21🌧️

54 14 140
                                    

21. Bunda Alea...

"Jangan jadi pelangi setelah hujan buat orang lain Jan, kalo lo sendiri aja gak bisa jadi pelangi setelah hujan buat diri lo sendiri."

- Untuk Hujan -


Hujan mengerjap kaget saat tiba-tiba Laskar menyiramnya menggunakan air dingin di kantin. Cowok itu mengangkat kepalanya untuk melihat Laskar yang sekarang sedang menyunggingkan senyum miringnya, menatap Hujan dengan tatapan remeh miliknya.

"Kenapa?" tanya Laskar sambil terkekeh.

Hujan menghela napas pelan, menggelengkan kepalanya. Memilih tidak menanggapi Laskar karena dia tidak ingin mencari masalah.

Membuat Laskar menautkan kedua alisnya, "Lah gak ngelawan?" tanyanya.

"Kemaren mah cuma modal sok berani doang," celetuk salah satu teman Laskar membuat semua yang berada di kantin tertawa.

"Padahal mah kemaren takut tuhhh,"

"Tapi takut malu kalo kalah,"

"Kan mau jadi pahlawan,"

"Pahlawan buat siapa sieee?"

"Buat siapa ya???"

Suasana di kantin semakin ricuh karena ucapan teman-teman Laskar, gelak tawa mengisi kantin siang ini.

Menertawakan Hujan yang sekarang sedang menundukkan kepalanya.

Entahlah, tapi jika boleh jujur.

Dia muak, muak dengan mereka yang selalu membullynya tanpa sebuah alasan yang jelas.

Apa salahnya?

Apa salahnya sampai hampir semua orang memilih untuk membenci dirinya?

Apa salah Hujan dengan mereka...

Laskar terkekeh pelan, mengangkat dahu Hujan kasar. "Gue belum bales pukulan lo waktu itu kan ya?" tanyanya sedangkan Hujan hanya diam.

Cowok itu berdecih saat melihat Hujan yang hanya diam tanpa berniat membalas ucapannya, tersenyum miring karena tau Hujan tidak akan berani untuk melawannya.

Memukul pipi Hujan kencang sampai cowok itu tersungkur ke lantai, membuat semua yang ada di kantin refleks memekik kaget.

Hujan tersentak, memejamkan kedua matanya.

Kapan ini usai...?

Kapan kisahnya usai, dan akhirnya dia merasakan sebuah kebahagiaan?

***

Cowok itu berlari di koridor rumah sakit setelah bertanya dengan resepsionis yang ada disana, perasaannya kalut saat mendapat kabar Alea mengalami kecelakaan dan masuk rumah sakit.

Menghentikan langkahnya saat sampai di depan ruang UGD. Sudah ada Sakti, Zedan, dan Zevan yang baru saja pulang dari Bandung karena mendengar sang bunda yang kecelakaan.

Hujan melangkahkan kakinya untuk mendekat, "Pah..." panggilnya.

Sakti yang sedang menunduk, mengangkat kepalanya. Langsung meraih bahu Hujan kemudian mendekapnya dalam pelukan. "Jan, bunda Alea kecelakaan," lirih Sakti.

Hujan tertegun, mengusap bahu sang papah pelan untuk menenangkannya, "Bunda pasti kuat pah," katanya.

"Papah takut Jan. Takut kehilangan lagi,"

Hujan menggeleng dalam dekapan sang papah, "Gak akan ada lagi yang merasa kehilangan pah, karena gak akan ada lagi yang pergi," ucapnya.

Karena gak akan ada lagi yang pergi.

Untuk Hujan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang