04🌧️

113 43 124
                                    

04. Zevan

- Untuk Hujan -


Hujan tidak tau lagi harus mendeskripsikan rasa bahagianya malam ini, sekarang dia sedang duduk di meja makan bersama Sakti, Alea, dan Zevan, satu kakaknya yang lain tidak bisa ikut untuk dinner bersama karena tugasnya belum selesai.

Mungkin Hujan harus memperkenalkan kakaknya yang bernama Zevan ini, Zevan itu kakaknya yang tertua, sudah kuliah, jurusan hukum di salah satu Universitas Negeri yang ada di Bandung, dia baru saja sampai beberapa menit yang lalu di rumah.

Hujan tidak bisa berbicara banyak tentang Zevan karena kakaknya itu sedikit tertutup, tak banyak yang ia tau tentang Zevan. Walaupun dari kedua kakaknya dia lebih sering mengobrol dengan Zevan, tapi itu hanya sebatas bertanya tentang bagaimana sekolahnya, bagaimana kuliahnya.

"Van kamu mau makan pake apa?" tanya Alea saat mengambilkan nasi untuk Zevan.

Zevan yang sedari tadi menundukkan kepalanya mendongak menatap Alea, "Pake ayam aja bun," katanya.

Alea mengangguk sambil tersenyum, mengambil sepotong ayam kemudian meletakkannya di atas piring, "Pake sambel gak Van? Sayur sop mau?" tanyanya lagi, Zevan mengagguk, "Boleh bunda."

"Papah mau lauk apa? Ikan? Ayam?" tanya Alea.

"Ikan aja bun, sama sayur sop juga boleh," jawab Sakti.

Hujan tersenyum melihat pemandangan di hadapannya, mengambil piring kemudian mengambil makanannya sendiri.

Sakti yang melihatnya menepuk pundak Hujan, "Kok ambil makanan sendiri? Padahal mau diambilin bunda,"

"Iya Hujan, padahal baru mau bunda ambilin," ujar Alea sambil tersenyum ke arah Hujan.

"Maaf bunda,"

"Iya gapapa."

***

"Gimana sekolah lo?" Zevan melirik Hujan sekilas.

"Lancar bang," jawabnya.

Zevan mengangguk-anggukkan kepalanya, "Dia gimana di sekolah? Masih suka bully lo apa gimana?" tanyanya lagi.

"Enggak, dia udah gak pernah bully Hujan," katanya.

Cowok itu jadi terkekeh sinis, "Bego, emang lo pikir gue gak tau dia tiap hari bully lo? Lawan dia gak sesusah itu kan?" katanya.

"Bullynya juga masih wajar bang, dia gak main fisik, gak pernah nonjok,"

"Terus kalo udah di tonjok lo bales gak?" tanyanya sambil tersenyum miring.

"Enggak sih..."

"Emang bego," kata Zevan sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian beranjak dari sofa dan pergi meninggalkan Hujan.

Hujan mengambil ponselnya saat ponselnya itu bergetar, mengernyit heran saat ada pesan masuk, siapa yang mau repot-repot mengirimi pesan Hujan memangnya?

Uknown number : Hujannnn!!!!!

Uknown number : Heloww

Uknown number : Ini nomor Pelangiii

Uknown number : Save yaaa

Hujan terkekeh melihatnya, kemudian langsung menyimpan nomor telpon Pelangi.

Hujan : Iyaa Pelangii

Pelangi🌈 : Ehhh maafff ini nomor siapa yaa???

Untuk Hujan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang