong. Masih syukur gue anterin pulang plus mau ditebeng berangkat kerja," Puji Abi Kepada dirinya sendiri.

Alice yang belum memahami maksud dari Abi hanya menganguk-anggukan kepalanya.

"Ya udah lah terserah, lo. Gue mau pergi, bye. Jagain Nara, ya. Dia bisa jadi liar kalo lo macem-macem sama dia."

Alice melangkah pergi dengan melengak-lenggokkan pinggulnya dan berjalan menuju mobil pesanannya meninggalkan Abi yang geleng-geleng kepala karena melihat tingkah Alice yang tak waras.

"Pantes Nara sikapnya kaya macan, ternyata temennya juga harimau," gumamnya.

"Maksud lo apa, ngatain gue macan?" Seru Nara yang datang tiba-tiba dan membuat Abi tersentak.

Abi mengalihkan pandang ke Nara yang sudah menggunakan baju kerja dan dibalut dengan cardigan. Dengan sedikit polesan make up sederhana, menam menambah kecantikannya.

"Woy, ngapain ngeliat gue kaya gitu? Terpesona sama kecantikan gue?!" Seru Nara kepada Abi yang bengong.

"Ih, kepedean. Dahlah, yuk jalan keburu telat." Abi menaiki motornyadan langsung bergegas untuk melajukan motonya tersebut.

Setelah melewati jalanan yang mulai macet karena aktivitas manusia, akhirnya Abi dan Nara sampai di Resto tempat mereka bekerja.

Kedatangan Abi dan Nara secara bersamaan mendapat banyak tatapan tak suka dari beberapa karyawan yang melihatnya.

"Lho, kok plang nya dicopot?" Tanya Nara yang melihat tidak ada plang resto ini ditempat biasanya.

"Kan nama restonya udah diganti. Jangan bilang lo nggak ngerti dan belum tau," cibir Abi kepada Nara yang kini celingak-celinguk tak jelas memperhatikan keadaan sekitar.

"Ha, nggak ngerti apaan?" Sahutnya.

"Tuh kan, bolos sehari aja lo udah ketinggalan banyak informasi penting. Pemilik resto udah berubah, Pak Faizal jual resto ini ke temennya karena dia butuh biaya untuk pengobatan istrrinya. Dan pemilik resto yang baru minta nama restonya di ubah," jelas Abi.

"Oh." Nara hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Berbeda dengan reaksi pegawai lain yang merasa sedih atau kehilangan, justru ia biasa saja. Kenapa harus baper, toh dia aja nggak peduli pada Nara.

"Yuk, masuk keburu rame." Abi berjalan menggandeng tangan Nara.

Sial, Nara hanya diam menerima perlakuan Abi yang begitu manis. Ia tak berontak apalagi berteriak tak jelas seperti biasanya.

Aduh, Nara melayang.

"Ke tempat Pak Bos dulu, ya. Dia nyuruh gue temuin dia soalnya."

"Ya udah, gue mau kerjain tugas gue dulu," jawab Nara dengan seadanya.

"Eitss, jangan. Lo juga harus ikutan, kan lo belum kenal sama dia." Abi menahan kepergian Nara yang tidak berniat untuk ikut kepadanya.

"Ngapain juga harus kenal, nanti juga seiring berjalannya waktu pasti gue paham. Yang penting dia gaji gue, udah gitu aja. Sekarang lepas nggak." Tangan kanan Nara berusaha melepaskan tangan kirin yang kini digenggam erat oleh Abi.

Karena mereka yang sama-sama keras kepala, mereka justru saling tarik menarik. Hingga Abi berhasil membuka pintu ruangan Pak Galih dan menyeret Nara masuk ke dalam.

Di dalam ruangan tersebut terdapat pak galuh yang kini sedang makan berdua bersama kekasihnya. Sontak membuat kedunya kaget.

"Elo?!" Ujar Abi, Nara dan Abi secara bersamaan.

"Naraaa, ketemu lagi kita, aww." Alice berteriak dengan manja sambil merentangkan kedua tangannya bertanda minta dipeluk.

Nara menatap Abi berusaha mencerna rangkaian kejadian. Jadi, yang dimksud pemilik resto terbaru adalah Pak Galih? Kekasih Alice yang sangat Nara tidak sukai karena sudah om-om? OMG, GAWAT SIAGA 1!

"Selamat pagi pak, bu. Maaf mengganggu waktunya," ujar Abi dengan ramah.

"Ekhemm, tangannya bisa kali dilepas dulu," sindir Alice yang melihat tangan Abi dan Nara bergandengan.

Sontak hal tersebut langsung dilepas oleh Nara dengan paksa dan berhasil.

"Silahkan duduk dulu, ada hal penting yang akan saya bicarakan dengan kalian," ujar Pak Galuh dengan suara beratnya.

Mendengar hal tersebut, Nara langsung merasa hebat. Bisa-bisanya pmilik resto mengajaknya diakusi tentang hal penting. Biasanya juga orang-orang berbicara kepadanya untuk mencari ribut.

"Ada apa ya, pak?" Tanya Abi.

"Saya berniat untuk membuka cabang resto ini didaerah Bogor. Gimana menurut kamu?" Sahutnya dengan melemoar pertanyaan kembali.

"Saya sih oke aja pak, selama itu yang terbaik untuk kebaikan bersama kenapa enggak?" Ujar Abi dengan kritisnya.

"Kalo kamu, gimana Nara?" Pak Galih mengalihkan pandang ke arah Abi dan dijawab dengan anggukan kepalanya.

"Gue, ehh saya ngikut Abi aja," gumam Nara dengan senyum yang ia paksakan.

"Ekhemm," dengan sengaja Alice batuk untuk meledek gaya bicara Nara yang terkesan lembut. Dan hal tersebut langsung mendapat tatapan tajam dari Nara.

"Oke, nanti agak sore kita bicarain lagi, ya. Saya ada urusan lain soalnya."

-----------------

Jawa Tengah, 31 Mei 2021

Tentang Nara [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang