19. Bertemu Adam

31 13 6
                                    

-----------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----------

Bagian terberat menjadi manusia adalah melawan hawa nafsu.

----------

Dengan memberanikan diri, akhirnya Nara beranjak dari ayunan tersebut. Ia berjalan menuju jalanan ramai, barangkali bertemu dengan orang baik yang mau menolongnya. Dan membantunya untuk kembali ke Jakarta. Ia sudah tidak memperdulikan urusan pekerjaan yang menjadi alasannya berada di Bogor.

Untungnya di saku celana Nara ada selembar 50 ribu yang terselip, jadi bisa untuk modalnya pulang menuju Jakarta. Karena dompetnya tertinggal di mobil.

Setelah berjalan cukup jauh, Nara berhenti tepat disamping abang penjual bakso. Dengan cepat, Nara membuka handphonenya untuk memesan ojek online andalaannya.

Sial, handphone Nara kehabisan batre.

"Aduh, gimana sih kenapa mati segala. Nggak bisa diajak kerjasama banget." Nara menepuk-nepukan handphone miliknya berharap ada keajaiban.

Nara melirik ke warung penjual bakso, banyak bapak-bapak yang sedang duduk disana, terlihat mereka sedang bermain catur dengan segelas kopi hitam dihadapan mereka masing-masing. Tak lupa, aroma asap rokok pun begitu menyengat indera penciuman.

Dengan ragu, Nara mendekat untuk meminta pertolongan. Ia seperti menceburkan dirinya sendiri ke kandang macan. Otaknya tidak bisa berpikir, karena dilihat hanya ada mereka disini yang sepertinya bisa dimintai pertolongan.

"Permisi," ujar Nara dengan menyembubyikan rasa gugupnya.

"Iya, ada yang bisa kita bantu Neng," sahut mereka dengan ramah. Syukurlah, mereka hanya menyeramkan dari penampilannya saja.

"Boleh minta tolong nggak, Pak?" Tanya Nara dengan sedikit ragu.

"Tolong apa Neng?"

"Handphone saya mati, butuh di charger. Karena saya harus pesan ojol buat balik ke Jakarta. Barangkali ada yang punya charger boleh saya pinjam? Atau powerbank?"

"Chargernya ada, tapi colokannya nggak ada neng, powerbank juga kita nggak punya."

"Gini aja Neng, saya anter aja gimana? Saya ojol juga, kok." Sahut lelaki tua berkumis dengan tiba-tiba.

"Heh, nanti dibungkus lagi sama lo," sahut lelaki botak disampingnya yang mencegah.

"Gitu ya, ya udah makasih ya, Pak." Saat Nara berbalik arah dan hendak beranjak pergi, lengannya ditahan oleh tangan besar yang terasa sangat kasar yang tak lain merupakan lelaki berkumis tadi yang menawarkan untuk mengantar Nara pulang.

"Mau kemana, Neng? Disini dululah sama kita, makan bakso atau minum sedikit," ujarnya dengan senyum iblis yang ditampilkan.

Sontak Nara langsung berusaha melepaskan tangannya tersebut.

Tentang Nara [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang