Barangkali sedihmu hari ini akan mengantarkanmu menuju kebahagiaan dihari kemudian yang akan kau syukuri nikmatnya.
------------
Saat Nara hendak bangkit, Ais langsung menarik tangan Nara dan langsung mendekap dalam pelukannya yang begitu erat.
Nara berontak. Namun tenaganya tak cukup kuat untuk melepaskan dirinya dari pelukan Ais.
"Lepasin gue!" Seru Nara kepada Ais.
Bukannya melepaskan pelukan Nara, Ais justru kian erat mendekap Nara. Hal itu membuat Nara pasrah. Ia menangis dengan kencang pada pelukan calon suami yang didambakan oleh Nara.
"Saya tau apa yang mba rasakan. Untuk itulah saya berusaha menenangkan mba," ujarnya dengan mengelus bahu Nara.
"MUNAFIK LO! EMANG LO PERNAH SUKA SAMA SESEORANG TERUS DITINGGAL NIKAH?! NGGAK USAH SOK DRAMATIS!" Dengan susah payah, akhirnya Nara terlepas dari pelukan Ais.
"Mba, izinkan saya menjelaskan semuanya," ujar Adam kepada Nara yang sudah emosi.
"Nggak perlu ada yang dijelaskan. Sejak awal gue yang salah. Gue yang berharap sama lo. Jadi nggak perlu dijelasin. Lo berdua sana gih nikah aja. Gue nggak bakal ngerusuh di nikahan kalian." Nara menyeka air matanya yang tak henti untuk bekerja.
Mendengar perkataan Nara membuat Adam merasa bersalah. Harusnya ia berbicara pelan-pelan. Tidak gegabah seperti ini. Ia sudah ingkar kepada lelaki yang saat itu mengancamnya untuk menjaga Nara. Karena kini, ia membuatnya terluka.
"Udah, ya. Gue pamit. Nggak ada yang mau diomongin lagi kan? Assalamualaikum." Nara langsung beranjak pergi dari sana dengan langkah yang begitu cepat.
"Waalaikumsalam," sahut Adam dan Ais sambil memandang kepergian Nara.
"Udah ya, sekarang kita pulang. Yang penting Nara udah tau," ujar Adam kepada Ais yang terlihat merasa bersalah.
Nara berlari mencari angkutan umum. Meminta untuk diantarkan menjauh dari manusia semacam Adam. Nara hanya butuh tempat pulang. Yaitu, Dareen.
Selama tiga bulan lamanya saat Nara lebih sering menghabiskan waktu bersama Adam, Dareen selalu menjadi tempat bercerita Nara tentang pengetahuan apa yang ia dapat hati itu.
Sesampainya di Resto, Nara langsung membayar dan berlari menuju ruangan yang biasa digunakan Dareen.
"Koko!" Nara berhambur pada pelukan Dareen. Menumpahkan tangisnya disana. Hal itu langsung membuat Dareen membalas pelukannya dengan erat.
"Kenapa?" Tanya Dareen yang bingung.
Bukannya menjawab pertanyaan Dareen, Nara justru terus menangis kencang dengan isakan yang tidak behenti.
Dareen selalu menjadi tampat pulang Nara. Saat semuanya terlihat menyebalkan, hanya Dareen yang mampu menyembuhkan.
Setelah beberapa saat Dareen menenangkan Nara. Akhirnya Nara menceritakan apa yang terjadi hari ini sontak saja memancing amarah Dareen.
Padahal sejak awal, Dareen sudah memberi peringatan kepada Adam untuk tidak menyakiti hati Nara. Namun ternyata, ia ingkar.
"Udah, nggak papa. Ikhlasin aja." Dareen mengelus puncak kepal Nara.
"Kan gue udah pernah bilang sama lo, kita itu nggak boleh berharap sama manusia, Nar," lanjutnya.
"Gue juga nggak mau kaya gini sebenernya, Ko. Tapi mau gimana lagi, rasa ini hadir gitu aja tanpa diminta," sahut Nara dengan isakan tangis.
"Iya, gue ngerti perasaan lo. Udah ya jangan nangis, nanti cantiknya ilang." Dareen memghapus air mata Nara dengan telaten dan langsung membawa Nara kembali ke pelukannya.
Ssat Adam sedang berusa menghibur Nara, pintu ruangan terbuka dan menampilakn manusia yang sudah lama tidak Nara jumpai.
"Hello, epribadih. Ketemu lagi sama Alice yang cantik ini." Aluce datang dengan pakaian glamornya dn beberapa totebag yang dibawanya.
Alice langsung berhampur memeluk Nara.
"Dari mana lo? Masih inget pulang?" Tanya Nara dengan ketus.
"Gue dari Batam, Nar. Kan gue udah bilang," jawabnya dengan santai.
"Ngapain lo ke sana?"
"Gue bawa berita gembira. Gue mau nikah, Nar." Terlihat Alice begitu antusias.
"Ha, nikah? Serius lo? Makan aja masih belepotan," tanya Nara yang tidak yakin.
"Iya, Alice mau menikah dengan saya," sahut Pak Galuh yang tiba-tiba muncul dibalik pintu.
"Ya udah terserah lo berdua deh. Yang penting kalo ribut jangan ngadu ke gue."
Mantap sekali bukan? Hari ini Nara mendapat berita pernikahan dari dua orang yang ia sayangi sekaligus?
Merasa kehilangan dan nggak rela ditinggalkan semuanya bercampur aduk. Tapi yang namanya kehidupan, kita harus tetap berjalan kedepan bagaimanapun kondisi sekarang.
"Kapan lo nikah, bro?" Tanya Dareen yang begitu penasaran.
"Dua bulan lagi insyaAllah kalo nggak ada halangan," jawab Pak Galuh yang membuat Dareen menganggukan kepalanya.
"Baguslah, lebih cepat lebih baik. Dari pada nanti bunting duluan kan nggak lucu."
"Sialan lo." Alice melempar Dareen dengan bantal yang sedari tadi berada dipangkuannya.
"Nar, mata lo kenapa? Are you okey?" Tanya Alice yang baru menyadari kondisi Nara.
"Mata gue kaya gini dan lo masih tanya gue kenapa? Abis nangis bego," jawab Nara dengan ketus.
"Penyebabnya apa? Cerita sama gue, biar gue habisini tuh orangnya," seru Alice yang sudah bersiap-siap untuk menghajar seseorang.
"Nggak usah dibahas, males gue."
Mengerti suasana hati Nara yang sedang buruk, akhirnya Alice menghibur Nara dengan memberinya oleh-oleh barang yang sangat nara sukai.
"Kenapa warna pink sih? Harusnya warna ungu." Protes Nara kepada Aluce yang membelikan tas berwarna pink.
"Warna ungu sold. Adanya pink. Lucu kan? Mirip babi," celutuk Alice.
Perkataan Alice membuat seisi ruangan disana tertawa.
Dalam hati Nara berharap, semoga kebahagiaan kecil ini tidak sirna begitu saja. Meskipun nantinya tiap manusia akan mengalami fase berubah dan saling meninggalkan.
----------
Jawa Tengah, 17 Juni 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Nara [ SELESAI ]
ChickLitIni tentang Nara. Seorang perempuan kuat dan tangguh dalam menjalani kehidupan. Yang tak gentar hanya karena komentar seseorang. Karena dirinya tumbuh bersama dengan cacian yang setiap hari menjadi asupan. Berharap semuanya sirna dengan berlalunya k...