18 | Only mine

1.1K 75 43
                                    

©silalalolo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©silalalolo

P R E S E N T

•••••••••••••••••••••••

Saat ini sudah memasuki jam pelajaran terakhir. Beberapa kali ia membuang napasnya kasar. Karena, pikirannya sekarang tertuju pada laki-laki yang duduk di sebelahnya.

Entah kenapa ada firasat buruk yang Aleta rasakan saat ini. Sebenarnya ingin pergi ke mana laki-laki itu? Karena setahunya, Bastian tidak pernah kabur dari sekolah. Kalau pun dia jenuh, pasti tujuannya adalah rooftop. Atau mungkin memang ada hal buruk yang sedang terjadi?

"Aleta!"

Mendengar namanya dipanggil, ia mengangkat kepalanya dan menatap Guru di depan dengan tatapan bertanya.

"Coba kamu isi soal nomor dua di papan tulis."

Aleta mengangguk dan beranjak dari kursinya. Ia berjalan ke depan dengan santainya. Karena, ia tahu cara menyelesaikan soal matematika yang ada di papan tulis itu. Aleta sudah hafal betul dengan rumus seperti apa yang harus ia gunakan.

Tangannya menyambar spidol di meja guru, lalu ia segera menulis jawabannya dengan rapi dan apik.

Tidak sampai lima menit, Aleta sudah menyelesaikan soalnya.

"Kamu sakit, Aleta? Tumben pake syal. Mata kamu juga bengkak."

Aleta menggeleng, dan mengisyaratkan bahwa dirinya baik-baik saja. Tanpa berlama-lama ia kembali berjalan ke tempat duduknya.

Aleta menghela napas panjang. Ia menoleh ke bangku sebelahnya lalu beralih menatap pintu kelas, seakan menunggu kedatangan laki-laki itu.

'Semoga kamu baik-baik aja.'

____________

Kini semuanya berkumpul di depan Ruang Operasi. Mereka tampak gelisah dengan apa yang akan terjadi pada temannya itu. Mereka hanya duduk dan terus memainkan jari-jari kukunya.

Bastian terus berjalan ke sana-kemari di depan pintu. Sesekali ia juga mengintip dari celah gorden yang sedikit tersingkap. Terlihat para medis di dalam tengah memberikan alat pacu jantung pada Aksa.

Melihat itu tentu saja rasa takutnya semakin besar. Karena, jika dokter sudah melakukan itu, sudah pasti Aksa sempat kehilangan detak jantungnya.

Lututnya terasa lemas, dan kini ia terduduk di lantai. Ia merasa kakinya saat ini bahkan tak bisa menopang berat tubuhnya. Bastian mengusap gusar wajahnya berkali-kali. Sungguh, jika sampai terjadi sesuatu pada Aksa, ia akan membalas dendam saat ini juga.

"Argh!!" Teriaknya seraya meninju keras dinding rumah sakit.

Ini sudah hampir dua jam lamanya mereka menunggu hasil operasi. Tapi, para medis itu masih belum juga ke luar dari ruangan.

Disabled Girl » 𝑮𝒂𝒅𝒊𝒔 𝑪𝒂𝒄𝒂𝒕 « | 𝐉𝐉𝐊 [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang