------------
Ternyata benar kata orang, tidak semua di tempat kerjamu adalah teman. Cukup kerja, ambil gajimu, pulang.
Kali ini, sudah hampir satu bulan lamanya, Nara di kost sendirian. Karena Alice sibuk bersama Galuh untuk menyiapkan pernikahannya.
Mungkin bisa dikatakan Alice masih terlalu terlalu muda untuk menikah. Namun, jika itu sudah menjadi keputusannya, semua orang bisa apa?
Kali ini Nara benar-benar sendiri. Ia tidak lagi memiliki tempat pulang sebagai pengaduan. Karena sang pemilik rumah sesungguhnya sudah kembali.
Sejak tadi, Nara menangis diatas bantalnya sambil memandang beberapa foto diaakun instagramnya bersama Dareen.
Terlalu banyak kenangan dan hal-hal baik darinya, sehingga Nara ragu bagimana Nara bisa hidup dikemudian hari tanpa hadirnya. Silahkan katakan bahwa Nara adalah manusia lebay. Tapi, mau bagimana lagi, memang beginilah adanya.
Sampai pada akhirnya, Nara memberanikan diri untuk menghapus semua foto bersama dengan Dareen diakun instagram miliknya.
Iseng, Nara membuka logo pencarian dan bebrapa feed muncul disana. Ia menemukan beberapa akun yang merepost ciutan twitter unik beberapa orang disana. Dan tanpa disengaja, Nara menemuka kata-kata yang membuat hatinya tertampar.
"Tangismu di bantal tidak akan mengubah apapun. Tangismu di atas sajadah, mengubah semua hal dalam hidupmu menjadi lebih baik."
Sontak saja hal itu langsung membuat Nara terbangun dari tidurnya. Satu-satu yang bisa menjadi penolongnya kini hanyalah Tuhan.
Nara mengambil wudhu dan dan setelahnya langsung mengenakan mukenah dan menggelar sajadah menghadap arah kiblat.
Dalam bacaan sholatnya, ia begitu khusuk. Bahkan terlihat air matanya menetes begitu deras tanpa permisi. Sujudnya pun begitu panjang, sampai pada saat selesai salam, Nara menumpahkan tangisnya disana.
Sambil melantuntan istighfar dan memohon ampun kepada Tuhan, Nara terus menangis. Ia mengangkat kedua tangannya dan langsung berdoa untuk memohon ampun atas segala kesalahannya dan meminta untuk selalu dikuatkan dalam keadaan sehancur apa pun.
Akhirnya, setelah Nara merasa lebih tenang, ia memilih langsung tidur. Karena tidak mau menyakiti hatinya dengan menangisi seseorang yang mungkin saja tidak pernah serius menanggapi hatinya.
Hingga keesokkan paginya, Nara bangun dengan kondisi yang sangat kacau. Matanya yang menghitam dan sembab, hingga rambutnya yang begitu berantakan. Sebenarnya, Nara ingin sekali menghabiskan waktu seharian di kamar. Namun, kenyataan menamparnya behitu kejam. Ia dituntut untuk tetap profesional dalam bekerja.
Hingga pukul 09.00 Nara sampai di tempat resto. Ia sengaja menggunakan kacamata supaya bisa menutupi matanya.
Nara langsung menuju ruangannya seperti biasa. Namun, saat masuk ke dalam ruangan tersebut, auranya sudah berbeda. Ia memandangi ruangan sekitar. Dan benar saja, ada beberapa dekorasi telah menghilang dari sana.
Dengan cepat, Nara menghampiri Zulfa yang kini sedang membersihkan meja pengunjung.
"Jul, Dareen udah dateng?" Tanya Nara.
"Tadi pagi-pagi banget dia dateng, terus pergi lagi, Nar," jawabnya dengan berhenti melakukan pekerjaannya.
"Terus?"
"Dia kaya bawa banyak barang-brang gitu. Terus dia juga ngomong, katanya mau resign dari Resto ini. Dia mau fokus sama bisnisnya sendiri katanya."
"Oh gitu, ya." Zulfa mengangguk.
"Ya udah, gue duluan, ya." Nara kembali menuju ruangannya. Berusaha untuk tidak menangis.
Nara menguatkan dirinya sendiri bahwa ia pasti bisa melewati ini semua. Menjalankan tanggung jawab yang ia pikul sendirian tanpa bantuan dari sosok Dareen.
Nara mengecek handphone miliknya dan membuka kontak Dareen disana.
Ternyata, tidak ada satu pesan pun. Padahal Nara berharap Dareen mengirim pesan kepadanya."Kenapa lo jahat bnget sih, Ko? Kenapa lo nggak pamit sama gue?" Tangis Nara langsung pecah.
Dengan memberanikan diri, Nara mengirim pesan disana namun hanya centang satu. Tidak biasanya seperti ini. Saat Nara mencoba untuk menghubungi Darren pun hanya terdapat sahutan dari operator dan tulisan memanggil.
"Udah pasti gue diblokir nih," tuduh Nara dengan memandangi layar handphone kontak Dareen.
"Salah gue apa coba sama dia? Harusnya gue yang marah, tapi kenapa dia yang tambah seenaknya sama gue," lanjutnya.
Nara membanting handphone miliknya begitu saja ke lantai dengan begitu keras. Ia tak memperdulikan kondisi handphone nya yang mungkin tidak lagi bisa untuk diselamatkan.
"Arghhh!" Seru Nara dengan mengacak rambutnya dengan begitu frustasi.
Isakan tangisnya tak dapat lagi ia tahan, karena sudah teramat sakit. Pantas saja Dareen selalu mengatakan untuk tidak berharap lebih kepadanya. Pasalnya, tidak ada hal yang memang menjadi kebahagiaan jika menggantungkan harapan kepada Dareen.
Perkataannya bahwa Dareen jomblo adalah omong kosong. Nara merasa saat ia mengatakan sedang mengicar perempuan, sepertinya memang hanya untuk membuat Nara terbang. Dan sekarang, ia sukses untuk menjatuhkan Nara pada titik terendahnya.
Nara tidak menyalahakan perempuan bernama Silfia yang mungkin menjadi penyebab perginya Dareen dari hidup Nara. Karena disini peran Nara hanya sebagai pengganti Silfia untuk menemani hari-hari Dareen yang mungkin kehilangannya.
Dengan tarikan nafas panjang dan dada yang begitu sesak, Nara berusaha tersenyum dan menguatkan dirinya sendiri.
"Bisa yuk, anak perempuan nggak boleh lemah."
-----------
Jawa Tengah, 19 Juni 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Nara [ SELESAI ]
Literatura FemininaIni tentang Nara. Seorang perempuan kuat dan tangguh dalam menjalani kehidupan. Yang tak gentar hanya karena komentar seseorang. Karena dirinya tumbuh bersama dengan cacian yang setiap hari menjadi asupan. Berharap semuanya sirna dengan berlalunya k...