"Tak perlu seseorang yang sempurna, cukup temukan seseorang yang membuatmu bahagia dan membuatmu berarti lebih dari siapa pun."
-Bacharudin Jusuf Habibie-
--------
"Kenapa lagi sih, Nar? Cape gue liat muka lo sedih terus."
"Gue cape ko," keluh Nara.
"Cape kenapa lagi? Kali ini siapa pelakunya yang bikin lo nangis? Biar gue habisin tuh orang."
Nara pang langsung berhambur pada pelukan Dareen.
"Koko, makasih banyak, ya. Selalu ada buat gue. Selalu nerima gue apa adanya dan selalu sabar karena sikap gue yang kadang masih kaya anak kecil."
"Santai aja, Nar," sahut Dareen.
"Lo nggak akan pergi ninggalin gue kaya yang lain juga kan, Ko?"
"Gue nggak bisa janji. Karena yang namanya kehidupan, pasti bertumbuh. Ada pertemuan, ada juga perpisahan. Kita nggak bisa selamanya menetap. Karena garis kenyataan kadang tidak sesuai harapan."
Nara semakin mempererat pelukannya kepada Dareen. Berusaha kuat jika nanti dihari kemudian tidak sesuai harapan.
"Udah ya, nggak usah sedih. Mending kita jalan-jalan, yuk. Bosen malming kerja terus. Sekali-kali lah kita jalan biar kaya orang-orang.
"AYO!" Seru Nara dengan semangat.
"Pulang dulu ya, ganti baju. Kan nggak mungkin mau jalan pake baju kerja." Nara menganguk dengan antusias.
"Lo mau pulang juga buat ganti baju?"
"Nggak, di mobil ada baju ganti, nanti ganti aja dulu."
"Oke."
Akhirnya setelah mereka berganti baju, mereka masuk ke dalam mobil milik Dareen dan pergi menuju sebuah pusat perbelanjaan.
"Kita makan dulu ya, Nar. Laper gue."
"Oke." Nara mengacungkan jempolnya.
Mereka pun masuk kesebuah Resto dan memesan makanan disana kepada karyawannya yang bertugas.
"Ko, lo punya adik?" Celutuk Nara sambil menunggu pesanan tiba.
"Ha? Ngapain lo tiba-tiba tanya begituan?" Sahut Dareen yang bingung.
"Nggak papa, iseng aja. Abisnya lo baik banget, pasti adik lo bangga punya kakak kaya lo."
"Sayangnya gue anak tunggal, jadi nggak ada yang banggain gue."
"Kan ada gue, yang bakal banggain lo setiap waktu," jawab Nara dengan senyum lebarnya.
Mereka pun tertawa menyahuti omongan Nara.
"Permisi mas, mba.ini pesanannya, silahkan dinikmati," ujar pelayan tersebut dengan ramah.
"Terima kasih, mba." Ujar Dareen.
Nara hanya melemparkan senyuman.
Mereka pun terfokus pada makanan mereka masing-masing.
"ini lo yang bayar kan ko? Awas aja nyuruh gue yang bayar." Nara melirik curiga kepada Dareen.
"Iya, tenang aja kali. Mana tega gue nyuruh lo bayar."
"Ko, lo nggak punya pacar?" Celutuk Nar yang membuat Dareen menghentikan mengunyah makanannya.
"Kenapa berhenti makan ko? Santai aja kali. Atau jangan-jangan lo nggak doyan permpuan?" Tuduh Nara.
"Sialan lo," sahut Dareen.
"Terus kenapa? Masa seorang Dareen yang tajir melintir nggak punya pacar?"
"Pacar emang nggak ada. Tapi ada seseorang yang gue incer. Dia cantik banget, walaupun tingkahnya kadang ngeselin."
"Tembak aja langsung ko, nanti keduluan orang tau rasa, lo."
"Nggak segampang itu, Nar. Karena yang gue tau, dia itu masih nggak bisa lepas dari masa lalunya. Dan keyakinan kita beda. Jadi, rasanya mustahil banget but bareng," ujar Dareen dengan raut wajah yang dramatis.
Mendengar perkataan Dareen, Nara merasa seseorang yang dijelaskan olehnya adalah sosok Nara.
"Kenapa pipi lo merah gitu dih?" Tanya Dareen yang melihat tingkah Nara seperti salting.
"Sialan lo." Nara mencubit tangan Dareen sontak membuat keduanya tertawa.
Setelah selesai mereka berjalan mengelilingi mal.
"Lo nggak minta dibeliin baju kaya orang lain, Nar?"
"Pengen sih, tapi gue tau diri. Tenang aja ko. Lo udah baik banget sama gue, jadi nggak mungkin gue minta-minta terus sama lo."
"Lagian siapa juga yang mau beliin lo baju, haha."
Hal itu langsung membuat Nara kesal dan Dareen tertwa bahagia. Entahlah, rasanya membuat kesal Nara akan menjadi kebiasaan Dareen.
Dareen langsung merangkul Nara mesra, berharap ia tidak lagi kesal akan tingkahnya.
"Udah dong, jangan cemberut terus. Nanti cantiknya ilang."
"Bodoamatlah, males gue sama lo."
"Ehh itu ada foto box, kesana yuk ko. Kita kan nggak pernah foto bareng," ujar Nara yang melihat benner foto box besar.
"Ayo."
Nara berjalan menarik tangan Dareen yang pasrah ditarik oleh Nara.
Karena foto box itu sepi, meraka bisa langsung masuk dan berselfi ria tanpa harus mengantre terlebih dulu.
Pose pertama, Dareen merangkul Nara dengan ekspresi mereka yang tersenyum bahagia
Pose kedua, Nara meminta Dareen untuk digendong pada pundaknya. Sontak, Dareen hanya pasrah dan memaksakan senyum disana.
Pose ke tiga, Nara mencium pipi dareen saat masih dalam gendongan Dareen.
Pose ke empat, mereka menunjukkan wajah sok imutnya.
Setelah puas, mereka melihat hasil fotonya.
"Lucu."
"Ko fotonya tato di dompet dong. Biar lo bisa selalu inget gue. Gue juga mau taro di dompet gue nih." Nara menunjukkan foto mereka berdua yang diletakkan pada dompet miliknya.
Dareen langsung memberikan dompetnya kepada Nara supaya ia yang meletakkan fotonya itu sendiri.
Nara pun langsung membuka dompet Dareen dan melihat banyak kartu disana."Dompetnya orang kaya beda, ya," ujar Nara yang terkagum akan isi dompet Dareen.
Dareen tak menyahuti omongan Nara.
"Nih." Nara memberikan kembali dompet milik Dareen saat sudah meletkkan foto mereka disana.
Setelah puas mengelilingi mall tersebut, mulai dari makan, selfi, belanja dan nonton bioskop. Akhirnya, mereka pulang.
"Makasih banyak ya, Ko." Nara memeluk Dareen dengan erat sebelum turun dari mobil miliknya.
"Udah ya, nggak usah makasih terus. Sekaranh masuk terus istirahat." Nara mengangguk dan langsung turun.
Setelah nara masuk kedalam kost nya, Dareen tersenyum.
"Akhirnya, sedikit demi sedikit gue mampu ngerubah lo, Nar. Semoga lo tau, bahwa gue gue sayang banget sama lo."
-----------
Jawa Tengah, 19 Juni 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Nara [ SELESAI ]
Romanzi rosa / ChickLitIni tentang Nara. Seorang perempuan kuat dan tangguh dalam menjalani kehidupan. Yang tak gentar hanya karena komentar seseorang. Karena dirinya tumbuh bersama dengan cacian yang setiap hari menjadi asupan. Berharap semuanya sirna dengan berlalunya k...