22🌧️

41 12 109
                                    

22. Awal dari semuanya


semoga gak kaget

- Untuk Hujan -


Hujan mengerjap kaget saat wajahnya terkena cipratan minyak panas, mundur beberapa langkah untuk mengambil tissue yang ada di meja.

"Aden lagi ngapain?"

Cowok itu menoleh, "Hujan lagi masak bi buat kak Zedan sama bang Zevan," jawabnya sambil tersenyum.

"Kenapa gak minta bibi aja den? Kan aden harusnya istirahat aja lagi libur gini," kata Bi Ida.

Hujan terkekeh pelan, "Gapapa bi, kan bibi juga capek," katanya sambil mematikan kompor.

"Ada yang bisa bibi bantu gak den?" tanya Bi Ida sambil memperhatikan Hujan yang sedang memindahkan makanan ke atas piring.

Hujan menggeleng, "Bibi istirahat aja, abis ini Hujan mau pergi ya bi. Ada janji sama temen, terus mau ke rumah sakit jengukin bunda," katanya.

"Nyonya Alea gimana keadaannya den? Udah baikan?"

"Udah bi, mungkin besok atau lusa, bunda boleh pulang kok," katanya sambil tersenyum.

Bi Ida tiba-tiba melebarkan matanya kaget, membuat Hujan ikut mengernyitkan dahinya bingung, "Kenapa bi?" tanyanya.

"Adennn, pipi aden itu kenapa den? Kena minyak?" tanya Bi Ida panik.

Hujan refleks menyentuh pipinya, kemudian terkekeh pelan, "Iya bi, tadi kena cipratan minyak, gapapa kok gak sakit," katanya sambil tersenyum.

"Gak sakit gimana si den? Itu sampe merah gitu, di obatin duluu,"

"Iya, nanti Hujan obatin. Hujan mau taro makanannya dulu ya ke meja makan," katanya.

Bi Ida mengangguk, "Tapi jangan lupa di obatin ya den,"

"Iya bibi," balasnya sambil tersenyum.

"Oh iya, ini nanti Hujan aja ya bi yang beresin," kata cowok itu sambil melihat ke arah alat masak yang tadi dia gunakan.

Bi Ida menggeleng, "Biar bibi aja den,"

"Gaboleh, biar Hujan aja. Bibi istirahat aja ya," katanya.

Bi Ida tersenyum.

Hujan, tidak pernah berubah.

Dari dulu.

Hujan yang tulus.

Hujan yang selalu tersenyum.

Tersenyum dibalik semua luka yang dia miliki.

***

Hujan dan Zevan yang sedang memakan makanannya masing-masing tersentak kaget saat tiba-tiba Zedan melepehkan makanannya.

"Lo kenapa anjir?" tanya Zevan.

Zedan menatap Hujan, "Ini apaan anjir? Masakan apaan?!" sentaknya.

"Kenapa kak? Gak enak ya?" tanya Hujan takut.

"Gila ya lo? Makanan gak enak gini dikasih ke gue," katanya sambil melempar piring berisi makanan yang Hujan buat.

Zevan refleks berdiri, mencekal tangan Zedan sambil menatapnya marah, "Lo yang gila. Lo kenapa sih? Lidah lo kali yang salah, makanan enak gini dibilang gak enak, enak menurut lo tuh gimana?" tanyanya.

Zedan berusaha melepas cekalan Zevan pada tangannya, "Apaansi bang, gak usah belain dia," jawabnya sambil menatap Hujan tak suka.

"Bukan belain, lo salah Zedan,"

Untuk Hujan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang