9. Nggak Jadi Resign

38 25 14
                                    

Nara bangun pukul 08.00 WIB dengan kepala yang sedikit pusing. Ia melihat Alice yang tidur disampingnya yang masih menggunakan drees dan make up yang belum juga dibersihkan.

Sesegera mungkin Nara menuju kamar mandi untuk sekedar cuci muka. Setelah itu, ia ke dapur melihat ada sebuah tudung saji di meja makan, dengan cepat, ia membuka dan ternyata zonk, tidak ada isinya. Sialan memang.

Terpaksa ia keluar dari kost untuk mencari makanan. Dan untungnya ia bertemu dengan tukang bubur ayam yang sedang berhenti didepan sebuah rumah besar.

"Bang, buburnya satu ya," ujar Nara kepada abang bubur ayam.

"Siap, mba. Sebentar ya, saya buatkan terlebih dulu," jawabnya.

Sambil menunggu pesanannya dibuat, Nara melihat ke arah jam tangnnya yang sudah menunjukan 08.20 WIB. Harusnya jika orang waras, pasti panik karena ini sudah lewat dari jam masuk kerjanya. Karena sekarang Nara sedang strees, ia tidak memperdulikan pekerjaannya. Toh pasti mereka senang jika Nara tidak berangkat ke resto.

Setelah pesanannya selesai dibuatkan, Nara langsung membayarnya dengan uang pas dan langsung kembali ke kostnya.

Saat memasuki kamar kost, ia sudah tidak menjumpai Alice yang tertidur. Mungkin Alice sudah bangun dan sekarang berada di kamar mandi, pokir Nara.

Dan benar saja, beberapa saat setelah Nara menghabiskan bubur ayamnya, pintu kamar kost terbuka dengan kasar yang membuat Nara tersentak.

Brakk

"Ehh, sorry, Nar. Gue kira nggak ada orang."

Mendengar omongan Alice yang terkesan santai membuat Nara sedikit kesal. Apakah dia tidak ingat bahwa Nara masih marah padanya?

"Kok lo nggak kerja sih? Baru dua hari masuk padahal, dipecat mampus lo," ejek Alice kepada Nara.

Nara tak menanggapi omongan Alice yang kini sedang berdandan dimeja riasnya. Nara justru sibuk membereskan sisa makanannya.

Brakk

"Anjing. Anak babi kalo nutup pintu pelan-pelan, dong! Alis gue berantakan!" Seru Alice yang menyumpahi Nara.

Beberapa saat kemudian, Nara kembali ke kamar kost dan langsung berbaring di ksur sambil memainkan handphonenya.

"Lo kenapa sih, Nar. Dari tadi, diem-diem bae."

"Punya otak kan? Mikir dong!" Seru Nara kepada Alice dengan nada sinis.

Setelah selesai dengan riasan diwajahnya, Alice menghampiri Nara yang tengah berbaring.

"Ututu, tayangnya Alice. Masih marah?"

"Pake nanya lagi, lo."

"Udahlah, nggak usah marah-marahan lagi. Nggak bisa gue kalo musuhan sama lo, Nar."

Nara tak menanggapi omongan Alice justru semakin fokos pada handphonenya.

Dengan paksa, Alice langsung merebut ponsel Nara. Dan Nara langsung berontak tak terima.

"Apaan sih, Lis," teriak Nara dengan tak terima.

"Nar, udah dong cuekin gue nya. Gue nggak mau kaya gini."

"Iya, tapi balikin dulu handphonenya."

"Beneran, ya."

"IYA."

Alice langsung mengembalikan ponsel Nara dan langsung memeluknya dengan erat.

"Lepass, nggak bisa napas gue," seru Nara yang berontak dalam pelukan Alice. Dengan sigap Alice langsung melepas pelukannya karen mendengar nada suara Nara yang mulai emosi.

Tentang Nara [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang