30🌧️

36 4 1
                                    

30. Sekotak pizza


- Untuk Hujan -







Jika ada orang yang bertanya tentang arti bahagia untuknya, Hujan rasa itu sangat sederhana. Melihat orang yang dia sayang merasa bahagia rasanya itu sudah cukup membuatnya ikut merasa bahagia.

Seperti hari ini, senyuman milik Hujan terlihat sangat jelas saat melihat ketiga sahabatnya yang duduk di lantai ruang rawatnya sambil tertawa lebar.

Sedangkan dia duduk di atas kursi karena ketiga sahabatnya itu tidak memperbolehkannya duduk di atas lantai, dingin katanya.

Hatinya menghangat, tak pernah sekali pun menyangka memiliki tiga sosok yang sekarang menjadi salah satu bagian terpenting di dalam hidupnya.

Pelangi melirik Hujan yang sedang menatap mereka dengan tatapan hangat juga senyum indah miliknya. Tanpa Pelangi sadar, dia tersenyum tipis.

Seseorang yang dulu dia temui pertama kali di halte bus dengan tatapan kosongnya, seseorang yang dulu selalu merasa sunyi di hatinya, kini bisa tersenyum hangat karena rasa sunyi itu tidak lagi menetap di hatinya.

Namun, tak bisa Pelangi pungkiri jika manik mata Hujan masih menyimpan duka di dalamnya.

"Jan," panggil Zidan.

Hujan menoleh, "Iya?"

"Lo gak mau??" tanya Zidan sambil menyodorkan sekotak pizza.

Hujan turun dari kursinya untuk duduk di atas lantai bersama ketiga sahabatnya, mengacuhkan pelototan dari ketiga orang itu sambil tertawa pelan, "Aku gak enak duduk di atas sendiri, lagian aku mau bareng sama kalian masa gak boleh?" katanya.

Pelangi berdecak, sebal dengan sifat keras kepala Hujan yang mustahil di kalahkan, "Bukan gak boleh, kamu kan masih sakit," katanya.

"Kan aku gak bisa ngerasain sakit? Jadi udah gak sakit," jawabnya santai.

Berbanding terbalik dengan Pelangi, Zidan, dan Raena yang malah meringis tak enak.

Hujan terkekeh pelan melihat ekspresi ketiga orang di dekatnya, "Gapapa.." katanya santai sambil mengambil satu slice pizza dengan topping pepperoni kesukaannya itu.

Mengunyahnya pelan kemudian kembali berbicara, "Maaf ya, kalian jadi repot harus nungguin aku disini, maaf karena waktu kalian jadi kebuang sia-sia," katanya pelan.

Zidan mendelik, kalau saja dirinya tidak segera menyadari kalau seseorang di sebelahnya ini sedang sakit, sudah bisa dipastikan telapak tangannya sudah sejak tadi mendarat untuk memukul Hujan yang tak pernah berhenti menyalahkan dirinya sendiri.

Raena bahkan sampai tak bisa menelan pizza yang sedang dia kunyah karena ucapan Hujan barusan, ucapan Hujan benar-benar terdengar seperti dirinya sedang membuat masalah besar, padahal Hujan sangat pantas dan sangat berharga untuk ada yang menemani disaat dia sedang ada di masa terpuruknya.

Pelangi hanya diam, hapal dengan tabiat Hujan yang tak akan pernah berhenti untuk menyalahkan dirinya, dan membelakangkan urusan dirinya sendiri.

Pelangi menepuk bahu Hujan pelan, "Gak boleh gitu, kita disini udah seharusnya nungguin kamu Jan. Aku udah bilang kan? Jangan pernah minta maaf kalau itu bukan kesalahan yang kamu perbuat, tolong jangan mikir kalo diri kamu itu gak pernah berharga ada di dunia ini,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untuk Hujan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang