..
.
Esok Hari 03.00 am
"Ssstt..aw", pekikku nyeri.
Aku menoleh ke arah bawah ke bagian dadaku, secara tak sadar Steve menggigit dadaku seakan hendak mengunyahnya. Aku yang merasa kesakitan langsung menjepit hidungnya agar tak bisa bernafas. Aku tak mau membangunkan player itu, takut aku dimangsanya lagi. Setelah melepaskan gigitannya, aku juga melepaskan jepitan dihidungnya. Dia kembali bernafas normal dan kembali tidur dengan tenang.
Aku menoleh ke arah jam ku berada, jam 3 pagi..ah mungkin lebih baik aku pergi untuk bersiap lalu membuat sarapan. Toh penerbangannya masih jam 8 pagi. Dengan berhati-hati aku mengangkat tangan Steve yang memelukku agar aku bisa beranjak. Yup, berhasil! Aku bergegas turun lalu mandi, mungkin mandi akan menjadi hal favoritku mengingat aku adalah perempuan kotor. Huh, sial.
Ingatan itu muncul kembali ditambah dengan Steve yang berhasil mengagahiku. Percuma aku menjaganya selama ini jika berakhir seperti ini. Selesai mandi, aku mengeringkan rambut di luar kamar agar tak mengganggu Steve yang masih tertidur. Setelah rambutku kering aku menuju kamar untuk memakai skincare sebelum aku berdandan nantinya. Kupoles bibirku dengan lip balm berwarna pink untuk melembabkan bibirku untuk langkah terakhir. Steve masih nyenyak tidurnya saat aku keluar dari kamar untuk membuat sarapan.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah 5 pagi saat aku menyelesaikan cucian perabotan yang tadi kugunakan untuk membuat sarapan. Aku membuat Waffle untuk bekalku di pesawat dan Pancake untuk sarapan bersama Steve ditambah Mash Potato with Sweet Honey Fried Chicken. Menurutku tak terlalu merepotkan dan terlalu berat untuk makanan di pagi hari. Mengingat tenaga kita berdua pastinya terkuras akibat hal yang melelahkan kemarin.
Selesai dengan cucian perkakasku, aku langsung mengeringkan tangan dengan kain yang kusediakan. Aku berfikir untuk membangunkan Steve setelah mengeringkan tanganku. Namun saat aku hampir selesai mengeringkan tanganku, ada semerbak bau berbeda yang tercium di dekatku. Parfum pria! Aku langsung berbalik badan untuk mengecek, dan saat aku berbalik Steve telah berada di belakangku lalu mengungkungku. Steve mengurungku dengan kedua tangannya, mengikis jarak di antara aku dan dia.
Kulihat dia sudah rapih dengan celana jogger dan kaos hitam yang biasa digunakan untuk dalaman baju. Ah, dia sudah mandi tebakku saat mencium aroma sabun mandiku ditubuhnya. Aku yang saat itu berbalik badan langsung bertemu dengan dada bidang dan badan yang memperlihatkan otot bisep seperti sebuah seni. Indah dipandang. Tersadar dari keterpesonaanku dengan kaos ketat Steve, aku langsung mendongak ke atas melihat wajanya. Kedua mata itu menatapku dalam seolah ingin menghipnotisku saat itu juga. Tak ada kata-kata yang dia ucapkan membuat aku terpaku sejenak meneliti setiap sudut wajahnya.
*Cuppp
Dia mengecupku..ah tidak, menciumku lebih tepatnya. Melumat..menyesap..lalu memperdalam ciumannya. Tentunya aku dibuat kuwalahan mengimbangi permainannya dibibirku, badannya semakin ia himpitkan ke arahku membuatku semakin tersudut. Deru nafasku yang semakin kasar seolah menjadi penyemangatnya untuk memperdalam lumatannya. Tangannya semakin dia gunakan untuk menahan tengkukku, sedangkan lidahnya sudah menari di dalam sana. Kurasakan satu tangan Steve yanng tadinya berada dipinggangku saat ini mulai bergerak naik ke atas menjamah dadaku. Aku sedikit melenguh karna menikmati sentuhannya sampai aku merasa kehabisan nafas lalu mendorongnya. Huh, hampir saja kita melewati batas di pagi hari.
"Morning kiss", katanya dengan senyuman lalu mendekat ke arahku mengusap bibirku yang bengkak dan basah perpaduan saliva kita.
Morning kiss palakmu! Aku kemudian menepis pelan tangannya tanpa melihat ke arahnya. Aku berjalan melewatinya untuk segera sarapan. Tapi tak disangka dia menarikku dan menghimpitku di meja bar. Aku merasakan deru nafasnya disamping telingaku. Lagi-lagi aku mencoba memberontak tapi gagal.
"Apa yang anda lakukan! Menyingkirlah dan mari kita sarapan dengan tenang!", bentakku yang sudah kesal dengan ulahnya yang tak bisa diam. Bahkan tangannya saat ini sudah bergerak kesana-kemari.
"Huh..bertanggung jawablah, kau beranjak dari ranjang tanpa seizinku. Apa kau lupa masih ada bayi besar yang harus kau urus?", jawabnya membalikkan perkataanku.
"A-apa? Kau gila! Mana ada bayi sebesar dirimu!", umpatku kesal.
"Dan benar saja, itu aku", dia mencium telingaku dan menghirup aroma rambutku. "Ah, maaf..tapi bisakah kita melakukannya sebentar saja? Aku berjanji tak akan merusak jadwalmu setelah ini", ucapnya pelan ditelingaku dengan suara rendah yang aku tau maksudnya.
"Ss-Steve, aku sudah tak memiliki waktu untuk melayani nafsumu yang tak ada habisnya itu. Jadi menyingkirlah", jawabku.
"Kita akan melakukan dengan cepat sayang, tapi tidak hanya quicky. Jadi diamlah dan cukup nikmati", desaknya.
Kurasakan dia semakin menghimpitku lalu disibakkannya gaun tidur yang kukenakan ke atas. Satu tangannya mulai bermain nakal di bawah sana, mengobrak-abrik setiap sudut di dalamku. Desahanku mulai tak bisa kutahan lagi membuatnya semakin bersemangat menciumi dan menghisap leher juga tulang selangkaku. Tangannya mulai menarik tali G-string yang saat ini kukenakan membuat celana dalamku langsung luruh ke lantai. Nafas beratnya semakin terdengar berat ditelingaku.
Kurasakan intiku mulai basah sampai ada yang mengalir melewati paha bagian dalamku. Ah, aku sudah terlena dengan permainan tangannya sampai aku tak sadar sudah membungkukkan badanku. Saat ini dadaku benar-benar telah menempel di atas meja barku. Fikiranku sudah tak lagi berada di tempatnya.Kurasakan benda keras mencoba untuk memasuki intiku seperti kesusahan di bawah sana. Ah, itu pasti gajahnya yang entah sedari kapan dia keluarkan. Benda keras itu semakin lama melesak semakin dalam lalu dihentakkannya secara tiba-tiba sampai ke ujung. Kami berdua saling mendesah merasakan sensasi hentakan itu. Tak berselang lama, Steve mulai mengaduk-aduk intiku dengan kasar tak beritme. Mengadukku dengan kecepatan yang entah seberapa cepat hingga aku sulit mengimbanginya. Pinggulku bergerak dengan sendirinya mengikuti pergerakannya seakan tak ingin terlepas. Jangan bertanya kenapa aku seperti ini seakan menikmatinya, bahkan aku sendiri tak tau jawabannya. Tubuhku seolah mengendalikan diriku dan tak bisa kukendalikan sesuai dengan kemauanku. Sampai pada akhirnya kita berdua melenguh bersamaan, lalu terkulai di meja bar dengan dia berada di atas punggungku.
Kami berdua masih saling terdiam menikmati pelepasan kami. Deru nafas kami bersahutan seakan saling berlomba untuk mendapatkan oksigen terbanyak. Kakiku sangat lemas sekarang, ditambah ada bayi besar menindihku dibelakang sana. Dia bergerak mengangkatku dengan posisi terbalik. Gajahnya masih berada di dalamku membuat aku sedikit risih tak nyaman karnanya. Dia mendudukkanku di atasnya, sedangkan dia di atas kursi meja makanku.
"Sarapanlah, jangan banyak bergerak atau kau akan membuatku lepas kendali lagi", katanya.
"Apa kau merasa nyaman makan seperti ini? Aku merasa ada yang mengganjal dan menyumbatku di bawah sana. Ini sangat tidak nyaman", kataku menanggapinya dengan jujur. Ya, siapa juga yang nyaman saat makan dengan posisi seperti ini.
"Jangan mengatakan hal-hal semacam itu..itu membuatku terangsang. Jika kau ingin semua lebih cepat dan mudah, cukup makan dengan tenang", tuturnya.
Aku hanya mendesah pasrah dan bergerak mengambil makanan yang telah kubuat. Aku mengambil Potato Mash lalu memakan Pancake untukku jadikan dessert. Sejak kapan Pancake menjadi dessert? Ah sudahlah, toh aku yang makan jadi terserah padaku. Pembaca cukup membaca, tak usah banyak mengeluh. Okey?
.
.
.
Jangan lupa pencet tanda bintang ya gaes! Comment juga biar Buna lebih kenal dekat dengan kalian ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Tuhan Pertemukan
Short Story18+++ 21++++++++++++++ (Mohon jika belum berumur 18+ jangan baca yang bertanda 🔞) Dipertemukan kembali setelah beberapa tahun putus komunikasi di acara reuni seangkatan SMA membuat hati Apsa/Auris bergetar. Kenangan pahit-manis saat bersama dengan...