29. Dipatahkan Kembali

23 9 0
                                    

---------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---------------


Sejak kejadian jalan bareng, hubungan Nara dan Dareen semakin dekat. Terlebih, mereka sering memamerkan kebersamaan mereka di sosial medianya.

Nara tidak mempermasalahkan jika ada yang menganggap bahwa dirinya adalah simpanan Dareen. Pasalnya memang sangat mustahil, Nara bisa seakrab itu dengan Dareen. Secara status sosial memang sangat jauh perbedaannya.

Sempat Nara merasa insecure namun berulang kali, Dareen menguatkan Nara untuk tidak tumbang hanya karena omongan orang.

"Ada yang bisa saya bantu, mba?" Ujar Nara saat melihat pengunjung Resto yang terlihat sedang mencari keberadaan seseorang.

"Saya bisa bertemu dengan Dareen?" Ujarnya dengan celingak-celinguk memperhatikan seisi Resto.

"Apakah sebelumnya sudah buat janji?" Tanya Nara kembali.

"Sudah," jawabnya dengan percaya diri.

"Baik, sebentar ya. Saya panggilkan terlebih dulu." Nara melangkahkan pergi menuju ruangan Darren.

Saat sampai di ruangan Dareen, Nara melihat Dareen sedang memainkan handphone miliknya dan membiarkan berkas-berkas terlantar begitu saja dimejanya.

"Ko, ada yang nyariin."

"Siapa?"

"Nggak tau, katanya sih udah buat janji."

"Ha? Perasaan gue nggak ada janji ketemu sama siapa-siapa." Dareen meletakan ponselnya di meja dan menatap Nara heran.

"Kaya nggak tau aja lo modus orang biar bisa ketemu," jawab Nara.

"Ya udah gue temuin dulu, ya." Nara mengangguk.

Saat Dareen pergi, Nara mengintip dari jedela kaca yang berada diruangan tersebut yang mengarah ke sana.

"Silfia?" Ujar Dareen yang sangat antusias.

"Dareen, akhirnya setelah sekian lama gue ketemu lo juga," sahutnya dengan wajah yang ceria nan bahagia.

Perempuan bernama Silfia yang dipanggil oleh Dareen sepertinya keturunan dari luar negri. Dimana wajahnya yang cantik dengan hidung yang mancung menambah kesan manisnya.

"Yuk, di ruangan gue aja." Dareen menggandeng tangan Silfia menuju ruangan Dareen.

Saat melihat mereka berdua hendak menuju ruangan dimana ada Nara didalamnya. Nara langsung duduk di kursi yang tersedia dan berpura-pura memainkan handphone nya.

"Ini ruangan lo? Lumayan luas juga, ya." Dareen tersenyum dengan menganggukan kepalanya.

"Ehh ini mba yang tadi bukan sih?" Celutuk Silfia saat melihat keberadaan Nara.

"Iya, hehe." Nara menyahuti omongannya dengan kaku.

"Ngapain karyawan duduk disini? Nggak sopan banget," cibir Silfia seraya memandang penampilan Nara yang menurutnya terlalu biasa.

Nara melirik ke arah Dareen yang hanya menunduk. Sepertinya, Dareen tidak berniat untuk membela Nara sedikitpun dihadapan perempuan ini.

Nara bangkit dari duduknya dan langsung meninggalkan ruangan tersebut begitu saja tanpa permisi. Terlebih Nara berjalan dengan dada yang ia busungkan. Sontak saja langsung membuat perempuan tersebut berdecak kesal.

Setelah Nara meninggalkan ruangan tersebut. Perempuan bernama Silfia itu langsung duduk dan meletakkan tas brended nya di atas meja.

"Dia tadi bukan karyawan biasa, Sil. Tapi orang kepercayaan Galuh buat pegang Resto ini," celutuk Dareen untuk meluruskan supaya tidak terjadi kesalahpahaman diantara mereka.

"Serius? Parah banget si Galuh mempekerjakan bocil nggak guna." Silfia memperlihatkan wajah yang sangat tidak suka.

"Nggak boleh gitu ngomongnya. To the point aja. Mau apa lo nyamperin gue kesini setelah sekian lama ngilang?"

"Gue kangen sama lo, bego. Hampir satu tahun nggak ketemu lo."

"Salah sendiri pergi ke Australia."

"Kalo bukan keinginan orang tua, gue juga sebenernya ogah, Dar. Tapi, mau gimana lagi? Gue nggak bisa berbuat apa-apa."

"Makin cantik aja, lo," puji Dareen saat melihat penampilan Silfia.

"Bisa aja lo. Tau nggak sih, Dar. Kerjaan gue disana cuma bantuin bisnis bokap sedikit-sedikit. Terus foya-foya sama temen disana. Gimana nggak bahagia gue disana?"

"Pantes, nggak ada tekanan hidup ya."

"Bisa aja lo," sahut Silfia dengan tawa ringannya.

"Terus hubungan kita, gimana Dar?" Lanjutnya.

"Gimana apanya?" Sahut Darren.

"Kita nggak pernah ada kata putus dalam hubungan kita loh. Jadi, you are mine?"

"Why not?" Sahut Dareen dengan senyuman lebarnya.

Mendengar jawaban Dareen, Silfia langsung memeluk Dareen dengan erat.

"Lo nggak punya simpenan kan disini?" Tuduh Silfia.

"Simpenan apa? Kalo simpenan duit banyak noh di bank."

"Ternyata Dareen nya Silfia masih sama kaya dulu. Gimana gue nggak sayang sama lo, kalau lo aja seru banget gini, Dar." Silfia terlihat sangat kagum kepada Dareen yang ternyata masih begitu tulus mencintainya.

"Iya dong, lo pasti kan yang punya gebetan di Australia, ngaku lo."

"Tau aja, lo. Hehe. Tapi semuanya aman. Nggak ada yang seserius hubungan kita dan semuanya udah bubar."

"Bagus, udah pinter ternak buaya."

Suara tawa antara Dareen dan Silfia terdengar hingga luar sampai ke telinga Nara. Hal itu sontak membuat Nara begitu terluka.

Bagimana ini, hal paling menakutkan bagi Nara sudah ada didepan matanya. Ia sangat takut, jika kemungkinan-kemungkinan menyakitkan itu akan terjadi kepadanya kembali.

Sejak awal kedatangan Silfia, beberapa orang di Resto memang sangat terlihat jelas menampilkan wajah kagumnya. Bagimana tidak, kulitnya yang putih bersih, tubuhnya yang tinggi, kecantikannya manpu membuat siapa saja terpana melihatnya.

Jika dibandingkan dengan Nara, sudah pasti Nara kalah jauh.

Kenyataan yang lebih mnyakitkan yaitu, ternyata selama ini, Nara hanya dijadikan pelampiasan Dareen atas Silfia.

Kuatkan Nara, ya rabb.

------------

Jawa Tengah, 19 Juni 2021

Tentang Nara [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang