27🌧️

49 11 110
                                    

27. Sampai jumpa lagi, rumah dan kenangannya






- Untuk Hujan -


Hujan masuk ke dalam rumah setelah mengetuk pintu, mendapati sang bunda dan kedua kakaknya yang sedang tertawa di ruang keluarga.

Tawa Alea dan Zedan langsung berhenti saat melihat Hujan yang berdiri tak jauh dari mereka.

Zevan yang memang tidak bisa melihatnya mengernyit bingung karena sang bunda dan Zedan tiba-tiba menghentikan tawanya dan suasana menjadi sepi, "Kenapa?" tanyanya.

"Ada dia," jawab Zedan.

Ekspresi di wajah Zevan langsung berubah tidak suka, cowok itu berdiri dari sofa, "Anterin gue ke kamar dek," katanya. "Bun, aku ke kamar ya," katanya lagi.

Zedan ikut berdiri, kemudian meraih tangan Zevan dan menuntun sang kakak untuk pergi ke kamar.

Hujan yang menyaksikan itu semua jadi menundukkan kepalanya.

Zevan, benar-benar benci dengannya.

Bahkan, mendengar namanya pun Zevan sepertinya sudah tidak sudi.

Alea melihat Zevan yang pergi ke kamar dengan Zedan, berdecak saat mengingat Hujan yang menyebabkan itu semua.

Zevan, memutuskan untuk berhenti kuliah.

Melepas semua mimpinya.

Mimpi yang Zevan impikan sejak kecil dulu.

Tapi dia harus melepasnya, akibat orang asing yang bahkan baru datang di kehidupannya.

Alea berdiri dari sofa, kemudian melirik Hujan sekilas, "Kamu berhasil ngerebut kebahagiaan seseorang Hujan," katanya.

"Saya harap, kamu tau diri untuk pergi dari sini, karena kamu penyebab hilangnya kebahagiaan di rumah ini,"

Hujan tertegun, menatap sang bunda yang sudah pergi meninggalkannya.

Dia, penyebab hilangnya kebahagiaan orang lain?

Lalu, bagaimana dengan bahagianya?

Bukankah bahagianya juga sudah lama hilang?

Hilang, sejak bunda Alisa meninggalkannya.

Dan haruskan dia meninggalkan tempat ini?

Tempat dimana kenangan bahagia antara dia dan sang bunda tercipta. Kenangan yang bahkan mustahil untuk terulang kembali, dan hanya dapat di kenang seperti namanya.

Haruskah dia pergi?

Pergi meninggalkan rumah dan semua kenangannya?

Hujan menggelengkan kepalanya, menghapus air mata yang jatuh begitu saja di pipinya. Naik ke atas dan masuk ke kamarnya.

Duduk di tepi kasur dan mengambil sebuah foto di atas nakas.

Cowok itu mengusap pelan foto yang ada di genggamannya, tanpa bisa dia tahan, air mata jatuh di pipinya.

"Bunda cantik," gumamnya sambil tersenyum.

Foto yang berisikan dirinya dan sang bunda dulu yang sedang tertawa bahagia sambil memeluk satu sama lain.

"Hujan kangen bunda, Hujan mau ketemu bunda," lirihnya.

"Kapan bunda jemput Hujan disini?"

"Hujan selalu nunggu bunda buat jemput Hujan,"

"Hujan mau peluk bunda, bunda juga mau peluk Hujan kan?"

"Bunda, dateng ke mimpi Hujan malam ini ya? Gapapa kalo Hujan sekarang cuma bisa peluk bunda di dalam mimpi, gapapa kalo Hujan sekarang cuma bisa cerita ke bunda di dalam mimpi, gapapa kalo sekarang Hujan cuma bisa liat senyum bunda di dalam mimpi,"

Untuk Hujan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang