02🌧️

157 51 140
                                    

02. Satu sekolah




- Untuk Hujan -


Hujan meringis saat Pak Ari mengomelinya di tengah lapangan. "Kamu telat udah mau sejam ini, kamu kemana?" tanya Pak Ari.

"Ke tukang foto copy pak,"

"Ngapain kamu ke tukang foto copy padahal di ruang guru ada printer khusus siswa? Ngopi kamu disana?"

"Tadi ada tugas yang harus di print pak," jawab Hujan masih setia menundukkan pandangannya.

Pak Ari mendengus kesal, "Kamu sering banget telat loh Jan, padahal kamu udah dateng dari pagi,"

"Maaf pak,"

"Lagian kenapa sih udah bener sampe di sekolahan pagi-pagi malah keluar lagi, gabut banget apa gimana, Jan Jan," kata Pak Ari mengeleng-gelengkan kepalanya.

"Tulis nama kamu di buku pelanggaran sama kesalahan yang kamu lakuin, habis itu sapu taman belakang sekolah, tadi ada murid yang telat juga, dia udah ada di taman, cepet ya,"

"Iya pak,"

Hujan melangkahkan kakinya ke taman belakang sekolah setelah menuliskan namanya di buku pelanggaran, menenteng sebuah sapu di tangan kananya dan serokan sampah di tangan kirinya.

Melihat sosok yang tadi di bicarakan Pak Ari sedang menatap bingung daun-daun kering yang sudah dia kumpulkan.

"Mau buang gimana ini gak ada serokananya..." gumam sosok itu.

"Cari ini?" Hujan menyodorkan serokan sampah yang dia bawa dari gudang alat kebersihan, membuat sosok itu tersentak kaget di tempatnya.

Sosok itu menoleh, air wajahnya berubah kaget lagi saat melihat Hujan, cowok itupun juga ikut kaget saat melihat sosok itu.

"Hujan kan?!!"

"Pelangi?"

Ah, ternyata mereka satu sekolah? Kemana saja mereka ini sampai tidak tau teman satu sekolah sendiri?

"Loh kamu sekolah disini? Kok aku gak pernah liat sih?" tanya Pelangi.

"Aku jarang keluar kelas,"

Cewek itu mengangguk-angguk, "Pantesan, kenapa jarang keluar kelas?" tanyanya.

Hujan mengedikkan bahunya, "Emang gak terlalu suka aja keluar kelas."

"Kamu di hukum?"

"Kalo gak di hukum ngapain aku ada di sini? Harusnya aku ada di kelas, belajar,"

"Ohh...Oke," jawab Pelangi. "Kamu kelas berapa sih?" tanyanya.

Hujan yang sedang mengumpulkan daun-daun kering meliriknya sekilas, "12 Mipa 7," katanya.

Cewek itu membulatkan mulutnya, mengangguk-anggukan kepalanya mengerti kemudian melanjutkan hukumannya.

Pelangi melirik sekilas ke arah Hujan yang sedang sibuk menyapu, membulatkan matanya saat melihat tangan cowok itu yang berdarah.

"Hujannn, tanganmu itu kenapa?!!" tanyanya.

Hujan tersentak kaget, langsung melihat ke arah tangannya, baru sadar ternyata tangannya terluka dan mengeluarkan darah.

"Kok bisa gak sadar sih?!! Emang gak sakit apa?!!" tanya Pelangi.

"Gak sadar, kayaknya kena sapu ini ada bagian tajemnya," jawabnya.

Untuk Hujan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang