.
.
.
Saat mediasi berlangsung, kami semua menggunakan bahasa Spanyol agar semua mengerti dengan baik juga agar menghindari kecurigaan (berat sebelah) antara kedua belah pihak. Proses mediasi ini berlangsung cukup panas, dengan Mrs.Diana yang kukuh dengan opini dan kemauannya untuk menjebloskan Dokter itu ke penjara.Gue sih ngga masalah mereka ngga bisa damai. Cuman masalahnya, kalok mereka nggak damai nilai gue sebagai anggota parlemen dubes bisa nurun elah. Nih juga si ibuk! Kenapa sih pake ngeyel segala.
"Gini ya Miss Apsa, keteledoran asisten dokternya itu yang menyebabkan mertua saya meninggal! Bukti rekaman proses operasi sudah sangat membuktikan kok! Sangat jelas terlihat. Lalu apa lagi masalahnya?!", tukas Mrs.Diana padaku."Tenang ibu, mari kita dengarkan lagi secara cermat dan teliti keterangan dari dokter Steve selaku dokter penanggung jawab operasi. Karena dari apa yang disampaikan Mr.Steve sebelumnya, merupakan alasan yang cukup logis dari bukti yang ditampilkan", kataku mencoba membuat suasana kondusif.
"Silakan dokter Steve", lanjutku.
"Maaf sebelumnya, seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa memang benar asisten saya melakukan sedikit kesalahan namun saya bisa mengatasinya dan semua tetap stabil. Tak ada tanda darurat dari sistem pendeteksi kami. Terjadinya serangan jantung itu setelah kami menyelesaikan proses operasi, dan dalam medis hal itu wajar terjadi oleh penderita penyakit jantung. Semua terkendali saat operasi hingga selesai. Kejadian serangan jantung tersebut terjadi setelahnya Mrs.Diana. Mohon ibu lihat kembali prosesnya sampai selesai, bahkan saya sudah berusaha sebaik mungkin untuk menyelamatkan beliau. Namun Tuhan berkehendak lain Mrs.Diana", jelasnya.
"Terjadinya kesalahan dari asisten anda itu sudah menjadi bukti dokter. Anda sudah tidak bisa mengelak!", tukas Mrs.Diana.
"Mohon ibu coba konfirmasi kembali dengan dokter keluarga anda, apakah memang kami tidak sesuai prosedur. Asal anda tau, kasus yang anda ajukan ke pengadilan ini bisa mempengaruhi lisensi saya sebagai dokter. Tolong dengan sangat, cabut tuntutan anda agar rumah sakit kami juga tidak terkena imbas dari masalah ini", jelas dokter itu.
"Perlu anda berdua ketahui! Pihak kami tidak akan pernah mencabut tuntutannya! Heh. Saya kira ini cukup. Kalau begitu terimakasih. Permisi", kata Mrs.Diana.
Mrs.Diana berdiri hendak beranjak meninggalkan ruanganku. Dia sudah berjalan ke arah pintu ruanganku. Huh! Macam-macam dia sama gue. Belum tau dia gue kayak gimana.
"Maaf Mrs.Diana. Dalam mediasi ini semua keputusan jatuh ditangan saya. Setelah saya menganalisa semua bukti terkait dan memutuskan hasilnya, sekretaris saya akan langsung menghubungi pihak anda. Semoga anda tidak lupa bahwa disini anda yang membutuhkan mediator pendamping untuk kelanjutan proses kasus anda. Kalau begitu terimakasih atas waktunya, hati-hati di jalan", kataku sarkas berbicara dalam bahasa Indonesia.
Saat aku berkata seperti itu dia hanya menoleh lalu membuang muka dan berlalu pergi. Hmm, gue lega kalok udah balikin salahnya orang. Apalagi orang songong kayak dia! Cih.
"Baik Mr.Steve dikarenakan pihak bersangkutan berhalangan untuk bisa menyelesaikan mediasi, maka saya sebagai mediator penengah akan memutuskan hasil mediasi kita setelah saya melihat kembali bukti-bukti yang diberikan. Apabila dari pihak kami membenarkan tentang adanya tindakan malpraktek, kami akan langsung mengajukan diri menjadi pendamping di pengadilan. Apakah ada pertanyaan?", jelas gue ke dokter Steve."Sebenarnya saya sangat kurang puas dengan mediasi kali ini, bahkan saya merasa dirugikan karena tentunya ini seperti hanya trik belaka. Kalian adalah pihak pemerintahan dari pelapor, satu negara, dan kalian menaungi semua orang dari negara anda di sini. Apakah benar akan ketidak adanya keberpihakan? Saya kurang yakin dengan itu. Apalagi dengan perbincangan terakhir anda dengan pelapor menggunakan bahasa anda sendiri. Itu menambah kecurigaan saya. Saya cukupkan, saya sangat paham. Kalau begitu permisi, selamat siang", katanya tanpa menunggu penjelasanku lalu pergi begitu saja.
Huh, padahal gue tadi ngebela dia malah dikira bela lawan. Gimana sih. Dan asal lo tau! Gue ini sangat sangat profesional ya! Mana ada gue berat sebelah. Dih. Tapi ya emang sih gue salah juga. Emang kalok lagi mediasi wajib pake bahasa Spanyol karna agar tau sama tau.Yaa tapi kan gue tadi juga ikutan kesel, marah sama si muka songong. Habis seenak jidat! Lah mana yang atuk sama aje..kelakuannya mirip banget, ngrasa ngga adil langsung main pegi aja tuh. Kalo gini caranya begadang nih gue malem ini.
"Laut!!!", teriakku memanggil laut. OGEB! Ruangan gue kan kedap suara bego!
Yup, ruanganku memang bersisian dengan ruang meja Megan dan Chelsea. Setengah dinding yang digunakan untuk ruanganku adalah semen dan partisi ruangan bagian dalam menggunakan kaca blur. Jadi aku bisa melihat aktivitas di luar, tapi tidak sebaliknya. Jenis ruanganku semi kedap suara, tidak 100% kedap suara.
"Si ogeb! Ruangan loh 80% kedap suara. Kalok gue teriak dari sini ya mana kedengeran elah! Teriak depan pintu noh baru kedengeran. Huh, si ogeb memang", kesalku pada diriku sendiri.
Akupun beranjak dari dudukku menuju meja kerjaku. Aku menekan nomor diinterkom yang menghubungkan ke interkom meja Megan. Aku meminta mereka untuk memesan makanan juga mengambil semua bukti terkait ke ruang penyidikan KABEERI. Dari dalam ruangan, kulihat Chelsea lebih dulu pergi sedangkan Megan sekretarisku masih tetap ditempatnya setelah dia menutup sambungan interkom. Megan memainkan hpnya sebentar, kemudian beranjak pergi menuju dapur lantai ruanganku. Tak lama ia pergi keluar lalu menaiki lift. Dapat kutebak kalau Chelsea yang mengambil bukti kasus, sedangkan Megan memesan makan siang kami lalu menunggunya di lobby. Juga sebelumnya, Megan meminta minum ke dapur terlebih dahulu untuk dibawa ke ruanganku.Dari keduanya, petugas dapurlah (OG) yang lebih dulu ke ruanganku untuk mengantarkan minum kami. Huh, kenapa mereka lama sih. Ah aku sudah lapar sekali! Terlebih jam sudah menunjukkan pukul 1 siang. Di Spanyol jadwal makan siang dan makan malam memang lebih lama dibanding di Indo. Sekitar jam 1 atau jam 2 untuk makan siang dan jam 8 atau jam 9 malah untuk makan malam. Dan sekarang gue lagi nungguin dua orang cewek tadi sambil ngebaca ulang ringkasan kejadian sampai latar belakang dari kedua pihak buat nahan laper. Ngalihin pikiran aja sih.
Kalimat per kalimat gue baca dengan seksama. Detail kasus dan penjelasan medis tertulis sangat jelas disana. Gue bolak-balik baca semua materi. Karena bosan, gue balik baca background dan latar belakang mereka. Dan yang gue temuin juga keren banget sih. Ternyata dokter itu punya club malam woi! Gilak keren banget ngga sih. Seorang dokter yang bagi gue semacam orang suci penolong gitu, punya bisnis yang kebalikan dari keliatannya! Itu keren sih menurut gue.
"Señorita Bar Club and Lounge"
Mumpung besok libur, gue kesana ah. Lama juga ngga ke Club yang campuran gini. Gila sih keren banget, satu tempat bisa sambil cari makan berat, bisa mojok doang, bisa joget juga. Njir, tinggal milih aja ini mah. Tertarik banget gue buat dateng, ngga kebayang sih penampakan tempatnya kayak gimana.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Tuhan Pertemukan
Short Story18+++ 21++++++++++++++ (Mohon jika belum berumur 18+ jangan baca yang bertanda 🔞) Dipertemukan kembali setelah beberapa tahun putus komunikasi di acara reuni seangkatan SMA membuat hati Apsa/Auris bergetar. Kenangan pahit-manis saat bersama dengan...