22. Berbaik Sangka

30 13 17
                                    

Libatkan Tuhan dalam tiap masalahmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Libatkan Tuhan dalam tiap masalahmu. Ia pasti akan turun tangan membantu hamba-Nya yang meminta tanpa disangka-sangka.


-------------

"Kenapa semua orang jijik sama gue Ko? Padahal gue bukan najis," seru Nara yang semakin pecah saat berada didalam mobil di pelukan Dareen.

"Nggak ada yang jijik sama lo. Jadi udah dong, jangan nangis lagi. Mana sih Nara yang ceria?" Dareen berusaha menenangkan Nara yang tak kunjung berhenti menangis.

"Gue juga sebenernya nggak mau kaya gini, Ko. Nggak mau menangisi manusia. Tapi orang-orang pada nyebelin. Mulai dari elo, Najwa, Fandi dan Adam juga. Semuanya bajingan." Nara berteriak dengan isakan yang semakin kencang.

Dareen hanya mengelus puncak kepala Nara. Biarlah ia mengeluarkan segala unek-uneknya. Supaya ia merasa lebih tenang.

"Ko, lo nggak jijik kan sama gue?" Tanya Nara dengan mata yang sembab.

"Kalo gue jijik sama lo, ngapain gue peluk erat lo kaya gini?"

Jawaban Dareen membuat tangis Nara semakin kencang.

"Maafin gue ya, Ko. Gue banyak salah sama lo. Makasih selalu jadi tempat pulang."

"Gue juga minta maaf ya, karena pikiran gue yang kritis jadi sedikit nyiksa lo di urusan pekerjaan."
Tangis Nara sekarang sudah sedikit mereda.

Dareen memegang wajah nara dengan tangannya. Menghapus air matanya yang masih tersisa disana.

"Udah, ya. Nggak usah nangis lagi. Nanti cantiknya ilang." Nara mengusap air matanya dan merapihkan rambutnya yang berantakan.

"Ko, gue laper," keluh Nara yang membuat Dareen tertawa.

"Kita ke Resto aja, ya. Disana kan banyak makanan." Nara mengangguk.

Dareen memang selalu menjadi tempat pulang Nara. Yang selalu khawatir akan Nara. Bahkan tanpa sepengetahuan Nara, selama tiga hari saat Nara tidak ada kabar, Dareen selalu stay di depan kost Nara. Entahlah, Dareen rasanya ingin melindungi Nara dari kelaki bajingan yang kurang ajar dalam memperlakukan Nara tak terkecuali.

Dengan mata yang masih sembab, Nara menyahuti senyuman ramah dari karyawan resto yang berpapasan dengannya. Tak jarang juga ada yang menampilkan wajah tak suka karena Dareen yang merangkul Nara.

"Lo tunggu di dalem aja, biar gue yang minta tolong sama Zulfa untuk nganter makanan." Nara mengangguk menhiyakan omongn Dareen.

Selang beberapa saat, Zulfa datang dengan nampan penuh berisi makanan dan minuman.

"Permisi, ehh ada Nara juga." Nara tersenyum menyahuti Zulfa.

"Silahkan, saya kembali ke dapur ya, pak.

Tentang Nara [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang