19🌧️

44 11 92
                                    

19. Janji



"Bukankah janji hanya memiliki dua tujuan? Janji untuk ditepati, atau janji untuk diingkari,"




- Untuk Hujan -


"Mamah bilang katanya kalian kapan main ke rumah," kata Zidan sambil mengunyah makanannya. "Nanti mamah mau masakkin,"

"Serius Dan mamah lo kenapa baik banget," kata Raena.

Zidan terkekeh pelan sambil mengedikkan bahunya, "Mamah emang gitu, suka banget masak terus nyuruh orang cobain masakannya," katanya.

"Kenapa gitu?"

"Kata mamah, ngeliat orang seneng karena makan makanan yang mamah masak bikin mamah ikut seneng juga," jawabnya.

"Mamah kamu baik Dan," saut Hujan.

Zidan tersenyum, kemudian menatap pantai dan hamparan pasir yang ada di hadapannya, "Gue mau cerita sesuatu ke kalian," katanya.

"Cerita apa?" tanya Pelangi.

"Cerita yang pernah bikin gue ngerasa jadi orang yang paling gak berguna di dunia ini,"

Mereka bertiga tertegun sesaat, mendengar nada bicara Zidan yang terdengar sendu tidak seperti biasanya.

"Dulu, papah suka banget mukulin gue," kata Zidan, "Emang gue yang salah, gue gak pernah bisa banggain papah. Gue gak pernah jadi nomor satu di sekolah, gue selalu kalah sama salah satu temen gue, waktu papah tau gue dapet peringkat dua, papah mukulin gue, ngurung gue sendirian di dalem gudang," lanjutnya.

"Gue takut, disana gelap, banyak hewan aneh yang ada disana. Kaki, tangan, muka gue sakit banget, tapi hati gue lebih sakit. Mamah juga selalu diomelin sama papah waktu gue gak dapet peringkat pertama, papah bilang mamah gak becus ngajarin gue, padahal mamah gak salah apa-apa, gue aja yang bodoh," katanya, bibirnya bergetar menahan tangis.

"Gue selalu ketakutan waktu gak dapet nilai seratus, karena pasti papah bakal mukulin dan maki-maki gue. Gue di daftarin les dimana-mana, mulai dari matematika, bahasa inggris, piano, yang padahal itu semua bukan minat gue. Gue dituntut buat jadi sempurna sama papah," katanya sambil memeluk kedua lututnya, menenggelamkan kepalanya disana.

Hujan mendekat, mengusap pelan bahu Zidan, "Kamu udah ngelakuin yang terbaik Dan, kamu hebat," katanya.

"Tapi enggak buat papah Jan, gue gak pernah buat papah ngerasa bangga sama gue, gue selalu ngecewain papah," balasnya.

"Waktu itu gue pernah ikut olim, papah seneng banget waktu gue ditunjuk sama sekolah, papah bilang gue pasti menang, tapi gue ngecewain papah lagi, gue bahkan belum sempet ikut olim itu, gue tiba-tiba collaps waktu acara mau dimulai, gue masuk rumah sakit, dokter bilang gue stress, kecapean. Dan disitu papah marah banget sama gue, dia narik gue, maksa gue buat tetep ikut lomba itu," katanya.

"Dan, kalo lo belum siap nyeritain ini semua ke kita, lo bisa stop disini," ucap Pelangi saat melihat Zidan yang terisak.

Zidan menggelengkan kepalanya, "Gue capek mendem ini semua Pelangi, gue pengen cerita, ngungkapin semua keluh kesah yang selama ini gue pendem sendiri," katanya.

Untuk Hujan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang