.
.
.
Siang hari pukul 2
APSA POV
Gerah, panas, dan sulit bergerak yang kurasakan saat ini. Mataku juga sulit banget mau gue buka. Buat bangun aja susah banget, nyawa gue kayak masih ogah-ogahan diajak kerjasama. Padahal itu cahaya matahari udah silau banget njir, mana ini selimut berat banget lagi pengap elah. Saking malesnya bangun gue berasa kayak halu gitu, nyium bau parfum cowok di kamar gue. Hell no! Gue belum pernah sih sekalipun bawa cowok bahkan temen ke apart gue. But, apa ini? Tunggu tunggu..ada bau lain selain bau parfum cowok, dan baunya ngga enak banget bikin mual njir. Sat! Bau apa sih nih! Dengan malas aku membuka mataku dan yang terjadi adalah. WTF! FUCKING DAMN SHIT!
Apa-apaan nih, gue tidur sama dokter Steve?! Tunggu-tunggu, wait gue coba inget-inget dulu. Gue pejamin mata gue lagi sambil inget-inget kejadian ini. DAMN! Steve perkosa gue semalem. Ya, gue inget sekarang. Tuhan, apa salah gue. Gue buka mata gue dan liat bagian bawa gue yang ketutup selimut. Double Shit! Tangan sama kaki Steve meluk gue dan kita sama-sama telanjang. Ya Tuhan, apa sih salah gue sampe hidup gue kayak gini. Sekelebat rasa kotor, cemas, takut, sedih, marah, merasuk ke dada gue. Gue kotor, bener-bener kotor.
Tak terasa air mata gue netes dengan sendirinya. Gue masih shock, kaku, ngga bisa gerak, ngga tau harus ngapain sekarang. Air mata gue jatuh gitu aja tanpa gue minta. Perasaan gue kosong, bener-bener gue nggak tau harus ngapain. Mata gue aja seolah kerja sendiri buat ngeluarin air mata tanpa gue suruh. Posisi gue masih sama, sampe gue denger si bajingan Steve ngomong. Ngga ngerti deh kapan dia bangun, gue nggak tau, dan gue nggak mau tau. Otak sama badan gue kosong mati rasa.
"Hei..udah bangun?", tanyanya. Bangsat!
"Sudahlah, jangan menangis. Saya masih disini tidak kabur", katanya lagi.
Gue tetep ngga ada respon apapun, karna gue nggak tau harus jawab apa. Gue marah, pengen marah, tapi gue harus gimana, gue telanjang, gue udah kotor, semua udah kejadian, gue harus apa bedebah sialan! Karna gue tetep diem dan ngga tau kenapa ini air mata ngalir terus kayak kali (sungai), dia mulai bergerak. Dia pindahin kepala gue dari dada dia ke kasur ke bantal, ah entahlah bangsat! Bangsatnya lagi, dia malah nindih badan gue. Ya! Dia di atas gue sekarang dan ngusap air mata gue. Gila ni orang, gilak!"Sudah cukup kamu menangis, kamu tidak lelah dari semalam menangis? Hm? Saya saja lelah melihatmu menangis", katanya lagi lalu balik rebahan di samping gue.
"Apa?! Apa anda tak merasa bersalah telah melakukan ini kepadaku?!", jawabku.
"Tidak, memang apa salah saya? Katakanlah aku hanya memberimu hukuman atas kesalahan yang telah kamu buat sehingga membuat saya rugi", jelasnya. Huh? Apa ini sepadan?
"Apa?! Kau fikir ini sama, kau fikir ini adil? Ini tidak sepadan. Bahkan kasusmu telah aku selesaikan sore tadi!", jawabku marah.
Dia menoleh ke arahku.
"Baguslah, kalau begitu bergegaslah mandi lalu kita pergi makan", katanya tetap tenang.
Sedangkan aku? Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku dan kembali menangis. Saat ini aku benar-benar tidak tau harus berbuat apa. Mungkin baginya seorang player dan orang barat seks bukan suatu masalah besar. Tapi bagi gue? Gue harus jalanin hidup kayak gimana bangsat! Ya Tuhan. Tiba-tiba dia menyibak selimutku. Aku yang sedang menutup wajahku spontan membukanya, aku langsung terduduk meringkuk ke sandaran ranjang lalu menutupi badanku dengan bantal.
"Mau apalagi anda!", bentakku. Air mataku masih saja mengalir.
"Huh, aku hanya ingin mengecek. Apakah sakit? Kufikir daerah intimmu bengkak, karna aku baru menyelesaikannya pagi tadi saat alarmmu menyadarkanku", jelasnya. Tunggu alarmku? Setengah 7 pagi?! Berapa kali dia menyetubuhiku ya Tuhan. Dan...sat!
"JANGAN BILANG KAMU BERKALI-KALI MENGELUARKANNYA DI DALAM?!", seruku emosi.
"Bahkan aku tak pernah mengeluarkannya di luar", katanya tenang.
Jawabannya membuatku terdiam seketika. Air mataku tak lagi mengalir, bahkan menetes pun tidak. Aku mengingat kapan haidku berakhir.. dan minggu ini masa suburku. Ah sial!!! Bahkan dia berkali-kali mengeluarkannya di dalam. Apa aku akan hamil? Apa aku akan menjadi ibu? Apa aku akan menjadi mama muda? Apa aku akan menjadi single parent? Banyak pertanyaan mengisi otakku saat ini. Sampai lamunanku terganggu olehnya.
"Hei..hei.. ada apa?", tanyanya.
"Aku dimasa subur saat ini", jawabku. Kulihat dia terdiam sejenak, lalu menjawab kata-kataku.
"Cukup minum pil pencegah kehamilan, tak usah khawatir. Aku akan menanyakan kepada temanku merk apa yang terbaik", jawabnya.
Secercah harapan dan rasa lega hadir di dadaku. Setidaknya aku tidak akan hamil sebelum menikah dan orang tuaku tak akan menanggung malu. Keterdiamanku membuatnya kembali membuka suara.
"Pergilah mandi, atau mereka akan semakin berusaha untuk berlomba di rahimmu", katanya.
Ah benar juga aku harus segara membersihkannya sebelum ada yang tertanam di rahimku. Akupun beranjak turun dari ranjang. Aku sudah merasa masa bodoh dengan tubuh telanjangku yang terlihat olehnya. Akupun sudah kotor, apalagi memang yang harus kututupi. Tak ada. Saat turun dari ranjang rasa sakit tiba-tiba menjalar di daerah kewanitaanku juga selangkanganku. Bahkan pinggangku terasa sangat panas dan sakit.
"Aw, ahh..sstt", desisku menahan sakit dan perih.
"Apa sangat sakit?", tanyanya lalu menuruni ranjang mendekatiku.
Betapa malunya aku, dia secara terang-terangan telanjang dihadapanku. Bahkan gajahnya tak sengaja terlihat olehku. Buru-buru kupalingkan wajahku darinya, kutebak saat ini mukaku sudah memerah menahan malu dan perasaan risih melihat gajahnya.
"Hei..cukup, jangan melamun lagi. Berbaringlah agar aku bisa memeriksamu", dia lalu mendorongku agar kembali rebahan.
Aku sudah sangat pasrah dengannya, toh dia dokter dan intiku memang terasa sangat sakit. Setelah aku berbaring dia mulai mengambil posisi duduk dibawahku. Dia memposisikan kakiku seperti posisi ibu-ibu mau melahirkan dengan kaki ditekuk dan dilebarkan. Sedang aku menahan malu karna milikku sedang dilihatnya. Dia malah mengambil handphonenya untuk menyalakan flash, mengarahkan ke intiku. Saat tangannya menyentuh intiku, ada glenyeran aneh menerpak. Hal itu membuatku secara tak sadar menahan nafas, sedangkan Steve melanjutkan pengecekannya di intiku. Tak lama dia mematikan flashnya, menaruh hpnya ke meja sebelah ranjang dan memintaku menunggu. Dia mengambil kain basah yang ternyata diberi air hangat, dan digunakannya untuk mengompres daerah intimku. Setelah kainnya menjadi dingin, dia menggunakannya sebagai pel pembersih sisa cairannya yang mengalir keluar.
Dirasa cukup dia menyuruhku untuk menunggu lalu pergi ke kamar mandi. Kali ini dia tak lama, sepertinya hanya menaruh kain lap itu ke washtafel. Dia kembali duduk dibawahku, memeriksa kembali namun kali ini berbeda. Ibu jarinya mulai menekan bagian kecil dagingku, sedangkan jari tengahnya ia lesakkan ke dalam intiku. WTF, apa yang mau dia periksa? Sensasi apa ini. Nafasku mulai tak beraturan dan aku terkadang sampai memejamkan untuk menahan malu dan sensasi aneh yang dia buat. Aku memang tidak sepolos itu, tapi aku fikir dia memang sedang memeriksaku. Tak berapa lama, dia mengakhiri perlakuannya. Aku merasakan banyak cairan keluar, mengalir dari dalam sana. Setelahnya dia mulai mendekat ke arahku. Merangkak naik ke atasku dan aku masih tak berfikir apa-apa karna memang dia tak bertindak apapun.
HAYO GAES BISA TEBAK NGGA KALIAN APA YANG DI LAKUIN SAMA DOKTER STEVE SETELAH INI. HMMM YUK LANGSUNG AJA CEK NEXT UPDATE DARI BUNA
.
AWAS YA YANG MASIH BOCIL BELUM 18 TAHUN NGGAK BOLEH BACA
PANAS DINGIN NANTI KALIAN.
BYE
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Tuhan Pertemukan
Short Story18+++ 21++++++++++++++ (Mohon jika belum berumur 18+ jangan baca yang bertanda 🔞) Dipertemukan kembali setelah beberapa tahun putus komunikasi di acara reuni seangkatan SMA membuat hati Apsa/Auris bergetar. Kenangan pahit-manis saat bersama dengan...