16🌧️

72 25 156
                                    

16. Zidan

- Untuk Hujan -


Pelangi dan Raena menatap bingung sosok yang berdiri di sebelah Hujan sambil cengengesan, sedangkan Hujan hanya tersenyum kikuk karena bingung harus bagaimana.

Raena menautkan kedua alisnya, "Lo anak baru?" tanyanya.

Sosok itu mengangguk cepat, "Iya gue anak baru di kelas Hujan, ya gak?" katanya sambil menyenggol bahu Hujan.

Hujan mengangguk, "Iyaa,"

"Nama lo?"

"Zidan," jawabnya sambil tersenyum lebar.

Zidan, anak baru pindahan dari Bandung  di kelas Hujan.

Zidan terkekeh pelan saat mereka semua menatapnya bingung, "Bingung ya lo pada gue sokab gini, hehe. Abisnya kalo gak sokab gak punya temen," katanya.

Raena jadi tidak bisa menahan tawanya karena melihat ekspresi Zidan, "Ya siapa yang gak bingung, tiba-tiba lo diri di samping Hujan sambil senyum-senyum," katanya.

"Namanya mirip Zedan ya," kata Pelangi.

Raena mengangguk setuju, "Tapi semoga sikapnya gak mirip Zedan,"

Zidan jadi menautkan kedua alisnya, "Zedan? Zedan temen Laskar?" tanyanya.

"Lo kenal?"

"Kenal Laskarnya doang, Zedan cuma tau nama," jawabnya. "Emang kenapa dah Zedan?"

"Tu orang suka banget bully Hujan," jawab Raena.

Zidan jadi melebarkan matanya kaget, "Disini ada bully-bullyan ya? Salah pindah sekolah dongg gue," katanya jadi takut sendiri membayangkannya.

"Sebenernya disini yang di bully Hujan doang," jawab Raena sambil meringis prihatin, melirik Hujan yang malah tersenyum.

Seolah-olah bully itu adalah hal yang wajar untuknya.

Seolah-olah dirinya memang pantas untuk diperlakukan seperti itu.

Zidan menggeleng tak habis pikir, "Udah gila ya, jaman sekarang kenapa sih ada bully bully segala? Emang si pelaku gak mikir ya dampaknya buat korban?"

Pelangi mengangguk setuju, "Si pelaku bisa aja lupain tentang kenangan waktu dia bully si korban, tapi korban gak akan bisa ngelupain kenangan waktu dia di bully habis-habisan," ucapnya.

"Dan itu bisa bikin si korban jadi trauma..."

***

"Eh kalian mau mampir ke rumah gue sore ini? Mamah ngadain makan kecil-kecilan karena abis pindah rumah," kata Zidan sambil memakan cilok miliknya.

"Rumah lo dimana?"

"Gue gak tau,"

Raena jadi melongo, "Rumahhh lo dimana? Masa gak tauu?"

Cowok itu menggeleng, "Gak gue bawa rumahnya,"

"Anjir,"

"Tapi asli, gue gatau nama jalannya apa,"

"Terus lo kesini gimana ege?"

"Ya gua hafalin jalan dari rumah ke sekolah yang di kasih tau papah," jawabnya.

"Lo pindahan darimana?" tanya Pelangi.

"Bandung," jawabnya kemudian menoleh pada Hujan yang sedari tadi diam saja, padahal mereka bertiga sudah mengobrol banyak, "Lo emang gak banyak omong ya Jan?" tanyanya.

Untuk Hujan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang