10🌧️

74 32 113
                                    

10. Part Time



- Untuk Hujan -



"Kak, itu... vas kesayangan bunda," kata Hujan kaget saat melihat vas kesayangan Alea yang sudah hancur di atas lantai.

Zedan mendelik kesal, bingung sendiri karena dia yang menjatuhkan. "Lo diem, nanti ketauan bunda," katanya.

"Terus gimana kak?"

"Ya gimana anjir, lo bukannya ngasih gue saran malah nanya," sentaknya.

"Diberesin dulu aja kak, nanti kena orang bisa luka," ujarnya.

Zedan menunduk melihat pecahan vas yang ada di depan kakinya, "Ya lo lah yang beresin, emang gue disini babu apa?" katanya.

Hujan mengangguk, kemudian maju mendekat, membungkukkan badannya untuk membereskan pecahan vas.

"Tadi bunda denger ada suara pecahan, itu apa?" tanya Alea masuk ke dalam dapur.

Hujan tersentak kaget, refleks berdiri. Sedangkan Zedan sudah gelagapan, panik sendiri.

"Lohh?!" Alea melebarkan matanya saat melihat vas kesayangan miliknya sudah hancur di atas lantai. "Siapa yang pecahin?!" sentaknya marah.

Hujan menunduk, sedangkan Zedan malah menunjuk Hujan yang berdiri di sebelahnya.

"Dia bun, tadi aku mau ambil minum terus liat dia lagi beresin vas bunda yang udah pecah, tuh liat. Tangannya berdarah bun, itu kena pecahan vas punya bunda," adunya.

Hujan mengangkat kepalanya, "Enggak tante. Bukan Hujan yang jatohin vasnya,"  belanya. Kemudian melihat jarinya yang sudah berdarah, baru sadar. Mungkin tadi terkena pecahan vas saat dia kaget tiba-tiba Alea ke dapur.

"Kamu!" teriaknya marah. "Kamu kenapa sih bikin masalah terus?!"

"Bukan Hujan tante..."

Zedan meliriknya sinis, "Ya terus siapa? Bang Zevan lagi pergi sama temennya, bibi lagi belanja, terus lo nuduh gue gitu?" katanya.

Alea mengambil sapu yang berada di sebelahnya, menghampiri Hujan kemudian memukul tangannya menggunakan sapu. "Kamu! Bisa gak sih gak bikin masalah?!" tanyanya marah.

Hujan menundukkan kepalanya, ingin mencari pembelaan juga percuma, tidak akan didengarkan.

"Kamu gak tau kalo vas itu harganya mahal?! Kamu mana bisa ganti!" teriaknya marah, terus memukul tangan Hujan menggunakan sapu. "Itu vas kesayangan saya kamu tauuu?!!!"

"Kamu bener-bener bikin saya marah Hujan," bentaknya. "Kamu gak boleh makan di rumah sebulan, terserah kamu mau gak makan kek, mau cari makanan dimana kek, intinya kamu gak boleh makan makanan yang ada di rumah buat sebulan!" ucapnya.

Hujan mengerjap, mengangkat kepalanya kemudian menatap Alea yang juga sedang menatapnya marah, "Tante... Terus nanti Hujan makannya gimana?" tanyanya lirih.

"Terserah kamu! Kamu gak makan juga saya gak akan rugi! Peduli amat saya sama kamu," katanya kemudian melemparkan sapu sembarangan dan pergi dari dapur.

Zedan terkekeh sinis, "Makanya jangan bego-bego," katanya kemudian juga pergi dari dapur.

Hujan tersenyum miris, jika dia tidak boleh makan makanan yang ada di rumah, dia harus makan apa?

Untuk Hujan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang