24. 🔞

4.1K 67 0
                                    


BUAT KALIAN SEMUA PEMBACA CERITA BUNA INI MOHON KESEDIAANNYA BUAT VOTE BUNA, CARANYA

KLIK SIMBOL BINTANG PER BABNYA

.

DAN JANGAN LUPA

.

TINGGALKAN KOMEN JUGA BIAR BUNA BISA BERSUA-SAPA KE KALIAN SEMUA!

.

ANYWAY! BUAT KALIAN YANG MAU NGIKUTIN KESEHARIAN BUNA BISA BANGET FOLLOW SOSIAL MEDIA BUNA

KALIAN BISA CEK NAMA AKUN BUNA DI BIO AKUN WATTPAD BUNA
OIYA! JANGAN LUPA FOLLOW WATTPAD BUNA JUGA YA BIAR TAU BUNA UPDATE APA AJA HEHE, TERIMAKASIH

BYE SEMWA!

.

.

.



*yuk lanjut yuk*

...


Aku menaiki ranjang dengan tetap menggendong Apsa dalam pelukanku. Jam menunjukkan setengah 1 malam. Mungkin lebih baik aku dan Apsa tidur, toh kita akan bekerja besok. Kutatap matanya yang membengkak dan kuusap pipinya menghapus air matanya yang masih mengalir. Apa sesakit itu? Sepertinya aku tak begitu kasar. Bukannya semakin kasar juga semakin enak?  Fikirku.

Kembali kupersempit jarakku dan Apsa. Tanganku yang masih memeluknya bergeser ke tengkuknya. Kutekan tengkuknya, lagi-lagi kucium bibirnya. Lembut..perlahan, kusesap setiap tetes salivanya. Kupagut bibirnya dan kumainkan lidahnya. Kali ini Apsa mulai membalas pagutanku. Disesapnya lembut bibirku dengan tangannya menelusuri rambutku.

.

"E-emhh", desahnya menikmati cumbuanku.

.

Terkadang Apsa menggigit-gigit bibirku dan menggoyangkan pantatnya. Tak lama pagutan kami terlepas.

.

"S-Steve..aku ingin", ucapnya masih dengan menggoyangkan pantatnya.

"Ini sudah malam, kau besok harus bekerja. Dan bukankah itu sakit?", tanpa menjawab matanya malah berkaca-kaca.

"Hei..kenapa menangis lagi?", tanyaku.

"Aku menginginkan ini Steve..hiks", pintanya memaksa.

"Tapi kamu besok harus bekerja", jawabku yang malah membuatnya semakin menangis. Huh..lagi-lagi kuusap air matanya.

"Baiklah..kau yang di atas, lakukan semuanya semaumu", kataku membuat matanya berbinar kemudian menciumku lagi.

Ciuman lembut tapi nampak liar dan bernafsu. Lama dia menciumku sampai dia kehabisan nafas lalu menghentikan ciumannya. Apsa memintaku untuk berbaring di bawahnya. Kali ini dia yang mendominasi permainan, lenguhan dan desahannya membuatku semakin terangsang. Apalagi dadanya yang berguncang naik turun membuat tanganku gatal ingin meremasnya.

Dia mengakhiri permainannya di atas sana saat kita berdua mencapai puncak kami bersamaan. Apsa sempat beristirahat sejenak setelah denyutan di dalam sana menghilang. Kemudian, Apsa kembali duduk dengan tegak dan mengaduk-aduk rahimnya menggunakan juniorku hingga kurasa dia kelelahan. Kubalik dirinya hingga saat ini dia berada di bawahku. Apsa kembali mendesah saat aku menguasai permainan ini hingga kita berdua mencapai puncak klimaks setelah beberapa kali. Aku ambruk menindihnya.

Mengapa Tuhan Pertemukan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang