"Selamat pagi, buat Jihyo yang wangi. Pake parfum apa, yo?" Hanjis menggoda Jihyo saat ia baru saja datang. Jihyo adalah cinta pertama bagi Hanjis, ia telah mengincar Jihyo sejak awal mpls. Sayangnya Jihyo menolak pernyataan cinta darinya.
"Nama gue Jihyo bukan Yo!" Jawabnya ketus. Jihyo memang begitu, tetapi Hanjis tetap berpegang teguh untuk tetap mencintai Jihyo meski tak dihargai.
Hanjis memang pecicilan, tetapi terhadap Jihyo ia selalu bersikap lemah lembut. Kepribadiannya berbalik drastis, itulah bukti cinta sejati memang ada.
"Eh Ningning" Hanjis menyapa Ningning yang baru saja memasuki kelas. Ningning terlihat membawa beberapa barang dan tas dijinjingnya.
"Ning? Mau dibantuin ga?" Hanjis menawarkan bantuan tetapi Ningning hanya berjalan tanpa menoleh.
"Parah! Gue ngomong masa dikacangin sih! Kalau Renjun yang ngomong pasti di ladenin. Ya enggak, No?" Hanjis berteriak kepada Lino yang sedang menulis sesuatu di papan tulis.
"Pagi Renjun!" Ningning menyapa Renjun.
"Noh apa gue kata, udah bucin akut ya gitu!"
Ningning mendekati Renjun, ia menepuk pundaknya.
"Pulang sekolah kita ke Cafe yu, kita ketemu Nancy. Dia ada di sini loh"
"Gue enggak bisa, Ning" Renjun bersuara.
Ningning memandangnya kecewa, Renjun menyadarinya. Ini pilihan yang sulit, menjaga perasaan Nakyung pacarnya atau Ningning sebagai sahabat lamanya. Renjun tidak pernah sebingung ini.
"Yakin gabisa? Atau lo mau Nakyung tau kalo lo pernah tidur bareng gue?" Tanya Ningning terdengar berbisik.
Renjun terdiam, semua memperhatikan mereka.
"Kenapa diem, takut?"
"Gue ga apa-apain elo, kenapa gue harus takut hah?"
"Lo masih yakin dengan ini?" Ningning menunjukan sebuah foto, hingga membuat Renjun menelan kasar salivanya.
"Tapi gue lebih milih Nakyung, Dia lebih butuh gue ketimbang lo yang picik!" Renjun memutuskan apa yang ada di kepalanya, tanpa memikirkan apa yang akan Ningning lakukan selanjutnya.
Renjun meninggalkan Ningning yang terdiam.
"Mau kemana lo? Bentar lagi rapat kelas woi!" Teriak Lino.
"Gaperlu tau!"
°°°
Disaat yang sama, Nakyung baru saja tampak di lorong yang membuat Renjun menatap heran karena cewe itu ada di daerah kelasnya.
Nakyung berputar balik, tetapi sia-sia karena Renjun sudah mengejarnya lalu ikut berjalan di sebelahnya.
"Kok puter balik?" Tanya Renjun. Nakyung tidak menoleh sedikit pun. "Marah sama gue?"
"Engga, kok lo keluar kelas? Bukannya diskusi buat persiapan lomba"
"Tadi ke toilet" bohong Renjun.
"M-maksud gue bukan itu"
"Biar lo ga sendirian, jadi gue temenin" Renjun berjalan dengan kedua tangan berada di dalam saku celana abunya.
Nakyung sedikit curi pandang, menatap kedua mata Renjun yang berbinar ditambah hidung mancungnya.
"Ganteng ya? Sampe ngeliatin segitunya" Renjun berkata tiba-tiba.
"Iya" kata Nakyung dengan nada pelan.
"Lo ganteng sih tapi dinginnya melebihi kutub utara, gapapa sih yang penting ke gue sehangat matahari. Kaya wakt-" Nakyung berdehem.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest Boyfriend | Huang Renjun
Fanfiction[17+] [ONGOING] [school romance] Sedingin kutub utarapun akan mencair oleh panasnya suhu cuaca di kota jakarta. Di ibaratkan seperti itulah sikap Renjun dan Nakyung jika di pertemukan bahkan di persatukan. Apakah semesta menyetujui hubungan mereka...