13

2.5K 82 0
                                    

...

BUAT KALIAN SEMUA PEMBACA CERITA BUNA INI MOHON KESEDIAANNYA BUAT VOTE BUNA, CARANYA

KLIK SIMBOL BINTANG PER BABNYA

.

DAN JANGAN LUPA

.

TINGGALKAN KOMEN JUGA BIAR BUNA BISA BERSUA-SAPA KE KALIAN SEMUA!

.

ANYWAY! BUAT KALIAN YANG MAU NGIKUTIN KESEHARIAN BUNA BISA BANGET FOLLOW SOSIAL MEDIA BUNA

KALIAN BISA CEK NAMA AKUN BUNA DI BIO AKUN WATTPAD BUNA
OIYA! JANGAN LUPA FOLLOW WATTPAD BUNA JUGA YA BIAR TAU BUNA UPDATE APA AJA HEHE, TERIMAKASIH

BYE SEMWA!

.

.

.

...


Aku melangkahkan kaki ke meja Apsa yang ada di ujung lantai ini dengan kursi yang bersandingan menghadap ke arah luar rumah kaca. Sedikit ku jelaskan, desain bangunan ini memang memanjang sehingga meja dan kursinya memang di buat mengelilingi setiap sudut ruangan untuk konsumen yang datang dengan pasangan. Apsa duduk di kursi paling pojok ruangan ini, sisi kirinya masih kosong. Kursi yang digunakan restoran di lantai ini menggunakan kursi memanjang yang muat untuk dua orang saja. Dibelakangnya ada meja lain yang juga memunggungi posisi Apsa saat ini dengan pemandangan jalanan. Sedangkan view yang Apsa pilih adalah taman dan sungai.

Kedudukan diriku di sebelah Apsa saat dirinya tengah menyuapkan makanannya ke dalam mulut. Menyadari ada yang berjalan dan duduk di sebelahnya, Apsa langsung menoleh ke arahku dan melotot.

"KAU!", kagetnya.

Dia dengan cepat mengunyah makanannya dan menelannya dengan sangat cepat. Tanganku tak berhenti sampai disitu, tanganku langsung bergerak kepinggulnya memeluk dari samping. Setelah makanannya tertelan dengan sempurna dia lalu meminum minumannya. Pergerakannya tak lepas dari pandangan mataku melihat tingkahnya yang cepat seperti seseorang membuatnya terburu buru. Setelah dia mengelap mulutnya dengan sebuah tisu, dia lalu menurunkan tanganku yang berada dipinggulnya lalu menggeser duduknya ke arahku.

"Untuk apa kau datang kemari!", ucapnya tegas namun tertahan karena dia cukup tau dengan kondisi sekitarnya saat ini.

Tak mungkin dia mempermalukan dirinya sendiri di tengah umum karena tiba-tiba marah kepada seorang pria. Sedangkan aku, aku masih tersenyum ke arahnya dan mengangkat tanganku kembali untuk memeluk pinggulnya. Ah kurasa saat ini bukan pinggulnya lagi, tapi bisa dibilang dibawah payudaranya. Dia sedikit tersentak dengan perlakuanku itu, membuat seringai tercetak jelas di bibirku.

"Lama tak berjumpa sayang", kataku lalu kugerakkan tangan yang memeluknya.

Kusentuh dada sebelah kanannya, raut wajah marah dan badannya yang tegang sangat terlihat oleh kedua mataku.

"Tenang sayang, aku hanya rindu", kataku. Dia berusaha menarik tanganku saat tanganku mulai meremas dadanya.

"Steve, kau gila? Ini ditempat umum Steve. Bagaimana kalau ada yang melihat!", hardiknya padaku yang kuacuhkan.

Mengapa Tuhan Pertemukan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang